Tanpa Smartphone dan Internet, Anak Desa di Madiun Belajar di Pinggir Jalan
Jum'at, 24 Juli 2020 - 10:16 WIB
MADIUN - Keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan di masa pandemi COVID-19, seperti tidak adanya smartphone dan fasilitas internet, tak menyurutkan niat sejumlah pelajar di Kabupaten Madiun untuk belajar.
Para pelajar di Desa Brumbun, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, tetap semangat menimba ilmu meski banyak keterbatasan. Mereka dibantu relawan terpaksa belajar di gardu pinggir jalan.
(Baca juga: Demi Sekolah Daring, Anak-anak di Agam Harus Mendaki Bukit )
Hampir setiap hari sejak empat bulan terakhir, mereka menjadikan sebuah gardu di desa mereka untuk tempat belajar. Anak-anak ini belajar tanpa internet, tanpa smartphone.
Meski tidak satu kelas, anak-anak yang tinggal di lereng Gunung Wilis ini justru satu semangat. Kesulitan mengakses internet menjadikan mereka harus belajar dari buku yang diberikan sekolah.
Ditemani relawan, anak-anak ini mengerjakan tugas dari sekolah. Tak hanya itu, mereka membaca buku paket. "Bila ada kesulitan, ya ditanyakan kepada relawan," ujar Muamar Fauzan Ardafa, salah seorang pelajar.
(Baca juga: Hasil Tes Swab Karyawannya Negatif, RRI Surabaya Masih Lockdown )
Menurutnya, belajar di rumah tidak ada fasilitas internet. Sehingga memilih belajar bersama anak-anak yang lain.
Begitu juga dengan Adifa Asna Gania. Pelajar ini mengaku di rumahnya tidak ada internet. Meskipun punya HP, namun tidak ada pulsa internet. "Akhirnya belajar bareng-bareng di sini. Bisa dibantu guru ini," terangnya sambil menunjuk relawan.
Sementara itu, Binti Napsiah, seorang relawan mengaku kasihan melihat anak-anak di desa ini kalau gak bisa belajar. Menurutnya, anak-anak ini ada yang hidup bersama neneknya. Jadi, kata Binti, di rumah tidak bisa belajar. "Akhirnya ya saya suruh ke sini saja," kata Binti.
Lihat Juga: Riwayat Karier Kolonel Inf Rama Pratama, Danrem 081/Dirotsaha Jaya Madiun Lulusan Akmil 98
Para pelajar di Desa Brumbun, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, tetap semangat menimba ilmu meski banyak keterbatasan. Mereka dibantu relawan terpaksa belajar di gardu pinggir jalan.
(Baca juga: Demi Sekolah Daring, Anak-anak di Agam Harus Mendaki Bukit )
Hampir setiap hari sejak empat bulan terakhir, mereka menjadikan sebuah gardu di desa mereka untuk tempat belajar. Anak-anak ini belajar tanpa internet, tanpa smartphone.
Meski tidak satu kelas, anak-anak yang tinggal di lereng Gunung Wilis ini justru satu semangat. Kesulitan mengakses internet menjadikan mereka harus belajar dari buku yang diberikan sekolah.
Ditemani relawan, anak-anak ini mengerjakan tugas dari sekolah. Tak hanya itu, mereka membaca buku paket. "Bila ada kesulitan, ya ditanyakan kepada relawan," ujar Muamar Fauzan Ardafa, salah seorang pelajar.
(Baca juga: Hasil Tes Swab Karyawannya Negatif, RRI Surabaya Masih Lockdown )
Menurutnya, belajar di rumah tidak ada fasilitas internet. Sehingga memilih belajar bersama anak-anak yang lain.
Begitu juga dengan Adifa Asna Gania. Pelajar ini mengaku di rumahnya tidak ada internet. Meskipun punya HP, namun tidak ada pulsa internet. "Akhirnya belajar bareng-bareng di sini. Bisa dibantu guru ini," terangnya sambil menunjuk relawan.
Sementara itu, Binti Napsiah, seorang relawan mengaku kasihan melihat anak-anak di desa ini kalau gak bisa belajar. Menurutnya, anak-anak ini ada yang hidup bersama neneknya. Jadi, kata Binti, di rumah tidak bisa belajar. "Akhirnya ya saya suruh ke sini saja," kata Binti.
Lihat Juga: Riwayat Karier Kolonel Inf Rama Pratama, Danrem 081/Dirotsaha Jaya Madiun Lulusan Akmil 98
(msd)
tulis komentar anda