Ciptkan Inovasi Meangajar , Wakili Indonesia ke Amerika
A
A
A
YOGYAKARTA - ”Guru bukanlah sekadar pekerjaan, tapi guru lebih dari sebuah pengabdian.” Kalimat inilah yang menjadi pandangan hidup Muhammad Zulham SPd, guru mata pelajaran IPA di SMPN 1 Sedayu, Bantul.
Tampaknya, kalimat itu pula yang membuat Zulham terpilih menjadi salah satu wakil Indonesia di Global Educator Exchange 2015 di Amerika Serikat. Sebagai guru, Zulham memang telah menerapkan bidang information communication and technology (ICT) dalam keseharian belajar mengajarnya. Bahkan, sejak memulai menggunakan ICT dalam mengajar 2005 hingga sekarang, Zulham selalu berupaya melakukan inovasiinovasi pembelajaran pula.
”Respons dari siswa cukup baik selama ini. Bahkan dari hasil ulangan mereka, saya bisa melihat ada pengaruh juga cara mengajar saya dengan tingkat prestasi mereka. Yang terpenting, siswa-siswa saya sudah lebih berani berkomunikasi, baik dengan sesama temannya maupun dengan saya dan guru lainnya,” ujar Zulham.
Menurut Zulham, dari pengalamannya menjadi guru selama ini, komunikasi menjadi kendala utama pada siswa. Ini tampak pada tidak percaya dirinya siswa untuk mengungkapkan pendapat atau bahkan sekadar bertanya hal-hal yang tidak dimengerti. “Bukan karena siswa tidak bisa sebenarnya. Seringnya mereka bisa menjawab pertanyaan dengan cara menulis di buku, tapi kalau sudah disuruh menjawab atau menerangkan secara lisan selalu tidak bisa,” ungkapnya.
Dengan inovasi ICT yang dia terapkan, Zulham mengakui keinginan siswa berkomunikasi secara lisan dan keberanian untuk aktif di kelas sudah ia buktikan sendiri menjadi meningkat. Berbagai inovasi-inovasi pembelajaran itulah yang membuat Zulham terpilih menjadi salah satu Microsoft Inovative Expert Educatorpada 2014 lalu dan lolos seleksi ke Global Educator Exchange 2015.
”Dari Indonesia akan ada tiga wakil, salah satunya saya. Kami di ajang ini akan saling sharing pengalaman dan metode pembelajaran yang telah dibuat dengan ratusan guru dari berbagai negara. Tentu ini pengalaman menarik yang sudah saya tunggu-tunggu. Siapa tahu saya menemukan ide-ide inovasi lain setelah itu,” katanya.
Global Educator Exchange 2015 sendiri akan diselenggarakan pada 28 April–1 Mei 2015 di Remond Washington, Amerika Serikat. Ajang tersebut merupakan ajang diskusi dan kompetisi guruguru sedunia yang menerapkan desain pembelajaran abad 21 di kelas.
Desain pembelajaran abad 21 meliputi kolaborasi, konstruksi pengetahuan, pengaturan diri, pemecahan masalah nyata dan inovasi, juga penggunaan ICT untuk belajar dan ahli komunikasi. Zulham juga mengajak siswa yang memiliki perangkat teknologi seperti smartphone untuk menunjang pembelajaran mereka. Menurutnya, para siswa harus mengetahui apa yang mereka punyai juga bisa menjadi alat pembelajaran.
“Saya sudah cukup lama mencoba membiasakan para siswa mencari sumber pembelajaran dengan smartphoneyang mereka punya. Dengan begitu, smartphonetidak hanya mereka gunakan untuk komunikasi dan main-main saja. Saat mau mencari informasi atau sedang belajar, alat itu juga bisa berguna. Ini juga bisa mengubah kebiasaan siswa yang dulunya pegang smartphonelangsung buka gameatau sosial media, menjadi buka info-info pembelajaran,” paparnya.
Diakui Zulham, persiapannya jelang keberangkatan ke Amerika Serikat sudah selesai. Saat ini dia hanya tinggal mengulang dan mendalami materi yang akan ia bawa nantinya. “Ajang ini tentu sangat bermanfaat bagi saya sebagai seorang guru untuk menambah pengetahuan dan kemajuan pendidikan di DIY. Semoga saya bisa mempersembahkan prestasi di ajang ini untuk pendidikan di Yogyakarta dan Indonesia,” tandasnya.
