Ini Solusi Wakil Ketua DPRD Jabar Soal Kelangkaan Pupuk
Kamis, 07 Desember 2023 - 14:21 WIB
BANDUNG - Wakil Ketua DPRD Jawa Barat, Achmad Ru'yat menyampaikan solusi soal kelangkaan pupuk bersubsi di sejumlah daerah akhir-akhir ini. Dia mengatakan banyak petani yang melengeluhkan kelangkaan pupuk tersebut setelah dirinya berkeliling ke sejumlah daerah di Jawa Barat.
"Dua minggu lalu saya ke Jonggol Kabupaten Bogor, yang saya jumpai di antaranya kelangkaan pupuk dan kekeringan. Itu sebelum hujan belakangan ini. Kemudian di wilayah pertanian lain di Sukamakmur, Pamijahan dan sekitarnya, juga Jawa Barat secara realitas di lapangan ada kelangkaan pupuk di Karawang, Subang, Garut, dan lainnya,” ujar Ru’yat pada kanal YouTube “Berisik” saat podcast dengan host HMU Kurniadi, Kamis (7/12/2024).
Menurut Ru’yat, pemerintah mestinya tidak membiarkan kelangkaan pupuk terjadi. Sebab, ketika terjadi kelangkaan pupuk maka masyarakat yang bergantung pada pupuk bersubsi terpaksa akan membeli pupuk komirsial. Pupuk komirsial ini nilai jualnya lebih tinggi dari pupuk bersubsidi dan itu merugikan petani.
“Karena penghasilan jual pascapanen itu, ada nilai tukar petani, dapat 100 berarti break event point, rugi. Karena kalau punya modal 100 di depositkan dengan suku bunga 8% maka 108 point. Jadi dikatakan untung kalau nilai tukar petaninya di atas 115 point,” katanya.
Ru’yat kemudian mengajak diskusi Kepala Dinas Perkebunan Jawa Barat soal kelangkaan pupuk bersubsidi tersebut. Dia juga melakukan koordinasikan dengan anggota Komisi IV DPR.
Kepada anggota DPR tersebut, Ru’yat menjelaskan soal keluhan masyarakat yang kesulitan membeli pupuk bersubsidi.
“Akhirnya setelah saya dalami ternyata hasil maping kebutuhan se Indonesia pupuk subsidi ini harus memenuhi 6 juta hektare karena yang disubsidi itu yang punya lahan maksimal 2 hektare, ternyata hitungan Kementan itu sampai menyentuh 60 triliun,” jelasnya.
"Dua minggu lalu saya ke Jonggol Kabupaten Bogor, yang saya jumpai di antaranya kelangkaan pupuk dan kekeringan. Itu sebelum hujan belakangan ini. Kemudian di wilayah pertanian lain di Sukamakmur, Pamijahan dan sekitarnya, juga Jawa Barat secara realitas di lapangan ada kelangkaan pupuk di Karawang, Subang, Garut, dan lainnya,” ujar Ru’yat pada kanal YouTube “Berisik” saat podcast dengan host HMU Kurniadi, Kamis (7/12/2024).
Menurut Ru’yat, pemerintah mestinya tidak membiarkan kelangkaan pupuk terjadi. Sebab, ketika terjadi kelangkaan pupuk maka masyarakat yang bergantung pada pupuk bersubsi terpaksa akan membeli pupuk komirsial. Pupuk komirsial ini nilai jualnya lebih tinggi dari pupuk bersubsidi dan itu merugikan petani.
“Karena penghasilan jual pascapanen itu, ada nilai tukar petani, dapat 100 berarti break event point, rugi. Karena kalau punya modal 100 di depositkan dengan suku bunga 8% maka 108 point. Jadi dikatakan untung kalau nilai tukar petaninya di atas 115 point,” katanya.
Ru’yat kemudian mengajak diskusi Kepala Dinas Perkebunan Jawa Barat soal kelangkaan pupuk bersubsidi tersebut. Dia juga melakukan koordinasikan dengan anggota Komisi IV DPR.
Kepada anggota DPR tersebut, Ru’yat menjelaskan soal keluhan masyarakat yang kesulitan membeli pupuk bersubsidi.
“Akhirnya setelah saya dalami ternyata hasil maping kebutuhan se Indonesia pupuk subsidi ini harus memenuhi 6 juta hektare karena yang disubsidi itu yang punya lahan maksimal 2 hektare, ternyata hitungan Kementan itu sampai menyentuh 60 triliun,” jelasnya.
tulis komentar anda