Jalan Trans Sulawesi Masih Putus
A
A
A
MAKALE - Jalan Trans Sulawesi yang menghubungkan Sulawesi Selatan dengan Sulawesi Barat di Desa Buttu Limbong, Kecamatan Bittuang, Kabupaten Tana Toraja, masih putus.
Hingga Selasa (14/4/2015), badan jalan sepanjang 60 meter di Desa Buttu Limbong masih tertimbun material longsor sejak peristiwa longsor yang terjadi Minggu (12/4/2015) sekitar pukul 23.00 WITA.
"Hingga kini jalan yang menghubungkan Kabupaten Tana Toraja dengan Mamasa Sulawesi Barat masih putus di Desa Buttu Limbong," ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tana Toraja Marthen Tallu di Makale, Selasa (14/4/2015).
Selain material tanah dan lumpur yang menimbun badan jalan, kata Marthen, juga terdapat sebuah bongkahan batu besar yang ada di tengah badan jalan yang berasal dari perbukitan yang longsor. Akibatnya, kendaraan yang akan melintasi jalur yang longsor terpaksa harus berhenti karena badan jalan tidak bisa dilewati kendaraan roda dua maupun roda empat.
Pada hari pertama pascalongsor, panjang antrean kendaraan mencapai dua kilometer. Pihak BPBD dan Pemerintah Kecamatan Bittuang sudah berkoordinasi dengan Bina Marga PU Provinsi Sulawesi Selatan dan mengerahkan alat berat guna mengangkat bongkahan batu besar yang ada di tengah jalan.
Sebab, bongkahan batu besar yang mengganggu arus kendaraan itu tak dapat diangkat menggunakan tenaga manusia. Penanganan material longsor di jalur Trans Sulawesi juga dibantu satu alat berat milik perusahaan yang sedang membangun sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Desa Buttu Limbong, Kecamatan Bittuang.
Hingga Selasa (14/4/2015), badan jalan sepanjang 60 meter di Desa Buttu Limbong masih tertimbun material longsor sejak peristiwa longsor yang terjadi Minggu (12/4/2015) sekitar pukul 23.00 WITA.
"Hingga kini jalan yang menghubungkan Kabupaten Tana Toraja dengan Mamasa Sulawesi Barat masih putus di Desa Buttu Limbong," ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tana Toraja Marthen Tallu di Makale, Selasa (14/4/2015).
Selain material tanah dan lumpur yang menimbun badan jalan, kata Marthen, juga terdapat sebuah bongkahan batu besar yang ada di tengah badan jalan yang berasal dari perbukitan yang longsor. Akibatnya, kendaraan yang akan melintasi jalur yang longsor terpaksa harus berhenti karena badan jalan tidak bisa dilewati kendaraan roda dua maupun roda empat.
Pada hari pertama pascalongsor, panjang antrean kendaraan mencapai dua kilometer. Pihak BPBD dan Pemerintah Kecamatan Bittuang sudah berkoordinasi dengan Bina Marga PU Provinsi Sulawesi Selatan dan mengerahkan alat berat guna mengangkat bongkahan batu besar yang ada di tengah jalan.
Sebab, bongkahan batu besar yang mengganggu arus kendaraan itu tak dapat diangkat menggunakan tenaga manusia. Penanganan material longsor di jalur Trans Sulawesi juga dibantu satu alat berat milik perusahaan yang sedang membangun sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Desa Buttu Limbong, Kecamatan Bittuang.
(zik)