Solo Disebut Zona Hitam, Ganjar Pranowo Sebut Ada yang Lagi Benci
Selasa, 14 Juli 2020 - 15:31 WIB
SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menepis kabar bahwa Kota Solo telah menjadi zona hitam penyebaran COVID-19. Ganjar justru mempertanyakan kejelasan informasi yang tersebar di masyarakat itu.
"Solo zona hitam itu jarene sopo (kata siapa)?. Yang ngomong zona hitam siapa?," tanya Ganjar saat ditemui awak media di ruang kerjanya, Semarang, Selasa (14/7/2020). (Baca juga: Sekda Grobogan Positif COVID-19, Seluruh Ruang Pemda Disterilisasi)
Ganjar mengaku tidak mengerti, Solo mendapat predikat sebagai zona hitam penyebaran COVID-19. Dirinya juga heran, tiba-tiba status itu diberikan ke Solo. (Baca juga: Orang Dekat Gus Kamil saat Sakit Dinyatakan Negatif COVID-19)
"Saya juga heran, mungkin itu penilaian pengamat yang bilang begitu, atau ada yang lagi benci. Soalnya yang terjadi dan kita kontrol saat ini di Solo ya di RSUD Moewardi dan UNS itu saja," tegasnya.
Dari dua klaster baru penyebaran COVID-19 di Solo tersebut, keduanya sudah dilakukan tindakan-tindakan. Tracing, tes massal hingga isolasi sudah diterapkan untuk memutus mata rantai penyebaran.
"Maka kok banyak yang bilang zona hitam. Saya juga heran, mungkin yang hitam itu bajumu," canda Ganjar sambil menunjuk baju salah satu awak media.
Sekadar diketahui, banyak beredar informasi bahwa Kota Solo telah berstatus zona hitam penyebaran COVID-19. Maknanya, penularan dan persebaran virus COVID-19 di daerah itu terjadi cukup besar.
Sejumlah media massa juga sudah menuliskan informasi itu. Padahal jika dilansir dari website resmi corona.jatengprov.go.id, per hari ini, Selasa (14/7/2020) pukul 14.27 WIB, di Kota Solo hanya ada 15 pasien positif COVID-19, ODP 6, dan PDP 20. Jumlah itu masih sangat kecil jika dibanding dengan Kota Semarang dengan kasus positif sebanyak 848 atau Jepara sebanyak 517.
"Solo zona hitam itu jarene sopo (kata siapa)?. Yang ngomong zona hitam siapa?," tanya Ganjar saat ditemui awak media di ruang kerjanya, Semarang, Selasa (14/7/2020). (Baca juga: Sekda Grobogan Positif COVID-19, Seluruh Ruang Pemda Disterilisasi)
Ganjar mengaku tidak mengerti, Solo mendapat predikat sebagai zona hitam penyebaran COVID-19. Dirinya juga heran, tiba-tiba status itu diberikan ke Solo. (Baca juga: Orang Dekat Gus Kamil saat Sakit Dinyatakan Negatif COVID-19)
"Saya juga heran, mungkin itu penilaian pengamat yang bilang begitu, atau ada yang lagi benci. Soalnya yang terjadi dan kita kontrol saat ini di Solo ya di RSUD Moewardi dan UNS itu saja," tegasnya.
Dari dua klaster baru penyebaran COVID-19 di Solo tersebut, keduanya sudah dilakukan tindakan-tindakan. Tracing, tes massal hingga isolasi sudah diterapkan untuk memutus mata rantai penyebaran.
"Maka kok banyak yang bilang zona hitam. Saya juga heran, mungkin yang hitam itu bajumu," canda Ganjar sambil menunjuk baju salah satu awak media.
Sekadar diketahui, banyak beredar informasi bahwa Kota Solo telah berstatus zona hitam penyebaran COVID-19. Maknanya, penularan dan persebaran virus COVID-19 di daerah itu terjadi cukup besar.
Sejumlah media massa juga sudah menuliskan informasi itu. Padahal jika dilansir dari website resmi corona.jatengprov.go.id, per hari ini, Selasa (14/7/2020) pukul 14.27 WIB, di Kota Solo hanya ada 15 pasien positif COVID-19, ODP 6, dan PDP 20. Jumlah itu masih sangat kecil jika dibanding dengan Kota Semarang dengan kasus positif sebanyak 848 atau Jepara sebanyak 517.
(shf)
tulis komentar anda