Ketua BEM UGM Ungkap Rencana Demo Besar sebelum Hari Pencoblosan Pemilu 2024
Kamis, 08 Februari 2024 - 15:59 WIB
YOGYAKARTA - Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Gadjah Mada (UGM), Gielbran Muhammad Noor, mengungkapkan rencana akan digelarnya demo besar-besaran sebelum hari pencoblosan Pemilu 2024 pada 14 Februari mendatang. Ia menyatakan bahwa saat ini mahasiswa sedang melakukan konsolidasi untuk menyongsong aksi tersebut.
"Dekat-dekat ini teman-teman mahasiswa akan melakukan konsolidasi," ujar Gielbran, Kamis (08/02/2024).
Meskipun demikian, Gielbran tidak memberikan informasi mengenai kapan dan di mana aksi tersebut akan dilaksanakan. Namun, yang pasti, kata dia, demo itu akan dilakukan sebelum pemungutan suara.
Di sisi lain, Gielbran mengekspresikan kekecewaannya terhadap pihak yang menggambarkan tindakan para guru besar dan dosen di beberapa kampus sebagai partisipan.
"Beliau menyampaikan sebagai dosen, bukan partisipan. Itu yang membuat saya merasa narasi yang dibangun menjadi kabur. Sehingga terkesan merendahkan pesan-pesan yang disampaikan oleh profesor-profesor kami," ungkapnya.
Selain itu, Gielbran juga menyesalkan tindakan kepolisian yang disebutnya menghubungi beberapa rektor untuk membuat pernyataan yang memuji kinerja pemerintahan Jokowi. Untungnya, lanjut dia, masih banyak dosen yang memiliki pemikiran yang jernih sehingga menolak untuk membuat pernyataan tersebut.
"Masih banyak profesor yang menolak, dan bahkan hal ini menjadi ramai di media sosial," tambahnya.
"Dekat-dekat ini teman-teman mahasiswa akan melakukan konsolidasi," ujar Gielbran, Kamis (08/02/2024).
Meskipun demikian, Gielbran tidak memberikan informasi mengenai kapan dan di mana aksi tersebut akan dilaksanakan. Namun, yang pasti, kata dia, demo itu akan dilakukan sebelum pemungutan suara.
Di sisi lain, Gielbran mengekspresikan kekecewaannya terhadap pihak yang menggambarkan tindakan para guru besar dan dosen di beberapa kampus sebagai partisipan.
"Beliau menyampaikan sebagai dosen, bukan partisipan. Itu yang membuat saya merasa narasi yang dibangun menjadi kabur. Sehingga terkesan merendahkan pesan-pesan yang disampaikan oleh profesor-profesor kami," ungkapnya.
Selain itu, Gielbran juga menyesalkan tindakan kepolisian yang disebutnya menghubungi beberapa rektor untuk membuat pernyataan yang memuji kinerja pemerintahan Jokowi. Untungnya, lanjut dia, masih banyak dosen yang memiliki pemikiran yang jernih sehingga menolak untuk membuat pernyataan tersebut.
"Masih banyak profesor yang menolak, dan bahkan hal ini menjadi ramai di media sosial," tambahnya.
(hri)
tulis komentar anda