440 Posbindu Tangkal Penyakit Tak Menular
A
A
A
YOGYAKARTA - Penderita penyakit tidak menular (PTM) terus meningkat setiap tahun. Bahkan, penyakit tidak menular menyerap 37% anggaran kesehatan.
Untuk mendeteksi lebih dini penyakit tersebut, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, kemarin, memutuskan mencanangkan 440 Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) di Gedung Societet. Rencananya ke- 440 posbindu akan tersebar didesa- desa maupun kelurahan di seluruh DIY. Posbindu sebanyak itu diharapkan terealisasi pada 2017 mendatang. Saat ini DIY baru memiliki 196 posbindu dan penambahannya dilakukan bertahap.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY dr Arida Utami menjelaskan, hasil riset kesehatan dasar 2013 menunjukkan tingkat prevalensi penderita diabetes militus (DM) naik dari 1,8% pada 2010 menjadi 3% pada 2013. Hipertensi juga naik dari 8,1% menjadi 12,1%. Sementara penderita stroke naik dari 8 per mil menjadi 16,5 per mil. “Data juga menyebutkan bahwa 80% penyebab kematian di DIY akibat penyakit tidak menular,” kata Arida seusai pencanangan posbindu, kemarin.
Dia mengatakan, penyakit tidak menular sebenarnya dapat dihindari dengan menerapkan gerakan pola hidup sehat serta mencegah deteksi faktor risiko untuk mengenali penyakit tidak menular. Di antaranya mengetahui riwayat penyakit keluarga, melakukanaktivitasfisik, hingga konsumsi buah dan sayur. Deteksi dini rutin dengan memeriksa juga penting. Deteksi dini ini yang difasilitasi posbindu.
Dalam posbindu selain deteksi dini, nanti juga memantau hingga tindak lanjut secara rutin, terpadu, periodik, dan terintegrasi. “Posbindu dalam pengendalian penyakit tidak menular dengan melibatkan anggota masyarakat serta satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait,” katanya.
Direktur Pengendalian PTM Kementerian Kesehatan Ekawati Rahajeng menambahkan, secara nasional posbindu juga sudah terdapat di 13.000 wilayah lain di Indonesia. Tetapi, di DIY menjadi istimewa karena selain melibatkan masyarakat, juga melibatkan SKPD terkait. “Penyakit tidak menular bisa ditangani dengan intervensi dari pihak lain,” katanya.
Menurut Ekawati, PTM memang tidak ada gejala dini, tapi dengan mengetahui kondisi kesehatan bisa menghindari kondisi yang lebih parah. Jika sudah masuk stadium lanjut, biaya yang dibutuhkan untuk penanganan PTM bisa lebih besar. “Posbindu ini pencegahan dini yang dilakukan dari masyarakat. Selanjutnya nanti posbindu diharapkan juga bisa diterapkan dalam kelompok atau sektor lain,” katanya.
Gubernur DIY Sri Sultan HB X mengatakan, kesehatan sejati berasal dari dapur rumah dan bukan di restoran, yaitu dengan mengolah makanan sendiri secara sehat dan higienis. Ia juga menyindir kebiasaan sebagian keluarga tidak lagi memperhatikan kesehatan makanan yang dikonsumsi saat di luar rumah.
“Orang tua kita ini selalu mengatakan kalau makan di rumah sederhana, tapi begitu keluar rumah opo-opo dipangan, opo-opo dituku, kenapa tidak mengubah dengan makan di rumah yang memenuhi gizi dan sehat sehingga tidak perlu makan d luar, itu soal budaya,” katanya.
Sodik
Untuk mendeteksi lebih dini penyakit tersebut, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, kemarin, memutuskan mencanangkan 440 Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) di Gedung Societet. Rencananya ke- 440 posbindu akan tersebar didesa- desa maupun kelurahan di seluruh DIY. Posbindu sebanyak itu diharapkan terealisasi pada 2017 mendatang. Saat ini DIY baru memiliki 196 posbindu dan penambahannya dilakukan bertahap.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY dr Arida Utami menjelaskan, hasil riset kesehatan dasar 2013 menunjukkan tingkat prevalensi penderita diabetes militus (DM) naik dari 1,8% pada 2010 menjadi 3% pada 2013. Hipertensi juga naik dari 8,1% menjadi 12,1%. Sementara penderita stroke naik dari 8 per mil menjadi 16,5 per mil. “Data juga menyebutkan bahwa 80% penyebab kematian di DIY akibat penyakit tidak menular,” kata Arida seusai pencanangan posbindu, kemarin.
Dia mengatakan, penyakit tidak menular sebenarnya dapat dihindari dengan menerapkan gerakan pola hidup sehat serta mencegah deteksi faktor risiko untuk mengenali penyakit tidak menular. Di antaranya mengetahui riwayat penyakit keluarga, melakukanaktivitasfisik, hingga konsumsi buah dan sayur. Deteksi dini rutin dengan memeriksa juga penting. Deteksi dini ini yang difasilitasi posbindu.
Dalam posbindu selain deteksi dini, nanti juga memantau hingga tindak lanjut secara rutin, terpadu, periodik, dan terintegrasi. “Posbindu dalam pengendalian penyakit tidak menular dengan melibatkan anggota masyarakat serta satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait,” katanya.
Direktur Pengendalian PTM Kementerian Kesehatan Ekawati Rahajeng menambahkan, secara nasional posbindu juga sudah terdapat di 13.000 wilayah lain di Indonesia. Tetapi, di DIY menjadi istimewa karena selain melibatkan masyarakat, juga melibatkan SKPD terkait. “Penyakit tidak menular bisa ditangani dengan intervensi dari pihak lain,” katanya.
Menurut Ekawati, PTM memang tidak ada gejala dini, tapi dengan mengetahui kondisi kesehatan bisa menghindari kondisi yang lebih parah. Jika sudah masuk stadium lanjut, biaya yang dibutuhkan untuk penanganan PTM bisa lebih besar. “Posbindu ini pencegahan dini yang dilakukan dari masyarakat. Selanjutnya nanti posbindu diharapkan juga bisa diterapkan dalam kelompok atau sektor lain,” katanya.
Gubernur DIY Sri Sultan HB X mengatakan, kesehatan sejati berasal dari dapur rumah dan bukan di restoran, yaitu dengan mengolah makanan sendiri secara sehat dan higienis. Ia juga menyindir kebiasaan sebagian keluarga tidak lagi memperhatikan kesehatan makanan yang dikonsumsi saat di luar rumah.
“Orang tua kita ini selalu mengatakan kalau makan di rumah sederhana, tapi begitu keluar rumah opo-opo dipangan, opo-opo dituku, kenapa tidak mengubah dengan makan di rumah yang memenuhi gizi dan sehat sehingga tidak perlu makan d luar, itu soal budaya,” katanya.
Sodik
(ftr)