Kesaktian Aman Dimot, Pejuang Aceh yang Tetap Hidup Meski Dilindas Tank

Rabu, 22 November 2023 - 07:40 WIB
Aman Dimot, sosok pejuang dari Aceh yang tetap hidup meski dilindas tank. Foto/Dok. acehprov.sikn.go.id
Datang dari dataran tinggi Gayo, nama Abu Bakar Aman Dimot begitu melegenda di seluruh Aceh. Pejuang kemerdekaan yang tampil gagah berani melawan penjajah Belanda tersebut, begitu disegani dan dihormati.



Pria yang akrab disapa Aman Dimot tersebut, memiliki keberanian yang tak pernah habis. Dia juga memiliki kemampuan dalam perang gerilya melawan penjajah Belanda, saat perang mempertahankan kemerdekaan di tahun 1945-1947.

Aman Dimot disebut dalam buku berjudul "Perang Pedang Berdarah: Kisah Perjuangan Abu Bakar Aman Dimot 1947-1949" karya Dien Madjid, Rusdi Sufi, Suprayitno, dan Agus Budi Wibowo, memiliki kemampuan yang sangat berbeda dengan pasukan pejuang lainnya.





"Aman Dimot di bawah pimpinan Ilyas Leube berperang dengan cara yang unik, yaitu menghadang tank dan truk pasukan Belanda. Bukan hanya itu, dia dianggap kebal dan memiliki ilmu kanuragan karena tidak tergores apabila disabet pedang ataupun tidak mempan ditembus peluru," demikian ditulis dalam buku tersebut.

Pria kelahiran 1920 di Tanamak, Linge Isaq, Aceh Tengah, begitu melegenda dalam berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia di wilayah Aceh Tengah. Sehingga dia digelari dengan sebutan Pang atau Panglima oleh masyarakat Gayo, karena keberaniannya yang luar biasa melawan Belanda.

Sejak kecil dia dididik dengan lingkungan keluarga muslim yang kuat. Aman Dimot tumbuh menjadi anak yang tegar, sabar, dan mandiri. Dia terbiasa menghadapi semua masalah yang ada.

Ketika berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sampai di Takengon, Aceh Tengah, awal September 1945, dengan bersenjatakan pedang Aman Dimot menggabungkan diri ke dalam Laskar Barisan Berani Mati. Kemudian dia bergabung ke dalam Lasykar Mujahidin yang dipimpin oleh Tgk Ilyas Lebe, dan Tgk M Saleh Adry.

Pada 25 Mei - 10 Juli 1945, Aman Dimot mengikuti latihan kemiliteran yang diselenggarakan Dewan Perjuangan Rakyat (DPR) di Takengon, dipimpin oleh Moede Sedang, dilatih oleh Nataroeddin, Komandan Kompi 16 Tentara Republik Indonesia.



Pada masa Agresi Militer Belanda I, dia bersama pejuang lainnya dikenal begitu gigih mempertahankan jengkal demi jengkal tanah Republik Indonesia dari rongrongan Kolonial Belanda.

Di balik keberanian dan ketangguhan jiwanya, Aman Dimot, juga merupakan sosok yang taat beribadah dan memiliki ilmu kebal (tahan senjata tajam dan peluru). Kelebihan yang dianugerahkan Tuhan ini, kerap membuat musuh yang dihadapinya ciut.

Aman Dimot bersama pang-pang (panglima) lainnya asal Gayo, pada 1947 menyerbu Belanda ke Sumatera Timur. Di mana pada saat itu, Batang Serangan, Langkat, sudah terlebih dahulu dikuasai oleh pasukan Belanda.

Untuk menghadapi Belanda, pasukan Panglima Abu Bakar Aman Dimot bergabung dengan pasukan pejuang setempat menyerang Batang Serangan, dan Rumah Sakit Umum Batang Serangan, yang sudah dijadikan markas militer Belanda.

Dalam penyerangan tersebut, pasukan pejuang menjadi terdesak karena pasukan musuh mengerahkan berbagai senjata berat, termasuk tank. Melihat pertempuran yang tak imbang, pasukan pejuang mengundurkan diri untuk mengatur ulang strategi.



Pilihan lain diambil Panglima Abu Bakar Aman Dimot. Dia bersama dua orang temannya, tidak mau mengundurkan diri dan terus maju mendekati markas militer Belanda. Ketika tengah malam dia nekat menerobos markas militer Belanda hanya dengan menggunakan pedangnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More