Pangeran Saudi Bantah Ada Agen Asing dalam Pembunuhan Raja Faisal
Rabu, 29 April 2020 - 07:06 WIB
Pangeran Turki menekankan bahwa Arab Saudi mengikuti hukum Syariah Islam, dan bahwa sistem intelijen dan yurisdiksinya tidak mengizinkan pembunuhan siapa pun di bagian dunia mana pun. Di sisi lain, perannya adalah untuk mengumpulkan informasi dan mencari sumber sebelum menyerahkannya kepada pejabat terkait.
Pangeran Turki mencatat bahwa Raja Faisal ingin membujuk anggota oposisi Saudi yang tinggal di luar kerajaan untuk kembali ke negara tersebut. "Kementerian Dalam Negeri, Intelejen Umum dan perwakilan Raja memainkan peran mereka dalam membuat upaya Raja Faisal berhasil dalam hal ini dengan mengembalikan sebagian dari mereka ke negara ini," kata dia.
Pangeran Turki membantah tuduhan bahwa organisasi teroris al-Qaeda di Afghanistan adalah ciptaan badan-badan intelijen Arab Saudi dan Amerika Serikat. Dia menyatakan bahwa peran intelijen di Afghanistan adalah untuk mendukung upaya Mujahidin melawan invasi Soviet pada saat itu, serta untuk mencegah perluasan invasi tersebut ke Pakistan.
Pangeran Turki melanjutkan, telah ada kerja sama Arab Saudi-Amerika-Pakistan untuk mendukung Mujahidin melawan invasi Soviet kala itu. Ada jutaan anggota Mujahidin Afghanistan yang hidup secara menyedihkan di kamp-kamp pengungsi di Pakistan, dan sukarelawan Arab atau pun Mujahidin menyediakan layanan bagi para pengungsi tersebut.
Para pemimpin al-Qaeda dari Arab berkumpul bersama dengan orang-orang Afghanistan di Peshawar, dan itu adalah awal dari organisasi teroris al-Qaeda pada saat perang saudara berkecamuk di Afghanistan. Menurutnya, intelijen Arab Saudi dan Amerika Serikat tidak memiliki peran sama sekali dalam hal ini.
Pangeran Turki menegaskan bahwa dia tidak memiliki hubungan dengan Osama bin Laden, pendiri al-Qaeda. “Namun, saya bertemu dengannya pada beberapa kesempatan di mana saya diundang oleh kedutaan Saudi di Pakistan. Kemudian saya bertemu dengannya di Jeddah di mana dia mengajukan permintaan dukungan intelijen untuk Mujahidin Arab melawan rezim komunis Yaman Selatan tetapi saya menolak permintaan itu," kata dia.
Pada 1995, mantan Presiden Sudan Omar Bashir menawarkan untuk menyerahkan Osama bin Laden ke Kerajaan Arab Saudi dengan syarat dia tidak akan dituntut, tetapi pemerintah Saudi menolaknya. "Setelah ini saya pergi, membawa surat dari Putra Mahkota Abdullah ke Mullah Omar, penguasa Afghanistan, mencari ekstradisi (Osama) bin Laden untuk mengadilinya di Riyadh, tetapi itu tidak terjadi," kata dia.
Pangeran Turki mencatat bahwa Raja Faisal ingin membujuk anggota oposisi Saudi yang tinggal di luar kerajaan untuk kembali ke negara tersebut. "Kementerian Dalam Negeri, Intelejen Umum dan perwakilan Raja memainkan peran mereka dalam membuat upaya Raja Faisal berhasil dalam hal ini dengan mengembalikan sebagian dari mereka ke negara ini," kata dia.
Pangeran Turki membantah tuduhan bahwa organisasi teroris al-Qaeda di Afghanistan adalah ciptaan badan-badan intelijen Arab Saudi dan Amerika Serikat. Dia menyatakan bahwa peran intelijen di Afghanistan adalah untuk mendukung upaya Mujahidin melawan invasi Soviet pada saat itu, serta untuk mencegah perluasan invasi tersebut ke Pakistan.
Pangeran Turki melanjutkan, telah ada kerja sama Arab Saudi-Amerika-Pakistan untuk mendukung Mujahidin melawan invasi Soviet kala itu. Ada jutaan anggota Mujahidin Afghanistan yang hidup secara menyedihkan di kamp-kamp pengungsi di Pakistan, dan sukarelawan Arab atau pun Mujahidin menyediakan layanan bagi para pengungsi tersebut.
Para pemimpin al-Qaeda dari Arab berkumpul bersama dengan orang-orang Afghanistan di Peshawar, dan itu adalah awal dari organisasi teroris al-Qaeda pada saat perang saudara berkecamuk di Afghanistan. Menurutnya, intelijen Arab Saudi dan Amerika Serikat tidak memiliki peran sama sekali dalam hal ini.
Pangeran Turki menegaskan bahwa dia tidak memiliki hubungan dengan Osama bin Laden, pendiri al-Qaeda. “Namun, saya bertemu dengannya pada beberapa kesempatan di mana saya diundang oleh kedutaan Saudi di Pakistan. Kemudian saya bertemu dengannya di Jeddah di mana dia mengajukan permintaan dukungan intelijen untuk Mujahidin Arab melawan rezim komunis Yaman Selatan tetapi saya menolak permintaan itu," kata dia.
Pada 1995, mantan Presiden Sudan Omar Bashir menawarkan untuk menyerahkan Osama bin Laden ke Kerajaan Arab Saudi dengan syarat dia tidak akan dituntut, tetapi pemerintah Saudi menolaknya. "Setelah ini saya pergi, membawa surat dari Putra Mahkota Abdullah ke Mullah Omar, penguasa Afghanistan, mencari ekstradisi (Osama) bin Laden untuk mengadilinya di Riyadh, tetapi itu tidak terjadi," kata dia.
(nth)
tulis komentar anda