Angin 50 Km/Jam Mengancam Hingga April
A
A
A
YOGYAKARTA - Sepekan terakhir bencana angin kencang terus terjadi. Pada Rabu (25/3), tiga warga Sleman tewas tertimpa bangunan yang roboh akibat angin kencang.
Kemarin, sejumlah daerah di tiga kabupaten kembali dihajar angin kencang. Terkait ancaman bencana ini, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DIY memprediksi angin berkecepatan mencapai 50 kilometer (km) per jam ini berpotensi berlangsung sampai April mendatang. Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG DIY Teguh Prasetyo mengatakan saat ini memasuki pengujung musim hujan.
Dalam kondisi ini orang awam menyebut sebagai musim pancaroba. “Pancaroba ini biasanya disertai dengan angin kencang,” katanya, kemarin. Saat pancaroba biasanya pergantian suhu juga drastis. Siang panas dan menjelang sore hujan. “Sebelum hujan biasanya disertai angin kencang. Yang terjadi di Sleman kemarin juga demikian,” ujarnya.
Teguh mengungkapkan, kecepatan angin pada masa pancaroba tergolong kencang, yakni 40-45 kilometer per jam. “Kecepatannya tergolong kencang, bisa merobohkan pohon, tiang, bahkan rumah,” katanya mengingatkan. Dia meminta kepada warga untuk meningkatkan kewaspadaan. Langkah antisipasi yang bisa dilakukan antara lain tidak berteduh di bawah pohon rindang atau bangunan rawan ambruk. “Sebaiknya juga menghindari berpergian,” ujarnya.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan pers melalui Black- Berry Messengermenyebutkan, dalam kurun tiga hari angin kencang melanda 15 daerah. Terhitung 23-25 Maret 2015, angin puting beliung atau angin kencang melanda Kabupaten Purworejo, Magelang, Boyolali, Klaten, Kulonprogo, Sragen, Sukabumi, Sleman, Trenggalek, Demak, Purwokerto, Gunungkidul, LampungUtara, Pekanbaru, dan Bengkulu Tengah.
“Dampaknya tiga orang meninggal di Sleman serta lebih dari 215 rumah rusak dan ratusan pohon tumbang,” ungkapnya. Prediksi BMKG DIY tidak meleset. Kemarin, hujan disertai angin kencang kembali memorak- porandakan wilayah Sleman. Kali ini menimpa wilayah Kecamatan Sleman, Mlati, dan Ngaglik. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman hingga pukul 18.00 WIB, mencatat angin kencang terjadi di 23 titik. Dampaknya ada 19 rumah rusak karena tertimpa pohon yang tersebar di tiga kecamatan itu.
Pohon tumbang tidak hanya menimpa rumah, tapi juga melintang di jalan dan menimpa tiang listrik sehingga menyebabkan arus lalu lintas dan aktivitas warga terganggu lantaran arus listrik dipadamkan. Di Dusun Tlacap, Pandowoharjo, Sleman, di tempat ini ada empat titik pohon tumbang, tiga melintang di jalan, dan satu titik menimpa rumah. Selain itu, di daerah Karangtanjung, Pandowoharjo, juga terjadi tanah longsor. “Hujan terjadi pukul 13.30 WIB kemudian ada angin kencang dan membuat beberapa pohon tumbang,” ungkap warga Pendowoharjo, Samsu, 45.
Petugas TRC BPBD Sleman Harsono mengatakan, untuk wilayah Mlati yang terkena angin kencang di antaranya di Jongke Lor, Jongke Tengah, Jongke Kidul, Duwet, Cebongan, dan Ketingan. “Wilayah Sleman, Tlacap, Grojogan, Jetis, dan bekisan. Untuk wilayah Ngaglik di daerah Sariharjo Barat,” ujarnya. Kepala Pelaksana BPBD Sleman Julisetiyono Dwi Wasito menambahkan, selain memberikan bantuan logistik, untuk rumah yang terkena angin kencang akan mendapatkan bantuan dana. Rumah rusak berat sebesar Rp2 juta, rusak sedang Rp1 juta, dan rusak ringan Rp500.000.
