Tambang Pasir Ditutup, Warga Geruduk DPRD Garut
A
A
A
GARUT - Ditutupnya aktivitas penambangan pasir diseluruh kawasan Gunung Guntur Kabupaten Garut, Jawa Barat, membuat ratusan warga meradang.
Akibatnya, ratusan warga dari sejumlah desa se-Kecamatan Tarogong Kaler, Garut, marah karena penutupan yang telah berlangsung selama empat hari itu mematikan penghasilan mereka.
Sebagai bentuk kekesalannya, ratusan warga dari Desa Rancabango, Pasawahan, dan Kelurahan Pananjung mendatangi Gedung DPRD Garut di Jalan Patriot dengan menaiki puluhan dump truk, mengadukan nasib mereka.
"Kalau ditutup, kami mau makan apa. Sehari-hari kami mendapat penghasilan dari sana (Gunung Guntur)," keluh Pipih (24), ibu rumah tangga asal Kampung Rancabango, di halaman Gedung DPRD Garut, Kamis (9/4/2015).
Menurut Pipih, upah harian suaminya sebagai buruh kasar di kaki Gunung Guntur terbilang sangat kecil, hanya Rp50.000 ribu per hari."Anak kami masih kecil-kecil. Untuk makan sekarang sudah sulit, apalagi biaya sekolah," tuturnya.
Dalam aksi itu, Pipih menggendong anak bungsunya yang masih berusia empat tahun. Senada dengan Pipih, seorang ibu rumah tangga lain yang bernama Ami (32), meminta pemerintah memberikan solusi dari penutupan lokasi galian pasir.
“Saya juga punya anak dua, satu mau masuk SMP, ini yang saya bawa satu lagi mau masuk SD. Penghasilan harian suami saya kadang Rp30.000 kadang Rp50.000. Kondisi seperti itu sudah sulit," katanya.
Beberapa perwakilan warga menemui anggota dewan yang sudah menunggu di dalam gedung DPRD. Sementara sebagian sisanya, duduk-duduk menunggu di trotoar pinggir Jalan Patriot.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat bersama Satgas Penegakan Hukum Lingkungan Terpadu, melakukan penutupan lokasi penambangan di Gunung Guntur pada Senin 6 April 2015 lalu.
Penutupan ditengarai oleh kerusakan lingkungan akibat maraknya aktivitas penambangan disalah satu gunung api Kabupaten Garut tersebut.
"Kegiatan penambangan pasir ini telah berlangsung selama 22 tahun, tepatnya sejak 1994 lalu. Akibatnya lingkungan rusak parah. Apabila dibiarkan, akan hancur semua. Sebentar lagi longsor terjadi," kata Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy mizwar, saat meninjau lokasi penggalian Gunung Guntur Senin lalu.
Akibatnya, ratusan warga dari sejumlah desa se-Kecamatan Tarogong Kaler, Garut, marah karena penutupan yang telah berlangsung selama empat hari itu mematikan penghasilan mereka.
Sebagai bentuk kekesalannya, ratusan warga dari Desa Rancabango, Pasawahan, dan Kelurahan Pananjung mendatangi Gedung DPRD Garut di Jalan Patriot dengan menaiki puluhan dump truk, mengadukan nasib mereka.
"Kalau ditutup, kami mau makan apa. Sehari-hari kami mendapat penghasilan dari sana (Gunung Guntur)," keluh Pipih (24), ibu rumah tangga asal Kampung Rancabango, di halaman Gedung DPRD Garut, Kamis (9/4/2015).
Menurut Pipih, upah harian suaminya sebagai buruh kasar di kaki Gunung Guntur terbilang sangat kecil, hanya Rp50.000 ribu per hari."Anak kami masih kecil-kecil. Untuk makan sekarang sudah sulit, apalagi biaya sekolah," tuturnya.
Dalam aksi itu, Pipih menggendong anak bungsunya yang masih berusia empat tahun. Senada dengan Pipih, seorang ibu rumah tangga lain yang bernama Ami (32), meminta pemerintah memberikan solusi dari penutupan lokasi galian pasir.
“Saya juga punya anak dua, satu mau masuk SMP, ini yang saya bawa satu lagi mau masuk SD. Penghasilan harian suami saya kadang Rp30.000 kadang Rp50.000. Kondisi seperti itu sudah sulit," katanya.
Beberapa perwakilan warga menemui anggota dewan yang sudah menunggu di dalam gedung DPRD. Sementara sebagian sisanya, duduk-duduk menunggu di trotoar pinggir Jalan Patriot.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat bersama Satgas Penegakan Hukum Lingkungan Terpadu, melakukan penutupan lokasi penambangan di Gunung Guntur pada Senin 6 April 2015 lalu.
Penutupan ditengarai oleh kerusakan lingkungan akibat maraknya aktivitas penambangan disalah satu gunung api Kabupaten Garut tersebut.
"Kegiatan penambangan pasir ini telah berlangsung selama 22 tahun, tepatnya sejak 1994 lalu. Akibatnya lingkungan rusak parah. Apabila dibiarkan, akan hancur semua. Sebentar lagi longsor terjadi," kata Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy mizwar, saat meninjau lokasi penggalian Gunung Guntur Senin lalu.
(nag)