Ngmpulno Balung Pisah, Hasilkan Tiga Rumusan
A
A
A
SURABAYA - Kelas Inspirasi Surabaya (KIS). Mereka yang mendengarnya tentu bertanya-tanya, apakah KIS itu? Wajar kiranya jika pertanyaan itu muncul.
KIS merupakan wadah yang di dalamnya ada relawan pengajar, relawan fotografer, dan videografer, yang targetnya memberi pendampingan kepada siswa di luar jam sekolah. Meskipun namanya belum familier, namun relawan KIS terdiri atas lintas angkatan. KIS 20 Februari 2013, KIS 11 November 2013, dan KIS 29 September 2014.
Setelah relawan masing-masing angkatan ada, mereka pun kembali kopi darat alias kopdar baru-baru ini. Mereka juga menggelar pameran foto di Oost Kaffie & Thee Jalan Kaliwaron 60 Surabaya. “Ngumpulno Balung Pisah” adalah tema foto yang dipamerkan. Juli Indawati, satu di antara pegiat KIS menuturkan, pertemuan relawan lintas angkatan bisa disebut gathering.
“Ada tiga rumusan yang dihasilkan KIS, yang perlu segera ditindaklanjuti. Kegiatan KIS akan menitikberatkan pada companyvisit, sisterschooling, dan Awardfotpeople who willing to share and post their work or idea to inspire or impact in edu,” kata Juli.
Company visit diarahkan untuk mengundang siswa SD diajak berkunjung ke suatu lembaga. Misalnya, di rumah sakit (RS) melihat bagaimana para dokter itu bekerja, ke proyek properti melihat bagaimana para ahli teknik bekerja, atau bahkan siswa mungkin ke penjara untuk melihat para sipir bekerja. Untuk sisterschooling, KIS akan berperan sebagai penghubung antardua sekolah guna dipertemukan.
Dua sekolah itu dapat tukar menukar siswa, guru, atau shareprogramsehingga kedua sekolah tersebut bisa saling menimba hal-hal positif demi kemajuan sekolah masing- masing. Sementara Award fot People Who Willing to Share and Post Their Work or Idea to Inspire or Impact in Edu, yaitu KIS akan mengajak seseorang yang telah melakukan atau berpe-ngalaman dalam bidang tertentu untuk berbagi.
Misalnya, seorang ibu berpengalaman mengajari anaknya yang “gagap berbicara” atau menangani anaknya yang difabel, yang kemudian menemukan metode-metode tertentu. Dengan metode-metode itu seorang ibu tersebut bisa mendemonstrasikan atau menularkan kepada orang tua siswa maupun guru. Ali Muchson, satu di antara penggagas pameran foto mengatakan, tema pameran dengan Bahasa Jawa “Ngumpulno Balung Pisah” yang berarti Mengumpulkan Tulang-Tulang yang Terpisah.
Dalam kandungan makna, yaitu menyatukan kembali keluarga, teman, ataupun kelompok komunitas tertentu, yang sudah terpisahkan, baik oleh waktu, jarak, maupun kondisi berbeda. “Ngumpulno balung pisah memang perlu. Bila tidak ada yang berupaya menyatukan kembali tentu saja hubungan atau relasi pada masa lalu kita dapat saja hilang tidak berbekas. Longgar dan kemudian lenyap. Padahal ada banyak kenangan manis atas nama kebersamaan,” kata Ali Muchson.
Sayang bila itu semua lalu menguap begitu saja. Gagasan yang dimunculkan dari pameran itu adalah adanya keinginan menguatkan hubungan antarkeluarga besar KIS di mana pun berada dan tidak pandang dari mana asal-muasalnya.
“Dalam konteks ini, tentulah kita yang hidup dan mencari kehidupan di Kota Surabaya tercinta ini. Tersadar walau tak seberapa bermakna secara makro, bahwa kita telah berupaya turun tangan, turut peduli dengan pendidikan anak bangsa di Kota Surabaya ini sesuai dengan peran dan profesi masing-masing. Di sinilah kita banyak menaruh harapan kepada mereka untuk keberlangsungan Indonesia mendatang, 10, 20, atau 30 tahun ke depan,” kata Ali.
Foto-foto yang dipamerkan adalah sebagian foto hasil bidikan para fotografer pada Hari Inspirasi 20 Februari 2013, Hari Inspirasi 11 November 2013, dan Hari Inspirasi 29 September 2014, di berbagai SD yang tersebar di wilayah Surabaya. Fotofoto dipajang di meja-meja dan di berbagai dinding Oost Kaffie & Thee menambah semarak suasana bagi pengunjung.
Dengan kartu selipan buku yang diletakkan di setiap meja bersanding dengan foto diharapkan pengunjung dapat membaca isi kartu tersebut untuk mengenal tentang KIS dan aksi apa saja yang telah dan akan dilakukan. “Kami juga luncurkan websiteresmi KIS, yaitu ,” ucap Ali.
