Mpu Prapanca, Pujangga Majapahit yang Kesepian Akibat Hinaan Kaum Bangsawan

Rabu, 11 Januari 2023 - 06:14 WIB
loading...
Mpu Prapanca, Pujangga Majapahit yang Kesepian Akibat Hinaan Kaum Bangsawan
Mpu Prapañca dikenal sebagai pujangga sastra Jawa pada abad XIV atau zaman Majapahit (Ist)
A A A
Mpu Prapañca dikenal sebagai pujangga sastra Jawa pada abad XIV atau zaman Majapahit . Prapanca yang juga disebut Dang Acarya Nadendra juga seorang mpu ternama pada masanya.

Empu Prapañca adalah nama samaran dari pujangga sastra Jawa yang hidup pada abad ke-14 pada zaman Majapahit dan kemungkinan selain pujangga juga merupakan mpu yang paling ternama pada masanya.

Namanya dikenal di Indonesia modern sebagai penulis Kakawin Nāgarakṛtâgama yang termasyhur. Meski namanya tak tersohor layaknya Sang Raja Hayam Wuruk, maupun Mahapatih Gajah Mada.

Tetapi, Mpu Prapanca memiliki peran penting dalam perjalanan Kerajaan Majapahit, hingga akhirnya kerajaan terbesar di Nusantara itu, terabadikan lewat karya sastranya.

Kitab Negarakertagama, yang memuat catatan tentang Majapahit, menjadi salah satu karya Mpu Prapanca yang termasyhur hingga kini. Bahkan, selalu menjadi referensi untuk mempelajari tentang peradaban di masa lalu.

Karya-karya sastranya, mencatat segala bentuk lika-liku kehidupan di masa Kerajaan Majapahit. Sejatinya ia bukanlah sastrawan tulen, melainkan juga sebagai pendeta agama Buddha.

Dikisahkan dalam buku "Menuju Puncak Kemegahan Sejarah Kerajaan Majapahit " karya Slamet Muljana, Prapanca adalah sosok pembesar agama Buddha di Kerajaan Majapahit, pada pemerintahan Raja Hayam Wuruk yang bergelar Rajasanagara tahun 1365 Masehi.

Namun di balik kegemilangan karyanya, Prapanca adalah sosok yang dikisahkan kesepian sepeninggal dari istana dan kota. Ia hidup canggung di sebuah dusun dan kerap merasa sedih.

Konon teman-temannya dahulu melupakannya, dan tidak pernah mengunjunginya. Prapanca merasa rugi, bahwa ia tidak dapat mendengar kata-kata dari baginda raja Majapahit.

Dikisahkan ia menolak tinggal di kota dan justru meninggalkannya untuk hidup di dusun, lantaran adanya hinaan kaum bangsawan. Demi Selamatkan Anak Hinaan yang dimaksud adalah fitnah dari kaum bangsawan yang menimpanya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1561 seconds (0.1#10.140)