ISIS Tulungagung Nyambi Agen Tiket

Sabtu, 28 Maret 2015 - 12:27 WIB
ISIS Tulungagung Nyambi...
ISIS Tulungagung Nyambi Agen Tiket
A A A
TULUNGAGUNG - Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap Ridwan Sungkar alias Iwan alias Abi Bilal alias Ewo, 43, warga Dusun Grobokan RT/RW 04, Desa Mangunsari, Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung. Agen tiket pesawat ini diduga terlibat jaringan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Petugas menangkap Iwan di pinggir jalan tidak jauh dari rumahnya. “Saat ditangkap infonya hendak pergi ke Suriah,” ujar Abdul Haris, Ketua RT 04 Desa Mangunsari kepada wartawan, kemarin. Iwan begitu ia biasa disapa, ditangkap sekitar pukul 09.15 WIB tidak jauh dari rumahnya.

Pria yang diduga juga anggota Jamaah Islamiah (JI) itu tidak melawan. Ia langsung dibawa menuju markas Polda Jawa Timur. Petugas Polres Tulungagung memasang garis polisi mulai dari gang masuk sampai tempat tinggal Iwan. Sejumlah anggota Sabhara juga disiagakan menjaga tempat penangkapan itu.

Rumah sederhana bercat hijau itu hanya berjarak tiga meter dari masjid dan makam desa. Selain istri, yakni Fitria dan lima orang anaknya, Iwan hidup bersama Maryam, ibunya. Wanita tua itu informasinya dalam keadaan sakit-sakitan.

Tidak jauh dari rumah Iwan, bertempat tinggal Abdul Haris, mantan anggota DPRD Kabupaten Tulungagung dari Partai Hanura. Sebagai ketua RT, Abdul Haris mengaku juga dimintai keterangan petugas. Ia menyaksikan langsung bagaimana anggota Densus 88 menggeledah rumah terduga anggota ISIS itu.

Densus menyita satu dus air mineral berisi dokumen, buku, dan dua paspor. Buku dan dokumen yang diduga terkait ajaran jihad. Petugas juga mengamankan dua bilah samurai, dua unit CD room, CD rekaman pengajian, dan pigura berlafaz Arab serta logo yang diduga simbol ISIS. “Semuanya diambil dari dalam kamar. Beberapa di antaranya disembunyikan di atas plafon rumah,” ujarnya.

Penggeledahan berlangsung mulai pukul 14.00 WIB hingga pukul 16.30 WIB. Awalnya, petugas berencana mengevakuasi Maryam, Fitria, dan anakanak Iwan, yang masih kecil Hal itu mengingat Maryam mengidap penyakit jantung, tapi tawaran tersebut ditolak.

Iwan, kata Haris, memiliki profil fisik berperawakan tinggi besar, tambun, dan berjenggot tebal. Sementara istrinya yang biasa disapa Ipit, mengenakan jilbab besar. Ia merupakan anak nomor dua dari tiga bersaudara. Masing-masing saudaranya bertempat tinggal di Malang dan Bali.

Meski di masyarakat bergaul seperti pada umumnya warga, rumah makelar agen tiket pesawat terbang wilayah Kabupaten Trenggalek itu selalu keadaan tertutup. “Setiap hari ya tertutup terus seperti itu,” ujarnya.

Menurut Haris, Iwan baru dua pekan berada di rumah. Dua bulan sebelumnya berada di Malaysia. Kabarnya, Iwan sudah pernah ke Suriah. Di Tulungagung, ia diketahui sebagai anggota aktif Forum Kajian Islam.

“Yang saya tahu komunikasinya dengan pondok pesantren di Campurdarat Tulungagung,” kata Abdul Haris. Aksi Densus 88 menggeledah rumah Iwan mengundang perhatian warga sekitar. Ratusan orang berbondong-bondong berusaha melihat dari jarak terdekat.

Ditemui di lokasi kejadian, Kapolres Tulungagung AKBP Bastoni Purnama mengatakan, penangkapan Ridwan Sungkar hasil pengembangan kasus ISIS di Malang. “Yang bersangkutan memang sudah lama di TO setelah terungkap kasus ISIS di Malang. Oleh Densus langsung dibawa ke Polda Jatim,” ujarnya.

Seperti diberitakan, Densus 88 Antiteror Polri menangkap tiga orang didaerah Malang Raya. Ketiga orang tersebut, yakni Abdul Hakim Munabari, 44, warga Jalan Ade Irma Suryani IIIA/- 306 RT 7/RW 11, Kelurahan Kasin, Klojen, Kota Malang; Helmi Muhammad Alamudi (HMA), 51, warga Jalan Soputan Nomor 2 RT 3/RW 1, Kelurahan Karangbesuki, Sukun, Kota Malang; dan Junaidi, warga Jalan Kiai Pasreh Jaya Nomor 2 RT 1/RW 4, Kelurahan Bumiayu, Kedungkandang, Kota Malang.

Densus 88 menerjunkan 20 orang personel untuk membekuk Iwan. Senada dengan keterangan Abdul Haris, menurut Bastoni, Densus menyita sejumlah dokumen dan samurai dari rumah Iwan. Dari hasil penyelidikan, Iwan diketahui pernah ke Suriah. “Saat ini kita terus melakukan pengembangan termasuk meminta semua keterangan terkait aktivitas yang bersangkutan di Tulungagung,” ucapnya.

