Kaum Difabel Bisa Mengurus SIM

Jum'at, 17 April 2015 - 10:13 WIB
Kaum Difabel Bisa Mengurus SIM
Kaum Difabel Bisa Mengurus SIM
A A A
GUNUNGKIDUL - Polres Gunungkidul mulai melayani pembuatan SIM untuk kaum difabel yang dikenal dengan SIM D.

Kepala Unit Registrasi dan Identifikasi (regident) Iptu Wakijan mengungkapkan, kaum difabel bisa memperoleh SIM dengan ketentuan khusus yang berkaitan dengan kesehatan. Saat ini untuk bisa mengurus SIM D menggunakan rekomendasi dari tim kesehatan dari kedokteran dan kesehatan ( Dokkes) Polda DIY. “Ada dokter khusus rujukan untuk mengurus SIM D ini,” katanya kepada wartawan, kemarin.

Menurutnya, pelayanan SIM D ini sebenarnya sudah ada beberapa waktu lalu. Setelah ada seminar di UGM berkaitan dengan SIM untuk difabel, pihaknya langsung memberikan layanan sesuai dengan instruksi Polda DIY.

Dijelaskannya, di awal proses pelayanan SIM D ini sebanyak lima orang difabel mengajukan permohonan. Semua difabel juga harus mengikuti ujian SIM yang digelar di Mapolres. “Karena perbedaan dengan ujian SIM biasa, untuk praktik, mereka menggunakan kendaraan sendiri,” kata dia.

Dia pun mengaku kagum dengan ketangkasan kaum difabel menggunakan kendaraan yang sudah dimodifikasi. Para peserta ujian praktik pun mulai melakukan aksi ketangkasan mereka untukberjalansesuaidenganalur yang dibuat petugas penguji. “Setelah melihat cara mereka menggunakan kendaraan dengan rintangan yang dibuat, semua dinyatakan lulus dan berhak mendapatkan SIM D,” kata Wakijan.

Salah satu penyandang difabel yang mengurus SIM, Jumadi, 30, warga Desa Watugajah, Gedangsari mengaku, semenjak dirinya mengalami kecelakaan pada 2004lalu, baru kemarin bisa mengurus SIM. Dia pun mengaku bersyukur keinginan memiliki kelengkapan sebagai pengendara motor diakui. “Saya menggunakan motor saya ini untuk ujian praktik,” ucapnya.

Dengan menggunakan kursi roda, dia pun terlihat lihai ketika naik ke samping kanan kendaraan yang sudah dimodifikasi di wilayah Klaten pada 2012 lalu. Untuk bisa tetap mengendarai kendaraan, Jumadi mengaku menghabiskan uang Rp3,5 juta.

Pemuda yang juga bekerja di sebuah LSM tersebut mengaku puas lantaran tetap bisa berkendara sehingga tidak banyak tergantung pada orang lain untuk beraktivitas.

Suharjono
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1433 seconds (0.1#10.140)