Ngeri, Rakyat Korea Utara yang Kelaparan Disuruh Makan Hewan Sejenis Penyu
Rabu, 22 Juli 2020 - 08:51 WIB
PYONGYANG - Warga miskin di Korea Utara (Korut) sebentar lagi terpaksa harus makan hewan reptil sejenis penyu yang dinamai Terrapin. Mereka diharuskan memakan hewan tersebut oleh pemipin Korut, Kim Jong-un, karena saat ini mereka hidup dalam kemelaratan akibat pandemi COVID-19.
Pandemi COVID-19 membuat Korea Utara memperketat perbatasannya, yang membuat penduduk di negara itu kesulitan mendapatkan bahan makanan dari wilayah luar negara. Baca : Persenjataan Canggih Korut Diprediksi Bisa Patahkan Tameng Rudal
Sebelum pandemi, jutaan orang di negara itu telah berada di garis batas kemiskinan selama bertahun-tahun karena kesalahan manajemen pemerintah dan sanksi PBB.
Perdagangan Korea Utara menjadi sasaran sanksi PBB karena ambisi Kim Jong-un untuk memiliki senjata nuklir. Dalam upaya untuk membantu warganya melawan rasa lapar, situs web pemerintah; Naenara, telah menyerukan mereka untuk makan terrapin. "Secara khusus, darahnya berkhasiat untuk diabetes dan anak-anak yang lemah," imbuh seruan pemerintah Korut.
Menurut seruan di situs pemerintah itu, terrapin dianjurkan disajikan mentah atau dibuat menjadi kaldu, semur atau bubur. Ekonomi Korea Utara mengalami salah satu tahun terburuk dalam sejarah baru-baru ini. Pada 2016, sanksi-sanksi PBB yang diberlakukan telah menghalangi hampir semua rute perdagangannya selain dari dan dengan China.
Sebelum pandemi Covid-19 perdagangan China dengan Korea Utara menyumbang 95% dari semua perdagangan global dengan negara itu. Menurut laporan The Diplomat, pada bulan Maret dan April tahun ini perdagangan China-Korea Utara turun 90% setelah perbatasan ditutup. Baca Juga : Planet Labs Ungkap Gerak-gerik Korut yang Buat Senjata Nuklir
Banyak kebutuhan sehari-hari seperti minyak goreng, tepung dan beras belum dapat masuk ke negara itu. Menurut pelapor PBB, lebih dari 40 persen warga Korea Utara sudah mengalami krisis makanan sebelum pandemi Covid-19, banyak dari mereka menderita kekurangan gizi dan pertumbuhannya terhambat.
Pandemi ini juga memberi tekanan besar pada persediaan obat Korea Utara. Banyak orang tidak mendapat obat untuk kondisi kronis sehingga rezim Kim Jong-un memerintahkan rumah sakit regional untuk mulai memproduksi obat-obatan sendiri.
Sebagian besar rumah sakit tidak dapat melakukannya karena kurangnya keahlian dan peralatan. Lebih buruk lagi, banyak pabrik tutup di negara itu karena ekspor mengering. Baca Lagi : Serangan Cyber Korut Bisa Terjadi Saat Pilpres Amerika
Untuk membantu warganya menavigasi jalan mereka melewati krisis, pemerintah telah menyarankan orang berburu pheasanta. Mereka juga merekomendasikan teh pelangsing yang diharapkan membuat peminumnya merasa kenyang.
Pandemi COVID-19 membuat Korea Utara memperketat perbatasannya, yang membuat penduduk di negara itu kesulitan mendapatkan bahan makanan dari wilayah luar negara. Baca : Persenjataan Canggih Korut Diprediksi Bisa Patahkan Tameng Rudal
Sebelum pandemi, jutaan orang di negara itu telah berada di garis batas kemiskinan selama bertahun-tahun karena kesalahan manajemen pemerintah dan sanksi PBB.
Perdagangan Korea Utara menjadi sasaran sanksi PBB karena ambisi Kim Jong-un untuk memiliki senjata nuklir. Dalam upaya untuk membantu warganya melawan rasa lapar, situs web pemerintah; Naenara, telah menyerukan mereka untuk makan terrapin. "Secara khusus, darahnya berkhasiat untuk diabetes dan anak-anak yang lemah," imbuh seruan pemerintah Korut.
Menurut seruan di situs pemerintah itu, terrapin dianjurkan disajikan mentah atau dibuat menjadi kaldu, semur atau bubur. Ekonomi Korea Utara mengalami salah satu tahun terburuk dalam sejarah baru-baru ini. Pada 2016, sanksi-sanksi PBB yang diberlakukan telah menghalangi hampir semua rute perdagangannya selain dari dan dengan China.
Sebelum pandemi Covid-19 perdagangan China dengan Korea Utara menyumbang 95% dari semua perdagangan global dengan negara itu. Menurut laporan The Diplomat, pada bulan Maret dan April tahun ini perdagangan China-Korea Utara turun 90% setelah perbatasan ditutup. Baca Juga : Planet Labs Ungkap Gerak-gerik Korut yang Buat Senjata Nuklir
Banyak kebutuhan sehari-hari seperti minyak goreng, tepung dan beras belum dapat masuk ke negara itu. Menurut pelapor PBB, lebih dari 40 persen warga Korea Utara sudah mengalami krisis makanan sebelum pandemi Covid-19, banyak dari mereka menderita kekurangan gizi dan pertumbuhannya terhambat.
Pandemi ini juga memberi tekanan besar pada persediaan obat Korea Utara. Banyak orang tidak mendapat obat untuk kondisi kronis sehingga rezim Kim Jong-un memerintahkan rumah sakit regional untuk mulai memproduksi obat-obatan sendiri.
Sebagian besar rumah sakit tidak dapat melakukannya karena kurangnya keahlian dan peralatan. Lebih buruk lagi, banyak pabrik tutup di negara itu karena ekspor mengering. Baca Lagi : Serangan Cyber Korut Bisa Terjadi Saat Pilpres Amerika
Untuk membantu warganya menavigasi jalan mereka melewati krisis, pemerintah telah menyarankan orang berburu pheasanta. Mereka juga merekomendasikan teh pelangsing yang diharapkan membuat peminumnya merasa kenyang.
(sri)
tulis komentar anda