Ratih keswara
Tampaknya, kalimat itu pula yang membuat Zulham terpilih menjadi salah satu wakil Indonesia di Global Educator Exchange 2015 di Amerika Serikat. Sebagai guru, Zulham memang telah menerapkan bidang information communication and technology (ICT) dalam keseharian belajar mengajarnya. Bahkan, sejak memulai menggunakan ICT dalam mengajar 2005 hingga sekarang, Zulham selalu berupaya melakukan inovasiinovasi pembelajaran pula.
”Respons dari siswa cukup baik selama ini. Bahkan dari hasil ulangan mereka, saya bisa melihat ada pengaruh juga cara mengajar saya dengan tingkat prestasi mereka. Yang terpenting, siswa-siswa saya sudah lebih berani berkomunikasi, baik dengan sesama temannya maupun dengan saya dan guru lainnya,” ujar Zulham.
Menurut Zulham, dari pengalamannya menjadi guru selama ini, komunikasi menjadi kendala utama pada siswa. Ini tampak pada tidak percaya dirinya siswa untuk mengungkapkan pendapat atau bahkan sekadar bertanya hal-hal yang tidak dimengerti. “Bukan karena siswa tidak bisa sebenarnya. Seringnya mereka bisa menjawab pertanyaan dengan cara menulis di buku, tapi kalau sudah disuruh menjawab atau menerangkan secara lisan selalu tidak bisa,” ungkapnya.
Dengan inovasi ICT yang dia terapkan, Zulham mengakui keinginan siswa berkomunikasi secara lisan dan keberanian untuk aktif di kelas sudah ia buktikan sendiri menjadi meningkat. Berbagai inovasi-inovasi pembelajaran itulah yang membuat Zulham terpilih menjadi salah satu Microsoft Inovative Expert Educatorpada 2014 lalu dan lolos seleksi ke Global Educator Exchange 2015.
”Dari Indonesia akan ada tiga wakil, salah satunya saya. Kami di ajang ini akan saling sharing pengalaman dan metode pembelajaran yang telah dibuat dengan ratusan guru dari berbagai negara. Tentu ini pengalaman menarik yang sudah saya tunggu-tunggu. Siapa tahu saya menemukan ide-ide inovasi lain setelah itu,” katanya.
Global Educator Exchange 2015 sendiri akan diselenggarakan pada 28 April–1 Mei 2015 di Remond Washington, Amerika Serikat. Ajang tersebut merupakan ajang diskusi dan kompetisi guruguru sedunia yang menerapkan desain pembelajaran abad 21 di kelas.
Desain pembelajaran abad 21 meliputi kolaborasi, konstruksi pengetahuan, pengaturan diri, pemecahan masalah nyata dan inovasi, juga penggunaan ICT untuk belajar dan ahli komunikasi. Zulham juga mengajak siswa yang memiliki perangkat teknologi seperti smartphone untuk menunjang pembelajaran mereka. Menurutnya, para siswa harus mengetahui apa yang mereka punyai juga bisa menjadi alat pembelajaran.
“Saya sudah cukup lama mencoba membiasakan para siswa mencari sumber pembelajaran dengan smartphoneyang mereka punya. Dengan begitu, smartphonetidak hanya mereka gunakan untuk komunikasi dan main-main saja. Saat mau mencari informasi atau sedang belajar, alat itu juga bisa berguna. Ini juga bisa mengubah kebiasaan siswa yang dulunya pegang smartphonelangsung buka gameatau sosial media, menjadi buka info-info pembelajaran,” paparnya.
Diakui Zulham, persiapannya jelang keberangkatan ke Amerika Serikat sudah selesai. Saat ini dia hanya tinggal mengulang dan mendalami materi yang akan ia bawa nantinya. “Ajang ini tentu sangat bermanfaat bagi saya sebagai seorang guru untuk menambah pengetahuan dan kemajuan pendidikan di DIY. Semoga saya bisa mempersembahkan prestasi di ajang ini untuk pendidikan di Yogyakarta dan Indonesia,” tandasnya.
Ratih keswara
(ftr)