Radiografi Ciptaan Dosen UGM Raih Penghargaan
Radiografi Ciptaan Dosen UGM Raih Penghargaan
A
A
A
YOGYAKARTA - Dosen Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr Gede Bayu Suparta berhasil mengembangkan radiografi digital.
Alat yang dikembangkan sejak 1991 itu pula yang membuatnya meraih penghargaan sebagai inovator teknologi dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Meski telah lebih dari 20 tahun mengembangkannya, baru 2000 lalu serius mengerjakan alat radiografi digital tersebut. Dia sebenarnya mendaftarkan alat tersebut untuk memperoleh hak paten pada 2005.
Namun, sertifikasi paten radiografi digital baru diperoleh pada 2009. “Alat radiografi digital ini menurut saya memiliki prospek cerah di masa depan karena alat ini dapat menggantikan radiografi yang selama ini masih menggunakan film. Cara kerja alatnya pun praktis dan lebih murah dibanding produk luar,” papar Bayu kemarin.
Menurut Bayu, kegunaan alat radiografi digitalnya tersebut tak hanya untuk diagnosa medis. Alat itu juga bisa dimanfaatkan di industri kreatif, otomotif, perminyakan, dan perkapalan. Berkat kerja keras dan ketekunan, dia mendapatkan penghargaan saat Hari Pendidikan, Sabtu (2/5).
Penghargaan diberikan langsung oleh Menristekdikti Mohammad Nasir di Jakarta. “Tahun-tahun setelah menyelesaikan alat ini, saya juga mendapatkan berbagai dana riset dari Kemenristekdikti. Untuk tahun ini, saya tengah mengembangkan teleradiologi bersama Kemenristekdikti,” ungkapnya.
Berkat konsistensinya mengembangkan penelitian, Bayu juga mendapatkan penghargaan dari Businnes Innovation Center dan alatnya masuk sebagai salah satu teknologi paling prospektif. “Alat ini juga dimuat dalam buku bersama 103 inovasi Indonesia lainnya,” kata pria kelahiran Singaraja, 24 Agustus 1965 itu.
Ratih keswara
Alat yang dikembangkan sejak 1991 itu pula yang membuatnya meraih penghargaan sebagai inovator teknologi dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Meski telah lebih dari 20 tahun mengembangkannya, baru 2000 lalu serius mengerjakan alat radiografi digital tersebut. Dia sebenarnya mendaftarkan alat tersebut untuk memperoleh hak paten pada 2005.
Namun, sertifikasi paten radiografi digital baru diperoleh pada 2009. “Alat radiografi digital ini menurut saya memiliki prospek cerah di masa depan karena alat ini dapat menggantikan radiografi yang selama ini masih menggunakan film. Cara kerja alatnya pun praktis dan lebih murah dibanding produk luar,” papar Bayu kemarin.
Menurut Bayu, kegunaan alat radiografi digitalnya tersebut tak hanya untuk diagnosa medis. Alat itu juga bisa dimanfaatkan di industri kreatif, otomotif, perminyakan, dan perkapalan. Berkat kerja keras dan ketekunan, dia mendapatkan penghargaan saat Hari Pendidikan, Sabtu (2/5).
Penghargaan diberikan langsung oleh Menristekdikti Mohammad Nasir di Jakarta. “Tahun-tahun setelah menyelesaikan alat ini, saya juga mendapatkan berbagai dana riset dari Kemenristekdikti. Untuk tahun ini, saya tengah mengembangkan teleradiologi bersama Kemenristekdikti,” ungkapnya.
Berkat konsistensinya mengembangkan penelitian, Bayu juga mendapatkan penghargaan dari Businnes Innovation Center dan alatnya masuk sebagai salah satu teknologi paling prospektif. “Alat ini juga dimuat dalam buku bersama 103 inovasi Indonesia lainnya,” kata pria kelahiran Singaraja, 24 Agustus 1965 itu.
Ratih keswara
(ftr)
Explore More