Massa Geruduk Gedung Sate, Tuntut Pemerintah Selamatkan Industri dan Produk Tekstil
Jum'at, 05 Juli 2024 - 19:05 WIB
BANDUNG - Massa aksi yang tergabung dalam Aliansi Industri Kecil Menengah (IKM), Pekerja, dan Masyarakat Tekstil Nasional menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (5/7/2024).
Dalam aksinya, mereka menuntut pemerintah segera turun tangan untuk menyelamatkan industri tekstil dan produk tekstil (TPT).
Diketahui, hingga saat ini, pemutusan hubungan kerja (PHK) dan penutupan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) baik skala besar, menengah hingga industri kecil menengah masih terjadi tanpa adanya tindakan dan perhatian serius dari pemerintah.
Koordinator Aksi, Tajudin mengatakan, dia dan rekan-rekannya merasa gelisah dengan kabar PHK yang terus menerus dilakukan.
“Kita gelisah! sebulan yang lalu kita gelisah! Kalau kita nonton televisi berita yang kita dengar adalah berita PHK dan itu ternyata yang di-PHK bukan orang lain saudara-saudara, tapi kita semua," ujar Tajudin.
Tajudin juga mengungkapkan bahwa para pekerja yang di-PHK tersebut telah kehilangan pekerjaannya. Padahal, sehari-harinya membutuhkan biaya untuk makan, sekolah, dan biaya kehidupan lainnya.
"Kita hilang pekerjaan, kita hilang penghasilan, bagaimana kita menghidupkan keluarga kita? Bagaimana kita menafkahi istri-istri kita? Bagaimana kita menghidupi anak-anak kita supaya tumbuh berkembang dengan gizi yang bagus? Bagaimana kita menyekolahkan anak-anak kita? Bagaimana menikahkan anak-anak kita? Itu semua perlu biaya saudara-saudara dan biaya itu kita dapat dari penghasilan saat kita bekerja saudara-saudara," bebernya.
Dalam aksinya, mereka menuntut pemerintah segera turun tangan untuk menyelamatkan industri tekstil dan produk tekstil (TPT).
Diketahui, hingga saat ini, pemutusan hubungan kerja (PHK) dan penutupan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) baik skala besar, menengah hingga industri kecil menengah masih terjadi tanpa adanya tindakan dan perhatian serius dari pemerintah.
Koordinator Aksi, Tajudin mengatakan, dia dan rekan-rekannya merasa gelisah dengan kabar PHK yang terus menerus dilakukan.
“Kita gelisah! sebulan yang lalu kita gelisah! Kalau kita nonton televisi berita yang kita dengar adalah berita PHK dan itu ternyata yang di-PHK bukan orang lain saudara-saudara, tapi kita semua," ujar Tajudin.
Tajudin juga mengungkapkan bahwa para pekerja yang di-PHK tersebut telah kehilangan pekerjaannya. Padahal, sehari-harinya membutuhkan biaya untuk makan, sekolah, dan biaya kehidupan lainnya.
"Kita hilang pekerjaan, kita hilang penghasilan, bagaimana kita menghidupkan keluarga kita? Bagaimana kita menafkahi istri-istri kita? Bagaimana kita menghidupi anak-anak kita supaya tumbuh berkembang dengan gizi yang bagus? Bagaimana kita menyekolahkan anak-anak kita? Bagaimana menikahkan anak-anak kita? Itu semua perlu biaya saudara-saudara dan biaya itu kita dapat dari penghasilan saat kita bekerja saudara-saudara," bebernya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda