Potensi Mereka Layak Diperhitungkan

Jum'at, 03 April 2015 - 09:30 WIB
Potensi Mereka Layak...
Potensi Mereka Layak Diperhitungkan
A A A
PALEMBANG - Bermain musik, menenun songket, bahkan berlenggak-lenggok di atas panggung bisa dilakukan anakanak berkebutuhan khusus atau autisme.

Keceriaan mereka saat unjuk kebolehan masing-masing tergambar dalam peringatan Hari Autisme Sedunia 2015 di SLB Autis Harapan Mandiri Palembang, ke marin. “Hari Autisme Sedunia 2 April dicanangkan sebagai penanda bahwa penyandang autisme memang ada. Mereka bagian dari masyarakat yang po tensinya tetap perlu diperhitungkan,” ucap Ketua Yayasan Bina Autis Mandiri Muniyati Ismail.

Menurutnya, keadaan anakanak autis yang berbeda ini bukanlah penghalang untuk di berikan kepercayaan dan harapan Sebab, mereka juga mam pu berkarya dan berprestasi seperti anak lain pada umumnya. Jika dipercaya dan diberikan kesempatan untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat, individu autis pasti dapat berkembang dan mandiri.

Harapan untuk diterima apa adanya ini pula yang tersirat dalam tulisan yang diikat dengan balon warna-warni. Balon-balon harapan diter bangkan dalam kesempatan tersebut sekaligus untuk mengampanyekannya kepada masyarakat. “Anak-anak ini berbeda, tapi punya potensi besar, baik dari pengetahuan, seni dan lain nya,” imbuh Muniyati. Autisme diketahui sebagai kondisi sejak lahir yang mengalami gangguan perkembangan kognitif, bahasa, perilaku, dan interaksi sosial. Kelainan dan ke unikannya itu membutuhkan perhatian dan pelayanan khusus.

Jika penanganan dan duk ungan positif dari keluarga serta masyarakat cukup memadai, perkembangan anak ini akan lebih optimal. Untuk itulah, terobosan dilakukan pihak yayasan dengan menerima anak umum di dalam kelas. Dengan begitu, anak autis bisa belajar berinteraksi dengan anak normal seusianya. Kepala SLB Autis Harapan Mandiri Fahruddin Lakoni menyebutkan, dalam satu kelas set idaknya ada 50% anak normal yang ikut belajar.

Dia merinci, jumlah siswa sendiri sebanyak 53 untuk SD, 14 siswa SMP, dan 16 siswa SMA. Adapun jumlah guru maksimal tiga orang per kelas. Untuk kegiatan peminatan, siswa diajak belajar bermain musik, menenun song ket, menjumput kain, berkreasi dengan clay, bahkan membatik. “Anak autis tidak akan menimbulkan hal negatif di kelas, justru melatih rasa empati anak normal terhadap sesama. Sementara, kehadiran anak normal bagi anak berkebutuhan khusus sendiri mendapat manfaat pembelajaran besar,” jelas Fahruddin.

Sementara itu, salah satu wali murid Abdullah mengatakan, dia menyekolahkan anaknya di SLB Autis Harapan Mandiri karena mendapatkan informasi dari sosialisasi yayasan di PAUD tempat istrinya mengajar. Diakuinya, pada tahun pertama sekolah, anaknya yang kini duduk di kelas 4 cukup terganggu dengan teman autis di kelas. Tapi selanjutnya bisa menyesuaikan.

“Di sini perkembang an anak normal juga diper hatikan. Kegiatan bermusik misalnya sangat disukai si adek. Pastinya, jiwa sosialnya ber tum buh, terlihat tadi dia tampil dengan teman autisnya dengan tenang,” tuturnya.

Yulia savitri
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0954 seconds (0.1#10.140)