Kisah Ki Ageng Cukil Wanakusuma, Rela Meninggalkan Keraton Yogyakarta demi Rakyat dan Syiar Islam

Selasa, 09 Mei 2023 - 06:05 WIB
Di tempat yang kini bernama Desa Cukilan inilah, Ki Ageng Cukil membuat pesanggrahan hingga akhirnya beliau wafat.



Sebelum wafat, Ki Ageng Cukil mengumpulkan para pengikutnya untuk berunding mengenai kelanjutan perjuangan dan pemberian nama pesanggrahan tersebut.

Atas usulan para pengikut, akhirnya diputuskan bahwa pesanggrahan yang mereka tempati tersebut diberi nama Cukilan. Hingga kini, masyarakat Desa Cukilan masih mengenang jasa Ki Ageng Cukil dengan melakukan tradisi Saparan.

Saparan dilaksanakan saat haul Ki Ageng Cukil Wanakusuma yang jatuh pada bulan Safar. "Kalau hari biasa, memang satu dua pengunjung yang datang, itupun tidak setiap hari. Baru ramai kalau pas ada tradisi saparan untuk mengenang haul Ki Ageng Cukil yang jatuh pada bulan Safar," terangnya.

Soleh menjelaskan, dalam tradisi saparan tersebut, dimulai dari perjalanan usung usungan rangkaian sesaji (dhondhang) dari jarak satu kilometer menuju ke kompleks Makam Ki Ageng Cukil. Pada barisan paling depan biasanya diawali dengan sepuluh warga yang berpakaian menyerupai prajurit Wonokusuman.



Selama perjalanan, biasanya jumlah dhondhang makin bertambah banyak karena warga setempat yang sudah mempersiapkan dhondang ikut bergabung begitu iring-iringan persis di depan rumah mereka. Salah satu makanan yang tak pernah ketinggalan adalah ingkung (ayam yang dimasak untuk selamatan).

"Tradisi ini sudah berlangsung lama dan baru beberapa tahun belakangan dikemas dengan acara yang lebih menarik dengan menampilkan hiburan rakyat. Banyak pendatang dari luar daerah yang secara rutin mengikuti tradisi ini," pungkasnya.
(nic)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content