Sementara pemerhati dari Pusat Eksplorasi Pembangunan dan Partisipasi Sosial Indonesia (Peppsi), Wahyu Kuncoro menyebutkan, Jatim berpotensi menjadi kantong pengikut ISIS. “Warga di daerah, kabupaten di Jatim yang menjadi kantong kemiskinan dan minim pantauan atau pembinaan kesadaran berkebanggaan, juga berpotensi menjadi kantong pengikut ISIS,” kata Wahyu.

Dosen FISIP Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) ini menyatakan, radikalisme selalu ada pemicu atau akar masalahnya. Salah satunya kemiskinan yang membuat pengikut mudah tergiur karena imingiming diberi rumah atau uang. Karena itu, muncul kerelaan diri warga terlibat terorisme sehingga memiliki fanatisme sempit. “Motivasi spiritual tidak bisa dihindari pengikut teroris,” katanya.

Terpisah, guru besar bidang sosiologi pendidikan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA), Prof Akh. Muzakki mengatakan, teroris sama hal dengan korupsi, sebuah kejahatan yang luar biasa atau extraordinary crime. Karena itu, penanganan kasus teroris ini harus super ekstra tidak bisa hanya mengandalkankekuatanhukum positif semata.

Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur ini mengaku selama ini dikenalsebagai ahli dalam bidang teroris karena mem-pelajari masalah ini mendalam. “Kalau pendekatannya hanya dengan hukum positif tidak akan mempan. Kalau terbukti kriminal ya silakan dikriminalisasi dengan hukum positif tentunya. Namun saya jamin tidak akan mampu membasmi ideologi para pelakunya. Karena bagi mereka kalau sudah berjihad itu apa pun akan dikorbankan, jangankan harta, jiwa mereka akan dikorbankan. Apa itu bisa dilawan dengan hukum positif, tidak akan bisa,” ujarnya.

Penanganan teroris, kata Muzzaki, memang bukan perkara mudah hal itu karena ada beberapa faktor. Dikatakan Muzakki, yang perlu dicatat dari kasus ini adalah antara Islam dan negara ini masih belum menyatu di semua komponen masyarakat. “Nahdlatul Ulama boleh saja mendoktrinkan NKRI harga mati, namun di luar NU masih banyak kelompok-kelompok yang tidak mau NKRI, termasuk enam warga Surabaya itu,” katanya.

Di Surabaya misalnya, hidup tidak seindah hidup di daerah lain yang masih punya alat produksi seperti ladang atau sawah. Hidup di Surabaya tanpa alat produksi akan mengalami keterpurukan sosial dan ekonomi. “Orang akan bisa berdiskusi secara serius kalau perutnya kenyang kalau tidak mana bisa serius. Akhirnya, mereka mau melakukan apa saja karena kondisi itu tadi,” katanya.

Polisi Getol Sosialisasi Antiradikalisme

Di tempat terpisah, Polres Madiun mencurigai sejumlah warga yang menjadi pendukung ISIS. Warga tersebut tinggal di dua kecamatan. “Ada beberapa orang di dua kecamatan yang kami sinyalir (bergabung ISIS) dan sekarang menjadi perhatian khusus kami,” kata Kapolres Madiun AKBP Denny Setya Nugraha Nasution, kemarin.

Denny belum bersedia menyebut nama dua kecamatan yang dinyatakan rawan paham ISIS. Jika hal itu diungkap ke publik, dia mengaku khawatir kinerja intelijen terganggu. “Beberapa warga di sana (dua kecamatan) terindikasi masuk jaringan ISIS karena paspornya untuk tujuan tertentu sudah jadi. Kami masih mendalami dengan berkoordinasi dengan pihak imigrasi,” ujarnya.

Bupati Madiun Muhtarom mengatakan, saat ini pihaknya tengah membentuk tim penanggulangan gerakan ISIS dan organisasi terlarang lainnya. Tim tersebut terdiri atas beberapa pihak di antaranya kepolisian, TNI, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, dan tokoh masyarakat. “Semua unsur kami libatkan,” katanya.

Tim yang dibentuk itu bertugas memantau beragam gerakan yang dilakukan pendukung ISIS. “Mungkin rekrutmen dengan iming-iming umrah gratis, penggalangan dana, dan lainnya. Nanti semua akan dipantau dan ini langkah riil dari pemerintah untuk mengantisipasi ISIS,” ujar Muhtarom.

Pemkot Malang memetakan kantong-kantong pendukung ISIS. Menurut Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kota Malang, Wahyu Setianto, mulai pekan depan akan mengumpulkan perangkat kecamatan dan kelurahan se-Kota Malang untuk menyosialisasikan menangkal gerakan radikal ISIS di tengah masyarakat.

”Kami akan lakukan pendekatan dan sosialisasi ini hingga ke tingkat RT agar benarbenar bersentuhan langsung kepada masyarakat,” katanya.

Solichan arif/Dili eyato/ Yuswantoro/Soeprayitno
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0342 seconds (0.1#10.140)