Tertantang Urus Emergency karena Kasus Medis sang Ibu

Selasa, 31 Maret 2015 - 10:15 WIB
Tertantang Urus Emergency...
Tertantang Urus Emergency karena Kasus Medis sang Ibu
A A A
MEDAN - Perhatian Wijaya Juwarna pada kegawatdaruratan (emergency ) sudah muncul sejak kuliah. Sejak duduk di bangku kuliah pada 1999, Wijaya Juwarna selalu aktif di kegiatan organisasi.

Bahkan, dia terpilih menjadi Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK-USU) pada 2002. Kini, dokter spesialis THT ini aktif mengelola pelatihan-pelatihan kader HMI di kampusnya. Usai menamatkan pendidikan dokter umum pada 2006, suami dari Rizki Luly Ya Fatwa Pulungan ini aktif di Brigade Dokter Siaga Bencana hingga empat tahun.

Dia juga aktif di Komda Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian (PGPKT), serta Tim Reaksi Cepat Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Medan. Perhatian Wijaya pada kegawatdaruratan ini pun semakin tinggi setelah pengalaman pribadi, yakni kasus medis yang dialami orang tuanya.

Dia menceritakan, almarhum ibunya, Hidayati, pernah mengalami pendarahan otak yang cukup banyak, sehingga tidak sadarkan diri. Wijaya yang kebetulan seorang dokter, langsung memberikan pertolongan. Syukurnya bisa tertolong.

“Dari sini saya lihat, sistem terpadu untuk kegawatdaruratan belum ada. Tapi kasus yang saya temui adalah orang tua saya. Kebetulan saya dokter bisa langsung saya tangani, tapi bagaimana dengan orang lain? Kalau di luar negeri, ambulance emergency sudah datang dengan timnya, sehingga kasus emergency bisa ditangani dengan cepat,” kata ayah dari Zaidan Azzikra Juwarna dan Alya Azzahra Juwarna ini.

Karena itulah, pria kelahiran Belawan, 26 Mei 1980 ini berharap sistem kegawatdaruratan di Sumut bisa lebih ditingkatkan, terutama setelah terbentuknya Perhimpunan Dokter Emergency Indonesia (PDEI) Sumatera Utara (Sumut). Sebenarnya, pada 2003 lalu, pengurus pusat PDEI sudah meminta agar PDEI dibuat di Sumut. Namun ternyata, pembentukan PDEI Sumut baru terealisasi Sabtu (21/3) lalu, dan Wijaya terpilih menjadi ketua.

Melalui pengalaman dan hobinya berorganisasi, Wijaya ingin melalui organisasi ini, bisa bermanfaat buat orang lain, sehingga masyarakat bisa menjadi lebih sehat. Alumnus SMA Negeri 3 Medan ini mengaku sejak duduk di bangku sekolah memang suka dengan dunia medis, terlebih dunia obatobatan. Bahkan, dulu dia berpikir apoteker adalah seorang dokter.

Namun, dengan ilmu yang didapatnya, akhirnya Sekretaris IDI Cabang Medan ini bisa mewujudkan mimpi orang tuanya, Muhammad Taufiq, menjadi seorang tenaga medis. “Orang tua saya mendukung, ternyata ayah saya memang bercita-cita menjadi seorang dokter. Ini menambah semangat saya untuk menjadi dokter,” ucap anak kelima dari enam bersaudara ini.

Ke depannya, Direktur Rumah Sakit Umum (RSU) Ameta Sejahtera ini berharap bisa semakin berkembang lebih baik secara profesi dan dapat memberikan manfaat terbaik bagi masyarakat. Selain itu, Wijaya juga berharap pemerintah bisa lebih menghargai profesi medis. Sebab, selama ini tenaga kesehatan, khususnya perawat, masih kurang mendapatkan kesejahteraan.

“sebab, begitu lumpuh dunia kesehatan, merupakan kerugian besar untuk negara. Untuk itu , tenaga medis harus diperhatikan,” tandasnya.

Siti Amelia
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2481 seconds (0.1#10.140)