Mimpi Buruk Sultan Amangkurat I Buatnya Patuh ke Ulama dan Berdamai dengan Banten
Selasa, 23 Mei 2023 - 08:21 WIB
Sultan Amangkurat I konon pernah bermusuhan dan memerintahkan untuk memusuhi tokoh ulama yang membongkar rahasianya. Alhasil konon banyak pemuka agama dan keluarganya terpaksa menjadi korban sewenang-wenangnya Sultan Mataram yang memerintah pasca Sultan Agung wafat itu.
Namun suatu ketika akhirnya Sultan Amangkurat I menyerah ke pemuka agama dan juga berdamai dengan Banten, yang juga sebelumnya sempat dimusuhi oleh Mataram.
Peristiwa ini diawali dari sebuah mimpi mengerikan Sultan Amangkurat I. Konon suatu malam sebagaimana dikisahkan pada "Disintegrasi Mataram : Dibawah Mangkurat I", Sultan Mataram itu bermimpi badannya penuh dengan bisul bernanah.
Mimpinya inilah yang mematahkan kemauan dan sikap keras kepalanya. Ia menjadi religius, dimintanya para pemuka agama untuk berdoa baginya. Bahkan bersumpah akan melancarkan perang ke timur, yang dimaksud di sini ke Blambangan, dan berjanji akan membina hubungan yang menyenangkan bagi orang - orang Banten, demi memelihara nama baiknya.
Baca juga: Supiyah, Calhaj Usia 93 Tahun Gagal Naik Haji Terbentur Aturan: Ikhlas Saja!
Para pemuka agama menyatakan kesediaan berdoa bagi Raja dan menyembuhkannya dari penyakitnya dalam waktu sepuluh hari. Sejak itu Pangeran Purbaya amat dihormati oleh Sultan Amangkurat I, dipandang sebagai orang keramat oleh Raja. Dari sana pulalah segera akan dimulai perang terhadap timur.
Anehnya, kisah yang diberitakan Van Goens ini sebagian dibenarkan oleh Babad Sangkala. Pada tahun 1574 konon sebuah meriam meledak di paseban, tidak lama sesudah itu pintu gerbang dipindahkan. Ini menunjuk kepada meledaknya meriam Jawa dan disemennya pintu gerbang ke lapangan besar.
Sejak itu hubungan antara Banten dan Mataram memang nyata bertambah baik, tetapi tidak ada berita bahwa akan dilancarkan ekspedisi besar-besaran terhadap Blambangan. Sebaliknya, Kompenilah yang pertama-tama harus merasakan akibat-akibat kurang menyenangkan dari hubungan yang lebih baik antara kedua belah pihak itu.
Orang-orang Banten mulai bersikap sangat buruk terhadap kompeni Belanda, semula hal ini diduga akibat pengaruh Inggris, yang ketika itu sedang berperang terhadap Republik (Belanda). Tetapi sesudah perjanjian sepuluh tahun dengan Banten berakhir, ternyata bahwa Batavia menderita sebagai akibat kemarahan para tetangga.
Kemudian hubungan yang lebih baik antara Mataram dan Banten itu terwujud dalam suatu rencana perkawinan, yang baru diketahui Batavia ketika gagal pada tahun 1656.
Namun suatu ketika akhirnya Sultan Amangkurat I menyerah ke pemuka agama dan juga berdamai dengan Banten, yang juga sebelumnya sempat dimusuhi oleh Mataram.
Peristiwa ini diawali dari sebuah mimpi mengerikan Sultan Amangkurat I. Konon suatu malam sebagaimana dikisahkan pada "Disintegrasi Mataram : Dibawah Mangkurat I", Sultan Mataram itu bermimpi badannya penuh dengan bisul bernanah.
Mimpinya inilah yang mematahkan kemauan dan sikap keras kepalanya. Ia menjadi religius, dimintanya para pemuka agama untuk berdoa baginya. Bahkan bersumpah akan melancarkan perang ke timur, yang dimaksud di sini ke Blambangan, dan berjanji akan membina hubungan yang menyenangkan bagi orang - orang Banten, demi memelihara nama baiknya.
Baca juga: Supiyah, Calhaj Usia 93 Tahun Gagal Naik Haji Terbentur Aturan: Ikhlas Saja!
Para pemuka agama menyatakan kesediaan berdoa bagi Raja dan menyembuhkannya dari penyakitnya dalam waktu sepuluh hari. Sejak itu Pangeran Purbaya amat dihormati oleh Sultan Amangkurat I, dipandang sebagai orang keramat oleh Raja. Dari sana pulalah segera akan dimulai perang terhadap timur.
Anehnya, kisah yang diberitakan Van Goens ini sebagian dibenarkan oleh Babad Sangkala. Pada tahun 1574 konon sebuah meriam meledak di paseban, tidak lama sesudah itu pintu gerbang dipindahkan. Ini menunjuk kepada meledaknya meriam Jawa dan disemennya pintu gerbang ke lapangan besar.
Sejak itu hubungan antara Banten dan Mataram memang nyata bertambah baik, tetapi tidak ada berita bahwa akan dilancarkan ekspedisi besar-besaran terhadap Blambangan. Sebaliknya, Kompenilah yang pertama-tama harus merasakan akibat-akibat kurang menyenangkan dari hubungan yang lebih baik antara kedua belah pihak itu.
Orang-orang Banten mulai bersikap sangat buruk terhadap kompeni Belanda, semula hal ini diduga akibat pengaruh Inggris, yang ketika itu sedang berperang terhadap Republik (Belanda). Tetapi sesudah perjanjian sepuluh tahun dengan Banten berakhir, ternyata bahwa Batavia menderita sebagai akibat kemarahan para tetangga.
Kemudian hubungan yang lebih baik antara Mataram dan Banten itu terwujud dalam suatu rencana perkawinan, yang baru diketahui Batavia ketika gagal pada tahun 1656.
(msd)
tulis komentar anda