Warga Masih Kesulitan Akses Danais
A
A
A
YOGYAKARTA - DIY memperoleh dana kesitimewaan (danais) dari pemerintah pusat sejak UU Keistimewaan DIY diundang kan pada 2012. Namun, war ga DIY masih kesulitan untuk mengaksesnya.
Totok, 45, warga Pelem Lor, Ke camatan Banguntapan, Bantul, mengungkapkan, Desa Pelem Lor merupakan desa pelestari budaya. Namun, sejauh ini belum ada sentuhan dari danais, khususnya untuk urusan kebudayaan. "Semangat warga sangat tinggi dalam nguriri kesenian. Sayangnya, itu belum ter fasilitasi, meski ada danais," katanya pada acara reses Ketua Komisi D DPRD DIY kemarin. Menurut dia, meski desanya men jadi desa pelestarian bu daya, peralatan kesenian masih mi nim.
"Kami memiliki kelompok kesenian, seperti karawaitan, gamelan, hadroh. Tapi kami tidak memiliki peralatan gamelan," ungkap Totok. Warga lainnya, Mursidim mengakui, kelompok-kelompok kesenian di desanya sampai saat ini berkarya, meski dengan keterbatasan. "Hanya kelompok ketoprak yang dulu kita miliki, sekarang tidak ada lagi," kata dia. Ketua Komisi D DPRD DIY Yoserizal mengungkapkan, bidang kebudayaan menjadi salah satu prioritas untuk menjaga Keistimewaan DIY.
"Adanya da na is yang tahun ini sebanyak Rp547,4 miliar bisa untuk melestarikan budaya. Anggaran ter besar danais memang untuk kebudayaan," katanya. Politikus Partai Gerindra ini mengungkapkan, saat ini danais juga didistribusikan ke kabupaten/ kota selaku kuasa pengguna anggaran (KPA). Salah satu tujuannya agar serapannya lebih maksimal. Tetapi, serapan danais di kabupaten/kota juga masih minim.
Legislator dari Dapil Bantul Timur ini siap menjembatani kebutuhan warga dalam mengakses danais maupun program dari Pemda DIY.Salah satunya syaratnya adalah membuat proposal kegiatan. "Silakan bikin proposal ke bupati ditembusi ke Dinas Kebudayaan, juga ke Komisi D. Kami akan membantu agar warga bisa mengaksesnya," ujarnya.
Ridwan anshori
Totok, 45, warga Pelem Lor, Ke camatan Banguntapan, Bantul, mengungkapkan, Desa Pelem Lor merupakan desa pelestari budaya. Namun, sejauh ini belum ada sentuhan dari danais, khususnya untuk urusan kebudayaan. "Semangat warga sangat tinggi dalam nguriri kesenian. Sayangnya, itu belum ter fasilitasi, meski ada danais," katanya pada acara reses Ketua Komisi D DPRD DIY kemarin. Menurut dia, meski desanya men jadi desa pelestarian bu daya, peralatan kesenian masih mi nim.
"Kami memiliki kelompok kesenian, seperti karawaitan, gamelan, hadroh. Tapi kami tidak memiliki peralatan gamelan," ungkap Totok. Warga lainnya, Mursidim mengakui, kelompok-kelompok kesenian di desanya sampai saat ini berkarya, meski dengan keterbatasan. "Hanya kelompok ketoprak yang dulu kita miliki, sekarang tidak ada lagi," kata dia. Ketua Komisi D DPRD DIY Yoserizal mengungkapkan, bidang kebudayaan menjadi salah satu prioritas untuk menjaga Keistimewaan DIY.
"Adanya da na is yang tahun ini sebanyak Rp547,4 miliar bisa untuk melestarikan budaya. Anggaran ter besar danais memang untuk kebudayaan," katanya. Politikus Partai Gerindra ini mengungkapkan, saat ini danais juga didistribusikan ke kabupaten/ kota selaku kuasa pengguna anggaran (KPA). Salah satu tujuannya agar serapannya lebih maksimal. Tetapi, serapan danais di kabupaten/kota juga masih minim.
Legislator dari Dapil Bantul Timur ini siap menjembatani kebutuhan warga dalam mengakses danais maupun program dari Pemda DIY.Salah satunya syaratnya adalah membuat proposal kegiatan. "Silakan bikin proposal ke bupati ditembusi ke Dinas Kebudayaan, juga ke Komisi D. Kami akan membantu agar warga bisa mengaksesnya," ujarnya.
Ridwan anshori
(ars)