Demo Penyelesaian Banjir di Kota Sorong Ricuh, 2 Polisi Terluka
Jum'at, 31 Juli 2020 - 08:08 WIB
SORONG -
Aksi demonstrasi dari ratusan mahasiswa kelompok Cipayung dan mahasiswa di Kota Sorong yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Peduli Banjir Kota Sorong di kantor Walikota Sorong, Kamis (30/7/2020) berlangsung ricuh.
Polisi dan mahasiswa yang saling dorong berujung saling pukul, dengan kayu. Dua polisi mengalami luka-luka akibat terkena pukulan benda tumpul. Dua oknum mahasiswa langsung dimankan, pihak kepolisian, karena diduga sebagai provokator. (Baca: Demonstrasi di Kota Sorong Dibubarkan, Sejumlah Pendemo Diamankan )
Awalnya aksi Aliansi Mahasiswa yang menuntut Pemerintah Kota Sorong segera menyelesaikan masalah banjir berlangsung aman. Mereka melakukan long march menuju kantor Walikota Sorong. Namun setibanya di kantor Walikota, sejumlah mahasiswa membakar ban bekas. Satuan Polisi Pamong Praja yang melarang aksi bakar ban membuat mahasiswa marah, adu mulut, dan sailng dorong terjadi
Polisi yang hendak melerai justru mendapat perlawanan dari mahasiswa. Situasi semakin memanas di mana mahasiswa dan polisi serta Pol PP terlibat aksi saling dorong dan saling pukul menggunakan kayu dan pentungan. Akibatnya, dua anggota polisi mengalami luka di bagian kepala. Dua mahasiswa yang diduga sebagai provokator langsung diamankan polisi dan dibawa menuju Polres Sorong Kota, menggunakan kendaraan Patwal untuk dimintai keterangan.
Kapolres Kota Sorong, AKBP Ary Nyoto Setiawan mengatakan, pihaknya tidak mentolerir aksi massa yang melakukan kekerasan. Apalagi dua anggotanya terluka. "Tadi ada informasi anggota saya yang kena, tetap kami proses. Anggota sekarang divisum setelah itu buat laporan polisi dan kita lakukan upaya-upaya hukum. Siapapun apalagi anggota saya korban, tetap kita buat laporan polisi," ujar Kapolres AKBP Ary Nyoto Setiawan.
Lanjut Ary, nggota polisi yang terluka sementara divisum di klinik Polres Sorong. Kepolisian selanjutnya akan menerbitkan laporan polisi, untuk menyidik siapa pelaku yang menyebabkan kericuhan tersebut. Dalam aksi demonstrasi mahasiswa itu, mereka juga membawa sejumlah alat elektronik dan membuangnya di halaman kantor Walikota.
Menurut Koordinator aksi, Abdul Loklomin, demonstran mahasiswa ini sebagai bentuk perhatian kepada pemerintah Kota Sorong agar lebih serius dalam menyelesaikan persoalan bencana banjir yang melanda Kota Sorong. (Baca: Bertambah 1, Korban Tewas Banjir Sorong Jadi 5 Orang )
Tak hanya itu, mahasiswi juga minta kepada pemerintah agar segera turun ke sejumlah lokasi yang dianggap rawan banjir, untuk segera melakukan perbaikan drainase yang buruk, penanganannya sampah, dan masalah galian C di Kota Sorong.
Mahasiswa memberikan ultimatum kepada pemerintah, agar dalam satu bulan kedepan, semua penanganan banjir harus tuntas. Jika tidak, mereka mengancam untuk menurunkan massa lebih besar dan menduduki kantor Walikota Sorong.
Aksi demonstrasi dari ratusan mahasiswa kelompok Cipayung dan mahasiswa di Kota Sorong yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Peduli Banjir Kota Sorong di kantor Walikota Sorong, Kamis (30/7/2020) berlangsung ricuh.
Polisi dan mahasiswa yang saling dorong berujung saling pukul, dengan kayu. Dua polisi mengalami luka-luka akibat terkena pukulan benda tumpul. Dua oknum mahasiswa langsung dimankan, pihak kepolisian, karena diduga sebagai provokator. (Baca: Demonstrasi di Kota Sorong Dibubarkan, Sejumlah Pendemo Diamankan )
Awalnya aksi Aliansi Mahasiswa yang menuntut Pemerintah Kota Sorong segera menyelesaikan masalah banjir berlangsung aman. Mereka melakukan long march menuju kantor Walikota Sorong. Namun setibanya di kantor Walikota, sejumlah mahasiswa membakar ban bekas. Satuan Polisi Pamong Praja yang melarang aksi bakar ban membuat mahasiswa marah, adu mulut, dan sailng dorong terjadi
Polisi yang hendak melerai justru mendapat perlawanan dari mahasiswa. Situasi semakin memanas di mana mahasiswa dan polisi serta Pol PP terlibat aksi saling dorong dan saling pukul menggunakan kayu dan pentungan. Akibatnya, dua anggota polisi mengalami luka di bagian kepala. Dua mahasiswa yang diduga sebagai provokator langsung diamankan polisi dan dibawa menuju Polres Sorong Kota, menggunakan kendaraan Patwal untuk dimintai keterangan.
Kapolres Kota Sorong, AKBP Ary Nyoto Setiawan mengatakan, pihaknya tidak mentolerir aksi massa yang melakukan kekerasan. Apalagi dua anggotanya terluka. "Tadi ada informasi anggota saya yang kena, tetap kami proses. Anggota sekarang divisum setelah itu buat laporan polisi dan kita lakukan upaya-upaya hukum. Siapapun apalagi anggota saya korban, tetap kita buat laporan polisi," ujar Kapolres AKBP Ary Nyoto Setiawan.
Lanjut Ary, nggota polisi yang terluka sementara divisum di klinik Polres Sorong. Kepolisian selanjutnya akan menerbitkan laporan polisi, untuk menyidik siapa pelaku yang menyebabkan kericuhan tersebut. Dalam aksi demonstrasi mahasiswa itu, mereka juga membawa sejumlah alat elektronik dan membuangnya di halaman kantor Walikota.
Menurut Koordinator aksi, Abdul Loklomin, demonstran mahasiswa ini sebagai bentuk perhatian kepada pemerintah Kota Sorong agar lebih serius dalam menyelesaikan persoalan bencana banjir yang melanda Kota Sorong. (Baca: Bertambah 1, Korban Tewas Banjir Sorong Jadi 5 Orang )
Tak hanya itu, mahasiswi juga minta kepada pemerintah agar segera turun ke sejumlah lokasi yang dianggap rawan banjir, untuk segera melakukan perbaikan drainase yang buruk, penanganannya sampah, dan masalah galian C di Kota Sorong.
Mahasiswa memberikan ultimatum kepada pemerintah, agar dalam satu bulan kedepan, semua penanganan banjir harus tuntas. Jika tidak, mereka mengancam untuk menurunkan massa lebih besar dan menduduki kantor Walikota Sorong.
(don)
tulis komentar anda