Hilang Semalaman, 2 Warga Jadi Tumbal Waduk Jatiluhur
A
A
A
PURWAKARTA - Waduk Jatiluhur kembali meminta tumbal dua nyawa warga, masing masing Salman dan Dadang.
Keduanya yang sebelumnya dikabarkan tenggelam pada Kamis malam kemarin ditemukan sudah tidak bernyawa pada Jumat siang ini.
Salman (25) adalah tukang ojek perahu warga Desa Parung Banteng, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta. Sedangkan Dadang (40) adalah penumpangnya warga asal Bandung.
Mereka tenggelam saat menyebrangi waduk terbesar di Asia Tenggara itu. Keduanya diketahui tenggelam berawal dari kecurigaan warga.
Sebab sejak Kamis sore 9 April 2015 menyeberangi waduk menggunakan perahu tradisional namun hingga Jumat (10/4/2015) dini hari mereka tidak kunjung menepi ke daratan.
"Informasi yang diterima tersebut, berdasarkan laporan dari Yahya, Kepala Desa Galumpit, Kecamatan Sukasari," ungkap AKP Mastura Sudrajat melalui Kepala Unit Gakkum Polisi Air Brigadir Suryadi, Jumat (10/4/2015).
Menindaklajuti laporan warga tersebut kemudian anggota Polair Polres Purwakarta bersama Petugas Damkar Purwakarta dibantu warga sekitar melakukan pencarian dengan menyisir waduk.
Setelah beberapa lama dilakukan pencarian tim kemudian menemukan tubuh mayat Dadang yang sudah mengambang.
"Setelah Dadang yang ditemukan sekitar pukul 07.00 WIB, tujuh jam kemudian atau menjelang siang kami menemukan tubuh Salman, tukang ojek perahu yang beroperasi di Waduk Jatiluhur, itu. Ya, keduanya sudah tidak bernyawa saat kami temukan," ujar dia.
Brigadir Suryadi menambahkan peristiwa korban tenggelam di Waduk Jatiluhur, bukan peristiwa pertama.
Bahkan peristiwa ini sering terjadi. Penyebabnya macam-macam, seperti kebocoran pada perahu dan juga akibat diterpa angin.
Kedua jenazah korban kemudian dievakuasi petugas ke RSUD Bayu Asih untuk dilakukan visum.
Menjelang sore kedua jasar korban tenggelam langsung dijemput keluarganya untuk dibawa ke rumah duka.
"Kami imbau kepada masyarakat yang menyeberangi waduk agar menggunakan pengaman.Seperti rompi terapung dan juga ban, atau membawa peralatan lainya untuk menjaga keselamatan. Pasalnya mereka yang menjadi korban rata-rata kurang memperhatikan alat-alat pengaman tersebut, padahal penting," papar Brigadir Suryadi.
Keduanya yang sebelumnya dikabarkan tenggelam pada Kamis malam kemarin ditemukan sudah tidak bernyawa pada Jumat siang ini.
Salman (25) adalah tukang ojek perahu warga Desa Parung Banteng, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta. Sedangkan Dadang (40) adalah penumpangnya warga asal Bandung.
Mereka tenggelam saat menyebrangi waduk terbesar di Asia Tenggara itu. Keduanya diketahui tenggelam berawal dari kecurigaan warga.
Sebab sejak Kamis sore 9 April 2015 menyeberangi waduk menggunakan perahu tradisional namun hingga Jumat (10/4/2015) dini hari mereka tidak kunjung menepi ke daratan.
"Informasi yang diterima tersebut, berdasarkan laporan dari Yahya, Kepala Desa Galumpit, Kecamatan Sukasari," ungkap AKP Mastura Sudrajat melalui Kepala Unit Gakkum Polisi Air Brigadir Suryadi, Jumat (10/4/2015).
Menindaklajuti laporan warga tersebut kemudian anggota Polair Polres Purwakarta bersama Petugas Damkar Purwakarta dibantu warga sekitar melakukan pencarian dengan menyisir waduk.
Setelah beberapa lama dilakukan pencarian tim kemudian menemukan tubuh mayat Dadang yang sudah mengambang.
"Setelah Dadang yang ditemukan sekitar pukul 07.00 WIB, tujuh jam kemudian atau menjelang siang kami menemukan tubuh Salman, tukang ojek perahu yang beroperasi di Waduk Jatiluhur, itu. Ya, keduanya sudah tidak bernyawa saat kami temukan," ujar dia.
Brigadir Suryadi menambahkan peristiwa korban tenggelam di Waduk Jatiluhur, bukan peristiwa pertama.
Bahkan peristiwa ini sering terjadi. Penyebabnya macam-macam, seperti kebocoran pada perahu dan juga akibat diterpa angin.
Kedua jenazah korban kemudian dievakuasi petugas ke RSUD Bayu Asih untuk dilakukan visum.
Menjelang sore kedua jasar korban tenggelam langsung dijemput keluarganya untuk dibawa ke rumah duka.
"Kami imbau kepada masyarakat yang menyeberangi waduk agar menggunakan pengaman.Seperti rompi terapung dan juga ban, atau membawa peralatan lainya untuk menjaga keselamatan. Pasalnya mereka yang menjadi korban rata-rata kurang memperhatikan alat-alat pengaman tersebut, padahal penting," papar Brigadir Suryadi.
(sms)