Ramalan Sunan Giri soal Mataram Membuat Raja Pajang Jaka Tingkir Was-was
Kamis, 06 April 2023 - 07:17 WIB
Setelah itu sang Raja Pajang tersebut memerintahkan agar menggali sebuah danau, dan perintahnya itu dipatuhi. Danau itu diberi nama Patut. Kemudian mereka semua diberi izin pulang kembali.
Sekembalinya Sunan Giri dari Pajang, timbullah reaksi beragam dari perkataan Sunan Giri. Sang Raja Pajang Jaka Tingkir yang dilantik pun dibuat terkejut akan perkataan Sunan Giri, perkataan itu seolah menjadi ramalan dan memang kerap kali ramalan itu terealisasi.
Maka sepulangnya Sunan Giri, Raja Pajang Jaka Tingkir ingin segera memadamkan bunga api itu, yang tak lain adalah Mataram. Tetapi ayahnya tidak mau melanggar keputusan Tuhan, dan takut akan akibatnya.
Di Mataram ramalan itu memberi alasan kepada Kiai Gede Mataram untuk mengeluarkan empat peraturan.
Serat Kandha (508-523) menurut De Graaf tidak memperlihatkan perbedaan yang penting. Tulisan itu lebih panjang lebar dan lebih berbunga-bunga. Ki Pamanahan membawa serta 100 orang, gustinya membawa 1.000 orang bersenjata.
Sultan Pajang juga naik gajah. Ditunjukkan dengan tegas bahwa Sultan Pajang sudah diangkat oleh rakyat Demak sebagai raja, jadi ia memohon pengukuhan Sunan Giri.
Maka, berlangsunglah penobatan yang khidmat di hadapan para bupati ujung timur Pulau Jawa. Sedangkan Sultan duduk di atas permadani.
Waktu diadakan selamatan setelah penobatan itu, Bupati Mataram memperlihatkan kesopanan yang jauh melebihi para hadirin lainnya. Daun-daun pisang pembungkus nasi dilipatnya dengan rapi dan tempatnya dibersihkannya kembali, sehingga tampak rapi dan menarik perhatian.
Setelah itu Sunan Giri mengucapkan ramalannya, dan Ki Gede Mataram lalu mencium kaki raja.
Lihat Juga: Kisah Tumenggung Pati Pembisik Sultan Amangkurat I Meredam Konflik Kesultanan Mataram dengan Banten
Sekembalinya Sunan Giri dari Pajang, timbullah reaksi beragam dari perkataan Sunan Giri. Sang Raja Pajang Jaka Tingkir yang dilantik pun dibuat terkejut akan perkataan Sunan Giri, perkataan itu seolah menjadi ramalan dan memang kerap kali ramalan itu terealisasi.
Maka sepulangnya Sunan Giri, Raja Pajang Jaka Tingkir ingin segera memadamkan bunga api itu, yang tak lain adalah Mataram. Tetapi ayahnya tidak mau melanggar keputusan Tuhan, dan takut akan akibatnya.
Di Mataram ramalan itu memberi alasan kepada Kiai Gede Mataram untuk mengeluarkan empat peraturan.
Serat Kandha (508-523) menurut De Graaf tidak memperlihatkan perbedaan yang penting. Tulisan itu lebih panjang lebar dan lebih berbunga-bunga. Ki Pamanahan membawa serta 100 orang, gustinya membawa 1.000 orang bersenjata.
Sultan Pajang juga naik gajah. Ditunjukkan dengan tegas bahwa Sultan Pajang sudah diangkat oleh rakyat Demak sebagai raja, jadi ia memohon pengukuhan Sunan Giri.
Maka, berlangsunglah penobatan yang khidmat di hadapan para bupati ujung timur Pulau Jawa. Sedangkan Sultan duduk di atas permadani.
Waktu diadakan selamatan setelah penobatan itu, Bupati Mataram memperlihatkan kesopanan yang jauh melebihi para hadirin lainnya. Daun-daun pisang pembungkus nasi dilipatnya dengan rapi dan tempatnya dibersihkannya kembali, sehingga tampak rapi dan menarik perhatian.
Setelah itu Sunan Giri mengucapkan ramalannya, dan Ki Gede Mataram lalu mencium kaki raja.
Lihat Juga: Kisah Tumenggung Pati Pembisik Sultan Amangkurat I Meredam Konflik Kesultanan Mataram dengan Banten
(shf)
tulis komentar anda