Pengungsi Tanah Ambles di Jenawi Rentan Kena Campak
A
A
A
KARANGANYAR - Para pengungsi korban tanah ambles, di Dusun Jambon, Desa Menjing, Kecamatan Jenawi, Karanganyar, rentan terserang penyakit campak. Kondisi kesehatan mereka dikhawatirkan terus menurun, selama berada di pengungsian.
Kabid Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2L) Dinas Kesehatan (Dinkes) Karanganyar Fatkhul Munir mengatakan, serangan penyakit campak sangat berpotensi menjangkiti pengungsi.
Sebab, di pengungsian kondisi lingkungan semakin lama menjadi buruk. Termasuk, pengolahan sampah dan sanitasinya. Jika ada satu orang yang terkena, maka pengungsi lainnya berisiko terkena, mengingat penularannya cepat sekali.
“Kami akan terus melakukan pengamatan, terutama potensi penyakit capak,” kata Fatkhul Munir, kepada wartawan, Senin (30/3/2015).
Pihaknya juga telah meminta pengungsi, jika ada temuan campak, untuk segera melapor dan ditangani. Penderita, harus diisolasi terlebih dahulu agar tidak menularkan penyakit ke orang lain.
"Dinkes terus memantau kondisi kesehatan para pengungsi yang kini masih bertahan di Balai Desa Menjing, dan Gedung Ikatan Persaudaran Haji Indonesia (IPHI) Jenawi," terangnya.
Ditambahkan dia, balita menjadi prioritas utama, karena tingkat ketahanan tubuhnya paling rendah. Namun, sejauh ini belum ada tanda-tanda pengungsi yang terkena campak.
Dinkes juga memprioritaskan asupan gizi untuk ibu hamil, balita, dan lanjut usia (lansia). Aspek psikis pengungsi juga menjadi perhatian khusus. Tim Psikolog juga akan didatangkan untuk mendampingi para pengungsi.
“Nanti, mereka akan membuat semacam permainan untuk anak-anak, serta memberikan motivasi untuk pengungsi dewasa. Sejauh ini, belum ada yang depresi. Namun, sudah nampak gelisah dan jenuh,” jelasnya.
Terpisah, Petugas Piket Puskesmas Jenawi Endang Suprapti menjelaskan, setiap hari terdapat 10-15 pengungsi yang berkonsultasi ke petugas kesehatan. Umumnya, mereka mengeluhkan pusing, susah tidur, pegal-pegal, hingga tensi tinggi.
“Petugas kesehatan Puskesmas Jenawi berjaga 24 jam, di pengungsian dengan sistem shift pagi dan malam. Kebutuhan obat-obatan tersedia cukup lengkap,” pungkas Endang Suprapti.
Kabid Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2L) Dinas Kesehatan (Dinkes) Karanganyar Fatkhul Munir mengatakan, serangan penyakit campak sangat berpotensi menjangkiti pengungsi.
Sebab, di pengungsian kondisi lingkungan semakin lama menjadi buruk. Termasuk, pengolahan sampah dan sanitasinya. Jika ada satu orang yang terkena, maka pengungsi lainnya berisiko terkena, mengingat penularannya cepat sekali.
“Kami akan terus melakukan pengamatan, terutama potensi penyakit capak,” kata Fatkhul Munir, kepada wartawan, Senin (30/3/2015).
Pihaknya juga telah meminta pengungsi, jika ada temuan campak, untuk segera melapor dan ditangani. Penderita, harus diisolasi terlebih dahulu agar tidak menularkan penyakit ke orang lain.
"Dinkes terus memantau kondisi kesehatan para pengungsi yang kini masih bertahan di Balai Desa Menjing, dan Gedung Ikatan Persaudaran Haji Indonesia (IPHI) Jenawi," terangnya.
Ditambahkan dia, balita menjadi prioritas utama, karena tingkat ketahanan tubuhnya paling rendah. Namun, sejauh ini belum ada tanda-tanda pengungsi yang terkena campak.
Dinkes juga memprioritaskan asupan gizi untuk ibu hamil, balita, dan lanjut usia (lansia). Aspek psikis pengungsi juga menjadi perhatian khusus. Tim Psikolog juga akan didatangkan untuk mendampingi para pengungsi.
“Nanti, mereka akan membuat semacam permainan untuk anak-anak, serta memberikan motivasi untuk pengungsi dewasa. Sejauh ini, belum ada yang depresi. Namun, sudah nampak gelisah dan jenuh,” jelasnya.
Terpisah, Petugas Piket Puskesmas Jenawi Endang Suprapti menjelaskan, setiap hari terdapat 10-15 pengungsi yang berkonsultasi ke petugas kesehatan. Umumnya, mereka mengeluhkan pusing, susah tidur, pegal-pegal, hingga tensi tinggi.
“Petugas kesehatan Puskesmas Jenawi berjaga 24 jam, di pengungsian dengan sistem shift pagi dan malam. Kebutuhan obat-obatan tersedia cukup lengkap,” pungkas Endang Suprapti.
(san)