Kisah Tanakung dan Mpu Dusun, 2 Pujangga Terlupakan di Masa Kerajaan Majapahit

Sabtu, 18 Mei 2024 - 06:34 WIB
Peninggalan Kerajaan Majapahit. Foto/Dok.MPI
Mpu Prapanca dan Mpu Tantular menjadi dua pujangga atau sastrawan yang tersohor di masa Kerajaan Majapahit . Wajar memang karena kedua menggubah dua kitab yang menjadi referensi sejarah hingga kini, yakni Negarakretagama dan Sutasoma. Namun ada tiga kitab kesusasteraan yang dikarang oleh dua pujangga yang tak begitu familiar.

Keduanya adalah Mpu Tanakung dan Mpu Dusun. Mpu Tanakung menulis kitab Kakawin Lubadhaka, sekitar pertengahan abad 15 di bawah masa Sri Adisuraprabhawa atau raja Majapahit Dyah Suraprabhawa yang memimpin pada 1466 - 1474 Masehi.

Dikutip dari Perang Bubat 1279 Saka, Membongkar Fakta Kerajaan Sunda vs Kerajaan Majapahit," dari Sri Wintala Achmad. Keunikan kakawin ini terletak pada tokohnya yang merupakan serorang pemburu. Kakawin ini mengisahkan tentang sorang pemburu yang mencapai surga karena menghormati lingga pada malam Siwa.

Kitab berikutnya yang ditulis Mpu Tanakung adalah Wrttansancana. Kakawin ini ditulis untuk memberikan kaidah - kaidah metrum. Perihal pesan moral yang tersirat dari kisah perpisahan dan pertemuan seorang putri dengan kekasihnya, melalui sepasang itik dalam karya tersebut. Tanakung mengisahkan bagaimana perpisahan dan pertemuan manusia juga dialami oleh Mpu Tanakung.





Mpu Tanakung mengisahkan tak ada keabadian di dunia melalui Kakawin Wrttansancana. Setiap pertemuan merupakan ambang perpisahan, dan perpisahan merupakan ambang pertemuan. Karenanya dalam kitab kakawin ini dikisahkan bagaimana larangan bersedih sewaktu berpisah.

Tanakung juga mengkritisi adanya pendapat bahwa seluruh manusia adalah umat Tuhan yang mulia. Menurut Tanakung, tingkatan nilai manusia ditentukan oleh budi pekertinya, banyak manusia kaya raya yang tidak memiliki nilai tinggi di hadapan Tuhan, karena hidup sebagai penjahat. Namun sebaliknya banyak manusia miskin atau papa, sebagaimana dilukiskan sebagai binatang itik yang bernilai tinggi, karena suka menolong pada seluruh makhluk Tuhan.

Pujangga terakhir yang juga mengarang kakawin di era Kerajaan Majapahit yakni Mpu Dusun. Mpu Dusun merupakan seorang sastrawan yang tinggal di daerah pedalaman Majapahit. Kitab kakawinnya bernama Kakawin Kunjarakarna Dharmakarthana ia lahirkan.

Bila dicermati dengan seksama, kakawin tersebut bersifat Buddhistis, namun masih dalam kerangka religius Siwa - Buddha. Terdapat dugaaan yang menyatakan bahwa kakawin tersebut digubah sebelum Kakawin Siwaratrtkalpa.

Kisah dalam kakawin Kunjarakarna Dharmakarthana dapat disaksikan melalui relief - relief di Candi Jago. Versi kisah pada relief-relief tersebut belum dapat ditentukan. Tampaklah bahwa kisah Kunjarakarna Dharmakarthana telah dikenal sebelum dituliskan.
(hri)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content