Rayuan Maut Ki Pekih Ibrahim Bikin Pangeran Diponegoro Ditangkap Belanda
Sabtu, 03 Februari 2024 - 06:01 WIB
Pangeran Diponegoro menjadi buronan Belanda setelah di akhir tahun 1829. Sang pangeran terpaksa keluar masuk hutan belantara bersama dua punakawan atau pengiring Bantengwerang dan Roto.
Di tangan kedua pendampingnya inilah sang pangeran juga dipenuhi kebutuhannya.Sang pangeran terus memasuki hutan belantara di sebelah barat Bagelen.
Hujan panas, rasa sakit akibat serangan malaria dan luka di kakinya tak dia hiraukan. Tekadnya untuk terus melarikan diri dan tak menyerah kendati telah diambang kekalahan jadi modalnya.
Tetapi seorang jenderal Belanda Cleerens mencoba membujuknya untuk berdiskusi membuka pembicaraan dengan Belanda. Berulang kali Cleerens mengirimkan surat ke Pangeran Diponegoro, tapi berulang kali sang pangeran menolak membaca surat itu.
Peter Carey pada bukunya “Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro: 1785 – 1855”, pertahanan diri Pangeran Diponegoro akhirnya pupus setelah seorang kawan lamanya, yang juga penghulu pangeran, Kiai Pekih Ibrahim membujuknya.
Sang tokoh agama ini diutus untuk bertemu Cleerens dan mengundang Pangeran Diponegoro di Remokamal, di hulu Kali Cingcingguling, pada Selasa 16 Februari.
Bahkan Belanda telah menyiapkan penyambutan sang pangeran dengan meminta kain hitam yang cukup bagi sekitar 400 prajurit, uang tunai 200 gulden, satu payung emas kebesaran untuk menandai kepulangan status Pangeran Diponegoro sebagai sultan.
Di tangan kedua pendampingnya inilah sang pangeran juga dipenuhi kebutuhannya.Sang pangeran terus memasuki hutan belantara di sebelah barat Bagelen.
Hujan panas, rasa sakit akibat serangan malaria dan luka di kakinya tak dia hiraukan. Tekadnya untuk terus melarikan diri dan tak menyerah kendati telah diambang kekalahan jadi modalnya.
Baca Juga
Tetapi seorang jenderal Belanda Cleerens mencoba membujuknya untuk berdiskusi membuka pembicaraan dengan Belanda. Berulang kali Cleerens mengirimkan surat ke Pangeran Diponegoro, tapi berulang kali sang pangeran menolak membaca surat itu.
Peter Carey pada bukunya “Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro: 1785 – 1855”, pertahanan diri Pangeran Diponegoro akhirnya pupus setelah seorang kawan lamanya, yang juga penghulu pangeran, Kiai Pekih Ibrahim membujuknya.
Sang tokoh agama ini diutus untuk bertemu Cleerens dan mengundang Pangeran Diponegoro di Remokamal, di hulu Kali Cingcingguling, pada Selasa 16 Februari.
Bahkan Belanda telah menyiapkan penyambutan sang pangeran dengan meminta kain hitam yang cukup bagi sekitar 400 prajurit, uang tunai 200 gulden, satu payung emas kebesaran untuk menandai kepulangan status Pangeran Diponegoro sebagai sultan.
Lihat Juga :
tulis komentar anda