Inen Rusnan Ingin Hadiri Peringatan KAA
A
A
A
BANDUNG - Sosok Inen Rusnan sebagai fotografer Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 1955 silam jelas sangat penting. Tanpa Inen dengan keahliannya yang langka saat itu, beragam momen KAA mungkin tak akan pernah terdokumentasikan.
Kini, Inen hanya bisa mengenang masa lalunya sebagai pengabadi sejarah. Bahkan di tengah hiruk pikuk dan serba sibuknya persiapan jelang Peringatan 60 Tahun KAA, Inen hanya bisa duduk di rumah sederhananya di kawasan Cipaganti, Kota Bandung.
Sebagai salah seorang pelaku sejarah saat itu, Inen sangat berhasrat hadir langsung dalam Peringatan 60 Tahun KAA yang digelar beberapa hari lagi. Ia ingin mengenang masa lalunya sekaligus jadi bagian dari peristiwa akbar ini.
"Sekarang kan mau HUT ke-60 KAA. Tapi sampai detik ini belum ada angin-angin (tanda mau diundang) buat bapak," kata Inen.
Sebagai pelaku sejarah, Inen hanya ingin dihargai. Bukan dengan materi, tapi dengan penghargaan berupa diundang pada Peringatan 60 Tahun KAA.
"Saya hanya mengatakan nasib pelaku (sejarah KAA) yang masih ada ini apakah dilupakan atau terlupakan," ungkapnya.
Kalaupun pada akhirnya tidak diundang, pria 78 tahun itu mungkin hanya akan duduk di rumah. Sebab, selama ini ia memang kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Jika ia tidak diundang, ia menganggap itu sebagai hal biasa.
"Mau diundang atau tidak juga tidak apa-apa. Saya hanya mendoakan semoga Allah SWT memberi kelancaran dalam penyelenggaraan nanti," ujarnya.
Dalam masa tuanya, Inen tidak mendapatkan uang pensiunan karena selama masa hidupnya ia hanya fotografer lepas. Ia bukan PNS ataupun pegawai swasta.
Tapi, jika menilik perjalanan sejarah, sosok Inen jelas tak bisa dilupakan begitu saja. Ia bahkan pernah bertemu orang Jepang beberapa waktu lalu yang mengetahui sepak terjangnya sebagai bagian dari kesuksesan KAA.
"Dia bilang kalau di Jepang orang seperti saya hidupnya sudah enak, semuanya ditanggung oleh negara," jelasnya.
Tapi lagi-lagi buat Inen hal itu tak perlu dipersoalkan. Yang terpenting, selama hidupnya Inen mengaku ikhlas mengabdikan dirinya untuk negara meski dengan cara berbeda.
Baca: Inen Rusnan, Saksi Hidup Konferensi Asia Afrika.
Kini, Inen hanya bisa mengenang masa lalunya sebagai pengabadi sejarah. Bahkan di tengah hiruk pikuk dan serba sibuknya persiapan jelang Peringatan 60 Tahun KAA, Inen hanya bisa duduk di rumah sederhananya di kawasan Cipaganti, Kota Bandung.
Sebagai salah seorang pelaku sejarah saat itu, Inen sangat berhasrat hadir langsung dalam Peringatan 60 Tahun KAA yang digelar beberapa hari lagi. Ia ingin mengenang masa lalunya sekaligus jadi bagian dari peristiwa akbar ini.
"Sekarang kan mau HUT ke-60 KAA. Tapi sampai detik ini belum ada angin-angin (tanda mau diundang) buat bapak," kata Inen.
Sebagai pelaku sejarah, Inen hanya ingin dihargai. Bukan dengan materi, tapi dengan penghargaan berupa diundang pada Peringatan 60 Tahun KAA.
"Saya hanya mengatakan nasib pelaku (sejarah KAA) yang masih ada ini apakah dilupakan atau terlupakan," ungkapnya.
Kalaupun pada akhirnya tidak diundang, pria 78 tahun itu mungkin hanya akan duduk di rumah. Sebab, selama ini ia memang kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Jika ia tidak diundang, ia menganggap itu sebagai hal biasa.
"Mau diundang atau tidak juga tidak apa-apa. Saya hanya mendoakan semoga Allah SWT memberi kelancaran dalam penyelenggaraan nanti," ujarnya.
Dalam masa tuanya, Inen tidak mendapatkan uang pensiunan karena selama masa hidupnya ia hanya fotografer lepas. Ia bukan PNS ataupun pegawai swasta.
Tapi, jika menilik perjalanan sejarah, sosok Inen jelas tak bisa dilupakan begitu saja. Ia bahkan pernah bertemu orang Jepang beberapa waktu lalu yang mengetahui sepak terjangnya sebagai bagian dari kesuksesan KAA.
"Dia bilang kalau di Jepang orang seperti saya hidupnya sudah enak, semuanya ditanggung oleh negara," jelasnya.
Tapi lagi-lagi buat Inen hal itu tak perlu dipersoalkan. Yang terpenting, selama hidupnya Inen mengaku ikhlas mengabdikan dirinya untuk negara meski dengan cara berbeda.
Baca: Inen Rusnan, Saksi Hidup Konferensi Asia Afrika.
(zik)