BBM Naik, Nelayan Pangandaran Banting Stir
A
A
A
PANGANDARAN - Karena BBM mahal nelayan tradisional banyak yang menjual peralatan rumah tangga untuk modal melaut. Kondisi itu terjadi pada nelayan di Pantai Madasari, Desa Legok Kecamatan, Cimerak, Pangandaran.
Juri (39) salah satu nelayan asal Desa Bulakbenda Kecamatan Cimerak mengatakan, selain menjual peralatan rumah tangga , banyak nelayan yang banting stir atau beralih profesi menjadi petani darat.
"Kebutuhan bensin dalam satu kali melaut bisa mencapai 15 sampai 20 liter, sedangkan hasil tangkapan ikan tidak sesuai dengan harapan," kata Juri.
Untuk kebutuhan pokok satu kali pemberangkatan hampir menghabiskan uang Rp. 150 ribu, belum termasuk kebutuhan bekal makanan dan rokok juga bagi-bagi buat awak perahu.
"Kita sering mengalami kerugian, karena itu banyak nelayan yang beralih profesi dan istirahat sejenak tidak melakukan aktivitas melaut," tambahnya.
Hal senada dikatakan Fauzan (42), nelayan asal Desa Masawah, menurutnya untuk pemberangkatan melaut biasa dilakukan pada pukul 02.00 WIB dini hari sampai pukul 12.00 Wib siang, karena menunggu ikan yang terperangkap dijaring.
"Dulu waktu BBM masih murah kita biasa pulang pukul 10.00 WIB, karena tidak terbebani target harus mencapai banyak tangkapan, tapi pada dasarnya sama sajah, kalau pulang pukul 12.00 WIB malah kehabisan bensin ditengah laut," terangnya.
Fauzan mengakui, hasil tangkapan setiap melaut kali ini tidak maksimal, maka dari kejadian itu beberapa nelayan di Legok Jawa banyak yang gulung tikar dan mencari profesi lain.
“Harga bensin Premium naik menjadi Rp 7.400 per liter dari Rp 6.800, sementara harga Solar menjadi Rp 6.900 per liter dari Rp 6.400, otomatis para nelayan harus mengeluarkan modal besar," pungkasnya.
Juri (39) salah satu nelayan asal Desa Bulakbenda Kecamatan Cimerak mengatakan, selain menjual peralatan rumah tangga , banyak nelayan yang banting stir atau beralih profesi menjadi petani darat.
"Kebutuhan bensin dalam satu kali melaut bisa mencapai 15 sampai 20 liter, sedangkan hasil tangkapan ikan tidak sesuai dengan harapan," kata Juri.
Untuk kebutuhan pokok satu kali pemberangkatan hampir menghabiskan uang Rp. 150 ribu, belum termasuk kebutuhan bekal makanan dan rokok juga bagi-bagi buat awak perahu.
"Kita sering mengalami kerugian, karena itu banyak nelayan yang beralih profesi dan istirahat sejenak tidak melakukan aktivitas melaut," tambahnya.
Hal senada dikatakan Fauzan (42), nelayan asal Desa Masawah, menurutnya untuk pemberangkatan melaut biasa dilakukan pada pukul 02.00 WIB dini hari sampai pukul 12.00 Wib siang, karena menunggu ikan yang terperangkap dijaring.
"Dulu waktu BBM masih murah kita biasa pulang pukul 10.00 WIB, karena tidak terbebani target harus mencapai banyak tangkapan, tapi pada dasarnya sama sajah, kalau pulang pukul 12.00 WIB malah kehabisan bensin ditengah laut," terangnya.
Fauzan mengakui, hasil tangkapan setiap melaut kali ini tidak maksimal, maka dari kejadian itu beberapa nelayan di Legok Jawa banyak yang gulung tikar dan mencari profesi lain.
“Harga bensin Premium naik menjadi Rp 7.400 per liter dari Rp 6.800, sementara harga Solar menjadi Rp 6.900 per liter dari Rp 6.400, otomatis para nelayan harus mengeluarkan modal besar," pungkasnya.
(nag)