Kasus Ibu-Anak Meninggal Perpanjang Catatan Buruk RSUD Bulukumba
Rabu, 12 Agustus 2020 - 21:16 WIB
Menurut Jafar, organisasi profesi kesehatan harus melakukan pembinaan kepada para anggotanya. Terutama dalam hal pelayanan kepada pasien.
"Kejadian yang hampir sama terus berulang ini menandakan lemahnya pengawasan dan pembinaan di RSUD Bulukumba," tegasnya menyayangkan.
Adapun beberapa kejadian tersebut, belakangan memang telah dibantah oleh pihak rumah sakit sebagai bentuk kelalaian dan buruknya pelayanan. Seperti soal bayi yang meninggal karena kesalahan diagnosa golongan darah. Humas RSUD Bulukumba, Gumala Rubiah saat itu tegas mengatakan kematian bayi bukan karena kesalahan diagnosa.
Akan tetapi karena gangguan pernapasan sejak lahir atau respiratory distress newborn. Bayi tersebut juga kata dia, mengalami komplikasi lain, seperti prematur, berat badan lahir rendah, kelainan pertumbuhan kongenital, anemia dan infeksi.
Sementara soal bayi patah tulang, memang diakui pihak rumah sakit. Direktur RSUD Bulukumba, dr Abdur Rajab yang saat itu masih menjadi Pelaksana tugas (Plt) mengatakan, bayi itu langsung menjalani perawatan di RS Awal Bross dan biayanya ditanggung oleh pihak rumah sakit Bulukumba.
Sementara soal pasien yang operasinya batal di tengah jalan, pihak rumah sakit menjelaskan, keputusan itu diambil lantaran kondisi pasien tidak memungkinkan. Pengangkatan kelenjar di leher tidak dapat dilakukan sebab melengket di area pembuluh darah besar dan saluran pernapasan.
Sehingga berisiko untuk terjadi perdarahan apabila tindakan operasi di bagian leher pasien dari Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang itu terus dilanjutkan.
Akhirnya saat itu, pihak rumah sakit melakukan penanganan kepada pasien tersebut dengan merujuk pasien ke Rumah Sakit Wahidin Makassar.
Sementara soal ibu-anak yang meninggal dalam proses persalinan pekan lalu kata Direktur RSUD Bulukumba, dr Abdur Rajab telah dilakukan pemeriksaan.
"Kejadian yang hampir sama terus berulang ini menandakan lemahnya pengawasan dan pembinaan di RSUD Bulukumba," tegasnya menyayangkan.
Adapun beberapa kejadian tersebut, belakangan memang telah dibantah oleh pihak rumah sakit sebagai bentuk kelalaian dan buruknya pelayanan. Seperti soal bayi yang meninggal karena kesalahan diagnosa golongan darah. Humas RSUD Bulukumba, Gumala Rubiah saat itu tegas mengatakan kematian bayi bukan karena kesalahan diagnosa.
Akan tetapi karena gangguan pernapasan sejak lahir atau respiratory distress newborn. Bayi tersebut juga kata dia, mengalami komplikasi lain, seperti prematur, berat badan lahir rendah, kelainan pertumbuhan kongenital, anemia dan infeksi.
Sementara soal bayi patah tulang, memang diakui pihak rumah sakit. Direktur RSUD Bulukumba, dr Abdur Rajab yang saat itu masih menjadi Pelaksana tugas (Plt) mengatakan, bayi itu langsung menjalani perawatan di RS Awal Bross dan biayanya ditanggung oleh pihak rumah sakit Bulukumba.
Sementara soal pasien yang operasinya batal di tengah jalan, pihak rumah sakit menjelaskan, keputusan itu diambil lantaran kondisi pasien tidak memungkinkan. Pengangkatan kelenjar di leher tidak dapat dilakukan sebab melengket di area pembuluh darah besar dan saluran pernapasan.
Sehingga berisiko untuk terjadi perdarahan apabila tindakan operasi di bagian leher pasien dari Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang itu terus dilanjutkan.
Akhirnya saat itu, pihak rumah sakit melakukan penanganan kepada pasien tersebut dengan merujuk pasien ke Rumah Sakit Wahidin Makassar.
Sementara soal ibu-anak yang meninggal dalam proses persalinan pekan lalu kata Direktur RSUD Bulukumba, dr Abdur Rajab telah dilakukan pemeriksaan.
tulis komentar anda