Sawah di Bengawan Solo Panen Dini
A
A
A
BOJONEGORO - Para petani di daerah bantaran Sungai Bengawan Solo, Bojonegoro, terpaksa memanen dini padi mereka setelah terendam banjir hingga setinggi lututsejakSabtu (4/4).
“Mestinya belum waktunya panen, maksimalnya tujuh sampai sepuluh hari lagi agar buahnya maksimal. Tetapi supaya tidak rugi banyak karena terendam, terpaksa kami panen dini,” ujar Marjuki, petani di Desa Simbatan, Kecamatan Kanor. Selain dia, sejumlah petani lain juga melakukan hal sama agar tidak mengalami kerugian besar. Tanaman padi yang dipanen tampak baru menguning separuh. Bulir padi yang berwarna kuning hanya di bagian pucuk, sedangkan di bagian bawahnya masih tampak hijau belum berisi.
“Sedapat saja (hasil panennya) daripada tidak bisa memanen,” kata dia. Ketinggian air yang menggenangi sawah para petani antara 70 sampai 80 sentimeter. Meski sebagian petani dapat memanen dini, namun petani lain di beberapa desa di Kecamatan Kanor justru membiarkan padi mereka terendam. Sebab tanaman padi mereka baru berusia 20-25 hari sehingga padi baru mulai berbuah dan belum bisa dipanen. “Ada sekitar 81 hektare tanaman padi yang baru berbuah sudah terendam air,” kata Camat Kanor, Subiyanto.
Puluhan hektare tanaman padi itu tersebar di beberapa desa di antaranya di Desa Cangakan, Piyak, Kabalan, dan Semambung. Umur padi bervariatif antara 20 sampai 30 hari. Menurut dia, jika padi tersebut terendam air sampai lima atau enam hari dipastikan gagal panen. “Tapi kalau hanya dua atau tiga hari masih bisa dipanen,” katanya. Meski banjir di Kecamatan Kanor belum usai, ia memprediksi jumlah kerugian pertanian di wilayahnya mencapai Rp500 juta, baik pertanian padi maupun palawija.
“Jumlah rumah yang tergenang tidak seberapa, hanya pertanian padi dan palawija,” ucapnya. Selain di Kecamatan Kanor, sebagian para petani yang berada di Kecamatan Baureno, Balen, Kapas, Trucuk, maupun Kalitidu, juga memanen dini pascapadi mereka terendam air. Puluhan hektare tanaman padi sejak Sabtu (4/4) mulai terendam akibat luapan air sungai terpanjang di Pulau Jawa itu.
Kepala BPBD Bojonegoro, Andik Sudjarwo, belum memastikan jumlah kerugian akibat banjir luapan air Sungai Bengawan Solo itu. Saat ini ratusan hektare tanaman padi yang tersebar di beberapa kecamatan di Bojonegoro terendam air dan sebagian dipastikan gagal panen. Selain padi, ratusan rumah juga tergenang. “Tren air sudah mulai turun, mudah-mudahan segera surut agar padi yang terendam terselamatkan,” ungkapnya.
Sejak dua hari terakhir tinggi muka air (TMA) Bengawan Solo di Bojonegoro terus naik hingga menyentuh level siaga II. Air itu kiriman dari wilayah hulu, seperti Ngawi, Madiun, Ponorogo, dan Kudus. Jika wilayah hulu masih terus diguyur hujan, kondisi air Bengawan Solo akan terus naik dan menggenangi ratusan ribu warga Bojonegoro.
Muhammad roqib
“Mestinya belum waktunya panen, maksimalnya tujuh sampai sepuluh hari lagi agar buahnya maksimal. Tetapi supaya tidak rugi banyak karena terendam, terpaksa kami panen dini,” ujar Marjuki, petani di Desa Simbatan, Kecamatan Kanor. Selain dia, sejumlah petani lain juga melakukan hal sama agar tidak mengalami kerugian besar. Tanaman padi yang dipanen tampak baru menguning separuh. Bulir padi yang berwarna kuning hanya di bagian pucuk, sedangkan di bagian bawahnya masih tampak hijau belum berisi.
“Sedapat saja (hasil panennya) daripada tidak bisa memanen,” kata dia. Ketinggian air yang menggenangi sawah para petani antara 70 sampai 80 sentimeter. Meski sebagian petani dapat memanen dini, namun petani lain di beberapa desa di Kecamatan Kanor justru membiarkan padi mereka terendam. Sebab tanaman padi mereka baru berusia 20-25 hari sehingga padi baru mulai berbuah dan belum bisa dipanen. “Ada sekitar 81 hektare tanaman padi yang baru berbuah sudah terendam air,” kata Camat Kanor, Subiyanto.
Puluhan hektare tanaman padi itu tersebar di beberapa desa di antaranya di Desa Cangakan, Piyak, Kabalan, dan Semambung. Umur padi bervariatif antara 20 sampai 30 hari. Menurut dia, jika padi tersebut terendam air sampai lima atau enam hari dipastikan gagal panen. “Tapi kalau hanya dua atau tiga hari masih bisa dipanen,” katanya. Meski banjir di Kecamatan Kanor belum usai, ia memprediksi jumlah kerugian pertanian di wilayahnya mencapai Rp500 juta, baik pertanian padi maupun palawija.
“Jumlah rumah yang tergenang tidak seberapa, hanya pertanian padi dan palawija,” ucapnya. Selain di Kecamatan Kanor, sebagian para petani yang berada di Kecamatan Baureno, Balen, Kapas, Trucuk, maupun Kalitidu, juga memanen dini pascapadi mereka terendam air. Puluhan hektare tanaman padi sejak Sabtu (4/4) mulai terendam akibat luapan air sungai terpanjang di Pulau Jawa itu.
Kepala BPBD Bojonegoro, Andik Sudjarwo, belum memastikan jumlah kerugian akibat banjir luapan air Sungai Bengawan Solo itu. Saat ini ratusan hektare tanaman padi yang tersebar di beberapa kecamatan di Bojonegoro terendam air dan sebagian dipastikan gagal panen. Selain padi, ratusan rumah juga tergenang. “Tren air sudah mulai turun, mudah-mudahan segera surut agar padi yang terendam terselamatkan,” ungkapnya.
Sejak dua hari terakhir tinggi muka air (TMA) Bengawan Solo di Bojonegoro terus naik hingga menyentuh level siaga II. Air itu kiriman dari wilayah hulu, seperti Ngawi, Madiun, Ponorogo, dan Kudus. Jika wilayah hulu masih terus diguyur hujan, kondisi air Bengawan Solo akan terus naik dan menggenangi ratusan ribu warga Bojonegoro.
Muhammad roqib
(ars)