Demam Berdarah Serang Santri Ponpes di Bantul

Selasa, 14 April 2015 - 13:59 WIB
Demam Berdarah Serang Santri Ponpes di Bantul
Demam Berdarah Serang Santri Ponpes di Bantul
A A A
BANTUL - Kasus demam berdarah mulai merambah ke Pondok Pesantren (Ponpes) Krapyak dan lingkungan sekitar Ponpes.

Bahkan wilayah Dusun Krapyak Kulon, Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon sudah mendapatkan fogging sebanyak 4 kali, baik di area dalam Ponpes maupun luar.

Kepala Dusun Krapyak Kulon Kunaini membenarkan jika wilayahnya sudah terjangkit demam berdarah. Hanya saja jumlahnya tidak banyak yang dari warga setempat, yang lebih banyak justru berasal dari lingkungan dalam Ponpes.

Karena ada beberapa penghuni pesantren putri Al Munawir yang diserang deman berdarah tersebut.

"Di sini ada, tetapi kalau warga Krapyak Kulon hanya 3 orang. Yang lebih banyak itu di dalam pondok," tuturnya, Selasa (14/4).

Ia mengaku tidak mengetahui secara pasti berapa jumlah penghuni Ponpes yang terserang deman berdarah. Karena selama ini pihak Ponpes tidak melaporkan secara resmi jika ada penghuni yang terserang demam berdarah.

Padahal, seharusnya jika ada penghuni terserang deman berdarah, pihak Ponpes melaporkan agar nanti ada bisa ditindak lanjut pemerintah setempat.

Kunaini mengatakan, serangan demam berdarah tersebut sebenarnya sudah pernah terjadi sebelumnya.

Pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul telah melakukan fogging di luar Ponpes sebanyak dua kali tahun ini. Fogging tersebut dilakukan atas dasar laporan dari pihak Dusun ke Puskesmas. Ia menengarai banyak santri pondok yang terkena.

"Kalau di pondok memang agak sulit, karena pola hidup santri yang sering mengesampingkan sisi kebersihan," terangnya.

Sementara itu, pengelola pondok putri Ponpes Al Munawir kompleks R1-R2, Ida Fatimah Zaenal mengakui ada beberapa santrinya yang terkena demam berdarah.

Kali ini santri yang terserang hanya datang dari santri putri, untuk santri putra sama sekali tidak ada. Padahal, tahun lalu serangan demam berdarah juga menjangkit santri putra.

"Belum lama ini ada, tetapi dibawa pulang oleh keluarganya,"ujarnya.

Ida mengaku memang pencegahan demam berdarah di lingkungan pesantren lebih sulit dibandingkan dengan masyarakat umum. Karena pola hidup para santri yang memiliki mobilitas tinggi serta sering mengesampingkan kebersihan.

"Jumlah santri di kawasan Krapyak Kulon yang mencapai 2.000 orang lebih mengakibatkan pengaturannya sedikit lebih sulit," katanya.

Kepala Bidang Pencegahan Masalah Kesehatan (PMK) Dinkes Bantul Pramudi mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan apakah penyakit yang menimpa penghuni Ponpes tersebut adalah demam berdarah.

Karena perlu dibuktikan dengan uji dan juga harus ada surat Kewaspadaan Dini Rumah Sakit (KDRS)."Kalau sudah difogging berarti ya sudah positif demam berdarah," pungkasnya.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7347 seconds (0.1#10.140)
pixels