Legenda di Balik Tradisi Sapu Koin di Jembatan Sewo Indramayu
Kamis, 11 April 2024 - 08:53 WIB
INDRAMAYU - Di balik hiruk pikuk mudik Lebaran , tradisi unik "sapu koin" di Jembatan Sewo, Indramayu, Jawa Barat, selalu menarik perhatian. Para penyapu koin, dengan sapu lidi di tangan, berebut koin yang dilempar pengendara dari atas jembatan.
Tradisi ini, meskipun berbahaya, telah berlangsung turun temurun. Kasturi, seorang penyapu koin berusia 72 tahun, telah menekuni profesi ini selama 22 tahun. "Saya sudah lama mencari rezeki di sini, sejak usia saya masih 50 tahun," kata Kasturi. Iamengaku bisa mendapatkan Rp150.000 hingga Rp200.000 per hari dari menyapu koin.
Kebiasaan melempar koin di Jembatan Sewo berawal dari mitos tentang arwah kakak beradik Saedah dan Saeni yang konon tinggal di sungai bawah jembatan. Saeni, seorang penari ronggeng Pantura, dikisahkan berubah menjadi buaya.
Mitos tersebut melahirkan kepercayaan bahwa melempar koin di Jembatan Sewo akan membawa keselamatan bagi pengendara. Namun, tradisi ini bukan tanpa bahaya. Para penyapu koin sering kali terancam keselamatannya saat berebut koin di tengah jalan raya.
Di sisi lain, tradisi ini juga merupakan bentuk pertolongan bagi para penyapu koin, terutama di momen Lebaran. "Kalau lagi rame saya bisa dapat uang sampai Rp200.000," ungkap Kasturi.
Pemerintah dan masyarakat perlu mencari solusi untuk menyeimbangkan kedua sisi ini. Solusi yang mungkin bisa dilakukan, diantaranya membuat area khusus untuk tradisi sapu koin.
Kemudian, memberikan edukasi kepada para penyapu koin tentang pentingnya keselamatan diri. Selain itu, diperlukan upaya aparat terkait untuk menertibkan pengendara yang melempar koin di tengah jalan. Namun demikian, tetap harus ada upaya juga upaya mengembangkan alternatif ekonomi bagi para penyapu koin.
Sebagaimana diketahui tradisi sapu koin merupakan bagian dari budaya lokal yang perlu dilestarikan. Namun, keselamatan dan kelancaran lalu lintas juga harus menjadi prioritas. Dengan solusi yang tepat, tradisi ini dapat dilestarikan tanpa membahayakan keselamatan dan mengganggu kelancaran lalu lintas.
Adapun, kebiasaan para pengendara melempar koin tidak lepas dari mitos sungai di bawah Jembatan Sewo yang disebut sebagai tempat tinggal arwah kakak beradik Saedah-Saeni yang melegenda karena hidup keduanya berakhir di sungai tersebut.
Tradisi ini, meskipun berbahaya, telah berlangsung turun temurun. Kasturi, seorang penyapu koin berusia 72 tahun, telah menekuni profesi ini selama 22 tahun. "Saya sudah lama mencari rezeki di sini, sejak usia saya masih 50 tahun," kata Kasturi. Iamengaku bisa mendapatkan Rp150.000 hingga Rp200.000 per hari dari menyapu koin.
Kebiasaan melempar koin di Jembatan Sewo berawal dari mitos tentang arwah kakak beradik Saedah dan Saeni yang konon tinggal di sungai bawah jembatan. Saeni, seorang penari ronggeng Pantura, dikisahkan berubah menjadi buaya.
Mitos tersebut melahirkan kepercayaan bahwa melempar koin di Jembatan Sewo akan membawa keselamatan bagi pengendara. Namun, tradisi ini bukan tanpa bahaya. Para penyapu koin sering kali terancam keselamatannya saat berebut koin di tengah jalan raya.
Di sisi lain, tradisi ini juga merupakan bentuk pertolongan bagi para penyapu koin, terutama di momen Lebaran. "Kalau lagi rame saya bisa dapat uang sampai Rp200.000," ungkap Kasturi.
Dilema Tradisi
Tradisi sapu koin menghadirkan dilema. Di satu sisi, tradisi ini melestarikan budaya lokal dan membantu ekonomi masyarakat. Di sisi lain, tradisi ini membahayakan keselamatan para penyapu koin dan mengganggu kelancaran lalu lintas.Pemerintah dan masyarakat perlu mencari solusi untuk menyeimbangkan kedua sisi ini. Solusi yang mungkin bisa dilakukan, diantaranya membuat area khusus untuk tradisi sapu koin.
Kemudian, memberikan edukasi kepada para penyapu koin tentang pentingnya keselamatan diri. Selain itu, diperlukan upaya aparat terkait untuk menertibkan pengendara yang melempar koin di tengah jalan. Namun demikian, tetap harus ada upaya juga upaya mengembangkan alternatif ekonomi bagi para penyapu koin.
Sebagaimana diketahui tradisi sapu koin merupakan bagian dari budaya lokal yang perlu dilestarikan. Namun, keselamatan dan kelancaran lalu lintas juga harus menjadi prioritas. Dengan solusi yang tepat, tradisi ini dapat dilestarikan tanpa membahayakan keselamatan dan mengganggu kelancaran lalu lintas.
Adapun, kebiasaan para pengendara melempar koin tidak lepas dari mitos sungai di bawah Jembatan Sewo yang disebut sebagai tempat tinggal arwah kakak beradik Saedah-Saeni yang melegenda karena hidup keduanya berakhir di sungai tersebut.
(hri)
tulis komentar anda