Gunung Ile Lewotolok Erupsi 80 Kali Sehari, PVMBG: Waspada dan Hindari Aktivitas di Radius 2 Km!
Minggu, 11 Februari 2024 - 12:37 WIB
LEMBATA - Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali mengalami erupsi dan tercatat 80 kali meletus selama 24 jam pada Sabtu (10/2/2024).
Petugas pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Ile Lewotolok Fajaruddin M Balido mengatakan, letusan ini disertai lontaran lava pijar dalam radius puncak dan gemuruh atau dentuman lemah hingga sedang.
Teramati letusan beramplitudo 19,5-36,2 milimeter dengan durasi antara 39-112 detik. "Tinggi kolom abu 100-400 meter dan warna asap putih dan kelabu," kata Fajaruddin M Balido dalam keterangannya, Minggu (11/2/2024).
Terekam pula sebanyak 144 kali gempa embusan beramplitudo 2,4-23,3 mm dalam durasi 25-107 detik. Tremor harmonik terjadi 2 kali beramplitudo 4,6-6,2 mm dengan durasi 228-344 detikdetik. Ada juga 1 kali tektonik lokal beramplitudo 3,6 mm, S-P 5 detik, dan durasi 32 detik.
Gunung jelas secara visual hingga berkabut 0-II. Asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis hingga sedang setinggi 50-100 meter di atas puncak kawah.
Hingga saat ini, status Gunung Ile Lewotolok masih berada di level II atau Waspada. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merekomendasikan agar hindari aktivitas apapun dalam radius 2 km dari pusat erupsi.
Balido mengingatkan antara lain masyarakat Desa Lamawolo, Lamatokan, dan Jontona agar selalu mewaspadai potensi bahaya guguran atau longsoran lava dan awan panas dari bagian Timur puncak.
"Untuk menghindari gangguan pernapasan atau ISPA maupun gangguan kesehatan Iainnya yang disebabkan oleh abu vulkanik, maka masyarakat yang berada di sekitar dapat menggunakan masker pelindung mulut dan hidung serta perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit," imbaunya.
Dia juga mengimbau masyarakat yang bermukim di lembah agar selalu mewaspadai potensi banjir lahar dingin ataupun lahar hujan dari sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Ile Lewotolok saat musim hujan.
Petugas pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Ile Lewotolok Fajaruddin M Balido mengatakan, letusan ini disertai lontaran lava pijar dalam radius puncak dan gemuruh atau dentuman lemah hingga sedang.
Teramati letusan beramplitudo 19,5-36,2 milimeter dengan durasi antara 39-112 detik. "Tinggi kolom abu 100-400 meter dan warna asap putih dan kelabu," kata Fajaruddin M Balido dalam keterangannya, Minggu (11/2/2024).
Terekam pula sebanyak 144 kali gempa embusan beramplitudo 2,4-23,3 mm dalam durasi 25-107 detik. Tremor harmonik terjadi 2 kali beramplitudo 4,6-6,2 mm dengan durasi 228-344 detikdetik. Ada juga 1 kali tektonik lokal beramplitudo 3,6 mm, S-P 5 detik, dan durasi 32 detik.
Gunung jelas secara visual hingga berkabut 0-II. Asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis hingga sedang setinggi 50-100 meter di atas puncak kawah.
Hingga saat ini, status Gunung Ile Lewotolok masih berada di level II atau Waspada. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merekomendasikan agar hindari aktivitas apapun dalam radius 2 km dari pusat erupsi.
Balido mengingatkan antara lain masyarakat Desa Lamawolo, Lamatokan, dan Jontona agar selalu mewaspadai potensi bahaya guguran atau longsoran lava dan awan panas dari bagian Timur puncak.
"Untuk menghindari gangguan pernapasan atau ISPA maupun gangguan kesehatan Iainnya yang disebabkan oleh abu vulkanik, maka masyarakat yang berada di sekitar dapat menggunakan masker pelindung mulut dan hidung serta perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit," imbaunya.
Dia juga mengimbau masyarakat yang bermukim di lembah agar selalu mewaspadai potensi banjir lahar dingin ataupun lahar hujan dari sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Ile Lewotolok saat musim hujan.
(hri)
tulis komentar anda