Ubah Limbah Kaca Jadi Produk Kerajinan Unik
A
A
A
Berawal dari ketidaksengajaan setelah magang di sebuah CV Glass Blower yang terletak di Jalan Condong - catur, Yogyakarta. Ivan Bestari, alumni mahasiswa Jurusan Desa in Produk UKDW Yogyakarta ini, akhirnya menekuni dunia glass art.
Di tangan kreatifnya, berbagai limbah dari berbagai produk kaca dapat dikreasikan menjadi kerajinan tangan unik dan perhiasan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Berbagai jenis limbah kaca, mulai dari kaca patri, cermin, kaca botol, dan lainnya dapat dibentuk beraneka ragam. Secara umum ada dua pembagian teknik kaca. Teknik hot working adalah teknik pengolahan kaca menggunakan api dan cold working teknik pembuatan kaca tanpa menggunakan api, contohnya kaca patri.
“Salah satu teknik pembuatan kaca yang saya gunakan adalah teknik flame working. Kaca dibentuk langsung menggunakan api dengan suhu 800- 1.000 derajat untuk melunakkan kaca.” “Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kerajinan kaca adalah soda lime glass, silika, dan lime stone. Proses flame working akan membentuk objek kaca menjadi 3D dan proses ini hanya dapat dilakukan melalui media kaca,” tutur Ivan di studio workshop miliknya terletak di Jalan Ngadimulyo Pakuncen, Yogyakarta, kemarin.
Meski dapat dibentuk dan diolah menjadi kerajinan kaca yang terlihat mewah terutama bagi interior rumah, namun kaca memiliki beberapa kelemahan. Sebab sudah menjadi pembawaan dasar sifat kaca yang rentan terhadap perubahan suhu dadakan. Hal ini pula menjadi kendala proses pengerjaan kaca jika ada perubahan suhu drastis dari panas menjadi dingin maka kaca akan langsung pecah. Proses pengerjaan kerajinan kaca membutuhkan waktu berbeda tergantung dari ukuran kaca.
Proses pengerjaan mulai dari 5 menit hingga 20 jam. Produk yang paling banyak dibuat adalah aksesori dan art work. Produknya di-branding dengan nama Kata Kaca. “Kami nanti ingin menyasar target market mulai dari middle low hingga middle up, namun kendalanya saat ini edukasi masyarakat Indonesia tentang glass art masih rendah. Masyarakat belum terlalu familier dengan produk kerajinan kaca dibanding produk kerajinan lain yang terbuat dari bahan-bahan nonkaca. Beberapa ada juga yang tidak bisa membedakan mana yang kerajinan kaca, batu, dan kristal,” katanya.
Yohanes Sigit, pengelola otak-atik kreatif yang biasa memberi workshop tentang glass art mengungkapkan hal sama. Menurutnya, kaca belum membudaya di Indonesia, karena sangat sedikit sejarah tentang kaca yang dijadikan sebagai sebuah produk peradaban di Indonesia. Sementara di beberapa negara lain, seperti Amerika, glass art menjadi kerajinan tangan yang memiliki nilai jual tinggi.
“Pengetahuan masyarakat Indonesia tentang kaca masih terbilang sangat minim. Banyak masyarakat menganggap limbah kaca tidak dapat diolah kembali. Untuk memopulerkan limbah kaca dan mengembangkan produksi kerajinan kaca, kami sering melakukan berbagai workshop pelatihan membuat produk dari limbah kaca, namun hingga kini belum banyak yang ingin menekuni dan serius pada bidang ini,” katanya.?
Windy Anggraina
Yogyakarta
Di tangan kreatifnya, berbagai limbah dari berbagai produk kaca dapat dikreasikan menjadi kerajinan tangan unik dan perhiasan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Berbagai jenis limbah kaca, mulai dari kaca patri, cermin, kaca botol, dan lainnya dapat dibentuk beraneka ragam. Secara umum ada dua pembagian teknik kaca. Teknik hot working adalah teknik pengolahan kaca menggunakan api dan cold working teknik pembuatan kaca tanpa menggunakan api, contohnya kaca patri.
“Salah satu teknik pembuatan kaca yang saya gunakan adalah teknik flame working. Kaca dibentuk langsung menggunakan api dengan suhu 800- 1.000 derajat untuk melunakkan kaca.” “Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kerajinan kaca adalah soda lime glass, silika, dan lime stone. Proses flame working akan membentuk objek kaca menjadi 3D dan proses ini hanya dapat dilakukan melalui media kaca,” tutur Ivan di studio workshop miliknya terletak di Jalan Ngadimulyo Pakuncen, Yogyakarta, kemarin.
Meski dapat dibentuk dan diolah menjadi kerajinan kaca yang terlihat mewah terutama bagi interior rumah, namun kaca memiliki beberapa kelemahan. Sebab sudah menjadi pembawaan dasar sifat kaca yang rentan terhadap perubahan suhu dadakan. Hal ini pula menjadi kendala proses pengerjaan kaca jika ada perubahan suhu drastis dari panas menjadi dingin maka kaca akan langsung pecah. Proses pengerjaan kerajinan kaca membutuhkan waktu berbeda tergantung dari ukuran kaca.
Proses pengerjaan mulai dari 5 menit hingga 20 jam. Produk yang paling banyak dibuat adalah aksesori dan art work. Produknya di-branding dengan nama Kata Kaca. “Kami nanti ingin menyasar target market mulai dari middle low hingga middle up, namun kendalanya saat ini edukasi masyarakat Indonesia tentang glass art masih rendah. Masyarakat belum terlalu familier dengan produk kerajinan kaca dibanding produk kerajinan lain yang terbuat dari bahan-bahan nonkaca. Beberapa ada juga yang tidak bisa membedakan mana yang kerajinan kaca, batu, dan kristal,” katanya.
Yohanes Sigit, pengelola otak-atik kreatif yang biasa memberi workshop tentang glass art mengungkapkan hal sama. Menurutnya, kaca belum membudaya di Indonesia, karena sangat sedikit sejarah tentang kaca yang dijadikan sebagai sebuah produk peradaban di Indonesia. Sementara di beberapa negara lain, seperti Amerika, glass art menjadi kerajinan tangan yang memiliki nilai jual tinggi.
“Pengetahuan masyarakat Indonesia tentang kaca masih terbilang sangat minim. Banyak masyarakat menganggap limbah kaca tidak dapat diolah kembali. Untuk memopulerkan limbah kaca dan mengembangkan produksi kerajinan kaca, kami sering melakukan berbagai workshop pelatihan membuat produk dari limbah kaca, namun hingga kini belum banyak yang ingin menekuni dan serius pada bidang ini,” katanya.?
Windy Anggraina
Yogyakarta
(ars)