Soeprayitno
KIS merupakan wadah yang di dalamnya ada relawan pengajar, relawan fotografer, dan videografer, yang targetnya memberi pendampingan kepada siswa di luar jam sekolah. Meskipun namanya belum familier, namun relawan KIS terdiri atas lintas angkatan. KIS 20 Februari 2013, KIS 11 November 2013, dan KIS 29 September 2014.
Setelah relawan masing-masing angkatan ada, mereka pun kembali kopi darat alias kopdar baru-baru ini. Mereka juga menggelar pameran foto di Oost Kaffie & Thee Jalan Kaliwaron 60 Surabaya. “Ngumpulno Balung Pisah” adalah tema foto yang dipamerkan. Juli Indawati, satu di antara pegiat KIS menuturkan, pertemuan relawan lintas angkatan bisa disebut gathering.
“Ada tiga rumusan yang dihasilkan KIS, yang perlu segera ditindaklanjuti. Kegiatan KIS akan menitikberatkan pada companyvisit, sisterschooling, dan Awardfotpeople who willing to share and post their work or idea to inspire or impact in edu,” kata Juli.
Company visit diarahkan untuk mengundang siswa SD diajak berkunjung ke suatu lembaga. Misalnya, di rumah sakit (RS) melihat bagaimana para dokter itu bekerja, ke proyek properti melihat bagaimana para ahli teknik bekerja, atau bahkan siswa mungkin ke penjara untuk melihat para sipir bekerja. Untuk sisterschooling, KIS akan berperan sebagai penghubung antardua sekolah guna dipertemukan.
Dua sekolah itu dapat tukar menukar siswa, guru, atau shareprogramsehingga kedua sekolah tersebut bisa saling menimba hal-hal positif demi kemajuan sekolah masing- masing. Sementara Award fot People Who Willing to Share and Post Their Work or Idea to Inspire or Impact in Edu, yaitu KIS akan mengajak seseorang yang telah melakukan atau berpe-ngalaman dalam bidang tertentu untuk berbagi.
Misalnya, seorang ibu berpengalaman mengajari anaknya yang “gagap berbicara” atau menangani anaknya yang difabel, yang kemudian menemukan metode-metode tertentu. Dengan metode-metode itu seorang ibu tersebut bisa mendemonstrasikan atau menularkan kepada orang tua siswa maupun guru. Ali Muchson, satu di antara penggagas pameran foto mengatakan, tema pameran dengan Bahasa Jawa “Ngumpulno Balung Pisah” yang berarti Mengumpulkan Tulang-Tulang yang Terpisah.
Dalam kandungan makna, yaitu menyatukan kembali keluarga, teman, ataupun kelompok komunitas tertentu, yang sudah terpisahkan, baik oleh waktu, jarak, maupun kondisi berbeda. “Ngumpulno balung pisah memang perlu. Bila tidak ada yang berupaya menyatukan kembali tentu saja hubungan atau relasi pada masa lalu kita dapat saja hilang tidak berbekas. Longgar dan kemudian lenyap. Padahal ada banyak kenangan manis atas nama kebersamaan,” kata Ali Muchson.
Sayang bila itu semua lalu menguap begitu saja. Gagasan yang dimunculkan dari pameran itu adalah adanya keinginan menguatkan hubungan antarkeluarga besar KIS di mana pun berada dan tidak pandang dari mana asal-muasalnya.
“Dalam konteks ini, tentulah kita yang hidup dan mencari kehidupan di Kota Surabaya tercinta ini. Tersadar walau tak seberapa bermakna secara makro, bahwa kita telah berupaya turun tangan, turut peduli dengan pendidikan anak bangsa di Kota Surabaya ini sesuai dengan peran dan profesi masing-masing. Di sinilah kita banyak menaruh harapan kepada mereka untuk keberlangsungan Indonesia mendatang, 10, 20, atau 30 tahun ke depan,” kata Ali.
Foto-foto yang dipamerkan adalah sebagian foto hasil bidikan para fotografer pada Hari Inspirasi 20 Februari 2013, Hari Inspirasi 11 November 2013, dan Hari Inspirasi 29 September 2014, di berbagai SD yang tersebar di wilayah Surabaya. Fotofoto dipajang di meja-meja dan di berbagai dinding Oost Kaffie & Thee menambah semarak suasana bagi pengunjung.
Dengan kartu selipan buku yang diletakkan di setiap meja bersanding dengan foto diharapkan pengunjung dapat membaca isi kartu tersebut untuk mengenal tentang KIS dan aksi apa saja yang telah dan akan dilakukan. “Kami juga luncurkan websiteresmi KIS, yaitu ,” ucap Ali.
Soeprayitno
(ftr)