Pemegang Saham Intiland Menyetujui Seluruh Agenda RUPS Tahunan
Rabu, 15 Juli 2020 - 15:40 WIB
Archied mengakui bahwa industri properti menjadi salah satu sektor yang paling terdampak pandemi COVID-19. Banyak konsumen dan investor properti cenderung bersikap menunggu kondisi membaik dan memilih untuk menunda dulu pembelian.
“Hampir semua developer menghadapi tantangan yang cukup berat, termasuk dampak dari pandemi COVID-19 . Meskipun daya beli pasar tetap ada, konsumen memilih untuk menunda pembelian atau investasi. Penjualan properti masih didominasi pasar end user, terutama di segmen menegah ke bawah,” kata Archied.
Di tengah tantangan yang terjadi di industri properti, Perseroan masih berhasil mempertahankan kinerja usaha. Sampai akhir kuartal I tahun ini, Perseroan membukukan pendapatan usaha sebesar Rp830,6 miliar, atau turun 6,4% dibandingkan kurtal I 2019 senilai Rp887,6 miliar. Penurunan ini terutama disebabkan oleh turunnya pengakuan pendapatan dari segmen mixed-use dan high rise dan kawasan perumahan.
Pendapatan pengembangan (development income) tercatat memberikan kontribusi terbesar, yakni mencapai Rp546,8 miliar atau 82,3% dari keseluruhan. Perolehan tersebut bersumber dari segmen pengembangan mixed-use dan high rise senilai Rp455,1 miliar dan kawasan perumahan
sebesar Rp91,7 miliar.
“Di triwulan pertama tahun ini, kami juga melakukan penjualan lahan seluas 3,2 hektare di Surabaya senilai Rp58,3 miliar. Lahan ini masuk kategori inventori dan bukan termasuk aset utama yang akan dikembangkan dalam waktu dekat,” ungkap Archied.
Perseroan juga memperoleh pendapatan usaha yang bersumber dari pendapatan berkelanjutan (recurring income) sebesar Rp159,6 miliar atau 17,7% dari keseluruhan. Pendapatan usaha dari segmen ini meningkat 1,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp157,1 miliar.
Sebagai tambahan, Perseroan juga memperoleh pendapatan derivatif senilai Rp124,1 miliar. Pendapatan atas bunga ini merupakan dampak atas penerapan Pernyataan Standar Akutansi Keuangan baru yang berlaku mulai awal tahun 2020.
Perseroan tercatat membukukan laba usaha sebesar Rp234,9 miliar atau meningkat 27,6% dibandingkan perolehan triwulan I tahun 2019. Peningkatan ini mendorong perolehan laba bersih sebesar Rp84,4 miliar atau melonjak 74,4% dibandingkan triwulan I tahun lalu senilai Rp48,4 miliar.
Archied meproyeksikan Industri properti masih akan menghadapi tantangan cukup berat dalam enam bulan ke depan. Kondisi darurat akibat pandemik penyebaran COVID-19 telah secara langsung menciptakan dampak negatif terhadap kondisi perekonomian serta upaya pemulihan sektor properti nasional.
“Hampir semua developer menghadapi tantangan yang cukup berat, termasuk dampak dari pandemi COVID-19 . Meskipun daya beli pasar tetap ada, konsumen memilih untuk menunda pembelian atau investasi. Penjualan properti masih didominasi pasar end user, terutama di segmen menegah ke bawah,” kata Archied.
Di tengah tantangan yang terjadi di industri properti, Perseroan masih berhasil mempertahankan kinerja usaha. Sampai akhir kuartal I tahun ini, Perseroan membukukan pendapatan usaha sebesar Rp830,6 miliar, atau turun 6,4% dibandingkan kurtal I 2019 senilai Rp887,6 miliar. Penurunan ini terutama disebabkan oleh turunnya pengakuan pendapatan dari segmen mixed-use dan high rise dan kawasan perumahan.
Pendapatan pengembangan (development income) tercatat memberikan kontribusi terbesar, yakni mencapai Rp546,8 miliar atau 82,3% dari keseluruhan. Perolehan tersebut bersumber dari segmen pengembangan mixed-use dan high rise senilai Rp455,1 miliar dan kawasan perumahan
sebesar Rp91,7 miliar.
“Di triwulan pertama tahun ini, kami juga melakukan penjualan lahan seluas 3,2 hektare di Surabaya senilai Rp58,3 miliar. Lahan ini masuk kategori inventori dan bukan termasuk aset utama yang akan dikembangkan dalam waktu dekat,” ungkap Archied.
Perseroan juga memperoleh pendapatan usaha yang bersumber dari pendapatan berkelanjutan (recurring income) sebesar Rp159,6 miliar atau 17,7% dari keseluruhan. Pendapatan usaha dari segmen ini meningkat 1,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp157,1 miliar.
Sebagai tambahan, Perseroan juga memperoleh pendapatan derivatif senilai Rp124,1 miliar. Pendapatan atas bunga ini merupakan dampak atas penerapan Pernyataan Standar Akutansi Keuangan baru yang berlaku mulai awal tahun 2020.
Perseroan tercatat membukukan laba usaha sebesar Rp234,9 miliar atau meningkat 27,6% dibandingkan perolehan triwulan I tahun 2019. Peningkatan ini mendorong perolehan laba bersih sebesar Rp84,4 miliar atau melonjak 74,4% dibandingkan triwulan I tahun lalu senilai Rp48,4 miliar.
Archied meproyeksikan Industri properti masih akan menghadapi tantangan cukup berat dalam enam bulan ke depan. Kondisi darurat akibat pandemik penyebaran COVID-19 telah secara langsung menciptakan dampak negatif terhadap kondisi perekonomian serta upaya pemulihan sektor properti nasional.
tulis komentar anda