Phapros Kembangkan Produk Herbal
A
A
A
SEMARANG - Peluang pasar untuk obat-obat herbal di Indonesia maupun ekspor masih cukup besar. Hal itu ditangkap PT Phapros Tbk dengan mengeluarkan produk baru Antimo Herbal.
Berbeda dengan produk Antimo yang sudah menjadi brand Phapros, yang merupakan obat antimabuk, Antimo Herbal adalah obat untuk masuk angin. Menurut Direktur Utama PT Phapros Tbk Iswanto, potensi pasar produk herbal kategori pereda masuk angin saat ini di Indonesia mencapai Rp2,5 triliun. Peluangnya cukup besar.
“Di tengah persaingan obat herbal antimasuk angin di Indonesia yang cukup ketat, kami optimis Antimo Herbal bisa diterima oleh masyarakat,” katanya disela-selapeluncuranAntimo Herbal di Museum Mandala Semarang, Kamis (7/5) malam. Tahun pertama ini Antimo Herbal ditargetkan bisa terjual dengan nilai Rp8 miliar-Rp10 miliar.
Untuk tahap pertama ini, kapasitas produksi Antimo Herbal mencapai 800.000 boks setiap bulan. Seperti produk pendahulu Antimo, Antimo Herbal ke depannya diproyeksikan untuk ekspor ke beberapa negara di Asia. “Potensi ekspor menjanjikan. Enam bulan lalu kita sudah mengekspor beberapa produk kita, dan Antimo Herbal tersebut tetap diproyeksikan untuk ekspor meski sekarang masih untuk memenuhi kebutuhan lokal,” paparnya.
Ke depan, Phapros akan terus mengembangkan produk herbal dengan kualitas terbaik. Untuk tujuan itu, Phapros akan meningkatkan kerja sama dengan beberapa pihak terkait seperti perguruan tinggi guna menghasilkan produk herbal yang berkualitas. “Kita memiliki beberapa produk herbal yang akan diluncurkan, seperti Lowlipid (obat penurun kolesterol), teh herba, dan beberapa produk lain,” ungkapnya.
Directur Marketing PT Phapros Tbk Syamsul Huda menambahkan, meski nilai ekspor produk herbal belum bisa menandingi ekspor minyak dan gas atau nonmigas, kinerja produk herbal over the counter (OTC) justru tumbuh subur sebesar 14% di 2014.
“Kami sadar tidak mudah memasarkan produk herbal di tengah kebiasaan masyarakat yang mengonsumsi obat kimia, kondisi ini juga menjadi tantangan bagi kami untuk mengedukasi masyarakat,” paparnya.
Andik sismanto
Berbeda dengan produk Antimo yang sudah menjadi brand Phapros, yang merupakan obat antimabuk, Antimo Herbal adalah obat untuk masuk angin. Menurut Direktur Utama PT Phapros Tbk Iswanto, potensi pasar produk herbal kategori pereda masuk angin saat ini di Indonesia mencapai Rp2,5 triliun. Peluangnya cukup besar.
“Di tengah persaingan obat herbal antimasuk angin di Indonesia yang cukup ketat, kami optimis Antimo Herbal bisa diterima oleh masyarakat,” katanya disela-selapeluncuranAntimo Herbal di Museum Mandala Semarang, Kamis (7/5) malam. Tahun pertama ini Antimo Herbal ditargetkan bisa terjual dengan nilai Rp8 miliar-Rp10 miliar.
Untuk tahap pertama ini, kapasitas produksi Antimo Herbal mencapai 800.000 boks setiap bulan. Seperti produk pendahulu Antimo, Antimo Herbal ke depannya diproyeksikan untuk ekspor ke beberapa negara di Asia. “Potensi ekspor menjanjikan. Enam bulan lalu kita sudah mengekspor beberapa produk kita, dan Antimo Herbal tersebut tetap diproyeksikan untuk ekspor meski sekarang masih untuk memenuhi kebutuhan lokal,” paparnya.
Ke depan, Phapros akan terus mengembangkan produk herbal dengan kualitas terbaik. Untuk tujuan itu, Phapros akan meningkatkan kerja sama dengan beberapa pihak terkait seperti perguruan tinggi guna menghasilkan produk herbal yang berkualitas. “Kita memiliki beberapa produk herbal yang akan diluncurkan, seperti Lowlipid (obat penurun kolesterol), teh herba, dan beberapa produk lain,” ungkapnya.
Directur Marketing PT Phapros Tbk Syamsul Huda menambahkan, meski nilai ekspor produk herbal belum bisa menandingi ekspor minyak dan gas atau nonmigas, kinerja produk herbal over the counter (OTC) justru tumbuh subur sebesar 14% di 2014.
“Kami sadar tidak mudah memasarkan produk herbal di tengah kebiasaan masyarakat yang mengonsumsi obat kimia, kondisi ini juga menjadi tantangan bagi kami untuk mengedukasi masyarakat,” paparnya.
Andik sismanto
(ftr)