Selain tiga korban jiwa dan dua luka, bencana angin kencang di Tempel pada Rabu lalu, juga mengakibatkan satu relawan cedera. Saat mengevakuasi yang bersangkutan jatuh dari pohon sehingga harus mendapat perawatan serta jahitan di kepalanya. Julisetiono Dwi Wasito mengatakan, korban relawan atas nama Budiyono alias Kelik, 38, dari komunitas Peduli Merapi. “Saat mengevakuasi di (Kecamatan) Turi, jatuh dari pohon. Karena cedera serius, harus mendapat jahitan di kepala,” katanya.
Selain Sleman, angin kencang juga menerjang Kabupaten Kulonprogo pada Rabu sore. Akibatnya, dua rumah ambruk dan tiga warga terluka. Sementara puluhan pohon tumbang. Di Kecamatan Lendah ada dua bangunan rumah berikut dapur yang rata dengan tanah akibat tertimpa pohon munggur. Sementara tiga warga mengalami luka serius dan masih menjalani perawatan intensif di RSUD Wates.
Dua rumah yang ambruk dan rata dengan tanah merupakan rumah Mardi Wiyono, 70, dan anaknya, Tukiyo, 58, warga Kradenan, Desa Srikayangan, Sentolo. Kemudian korban luka adalah Mukiyem (istri Mardi Wiyono) dan April Cahyani (cucu). Mereka luka patah tulang tangan dan bahu akibat tertimpa atap rumah yang ambruk. Satu korban lagi adalah Semi, warga Karangasem, Srikayangan.
Dia menderita patah tulang tangan ketika hendak pulang ke rumahnya. Di tengah jalan ada cabang pohon yang patah dan mengenai tangannya. Hingga kini ketika korban masih menjalani perawatan intensif di RSUD Wates. “Saat itu hujan sangat deras dan anginnya memutar membuat pohon tumbang dan cabang patah,” kata Mardi Wiyono.
Di Bantul Pohon Bertumbangan
Hujan disertai dengan angin kencang kembali melanda Kabupaten Bantul, terutama di bagian barat dan selatan. Beberapa pohon tumbang akibat hujan dan angin yang terjadi kemarin sekitar pukul 14.00-15.30 WIB. Dari pantauan KORAN SINDO YOGYA, pohon tumbang banyak terjadi di Jalan Samas, Palbapang, Bantul, dan di seputaran Dusun Taruban.
Di Dusun Cepor Palbapang sebuah pohon talok roboh dan tidak menimbulkan kerusakan. Di Dusun Tembi, Desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon, sebuah pohon melinjo di depan rumah Petrus Wijiantoro juga ambruk karena tak kuat menahan terpaan angin. “Tadi angin sama hujannya sangat kencang,” ujarnya, kemarin sore. Hingga berita ini ditulis, pihak BPBD Kabupaten Bantul masih mengumpulkan data kerusakan.
Pelaksana Harian Kepala BPBD Bantul Dwi Daryanto menginformasikan dalam tiga hari terakhir ini BMKG memprediksi cuaca ekstrem. Beberapa wilayah yang berada di cekungan, seperti Kabupaten Bantul, Sleman, dan Bantul, harus mewaspadai kemungkinan terjadi angin kencang. “Memang tiga hari ini cuacanya sangat ekstrem. Tahun 2015 memang banyak, kerusakan rumah masyarakat cukup lumayan signifikan. Rusak parah enam lainnya ringan,” ucap Dwi.
Ridwan anshori/ priyo setyawan/ kuntadi/ erfanto linangkung
Kemarin, sejumlah daerah di tiga kabupaten kembali dihajar angin kencang. Terkait ancaman bencana ini, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DIY memprediksi angin berkecepatan mencapai 50 kilometer (km) per jam ini berpotensi berlangsung sampai April mendatang. Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG DIY Teguh Prasetyo mengatakan saat ini memasuki pengujung musim hujan.
Dalam kondisi ini orang awam menyebut sebagai musim pancaroba. “Pancaroba ini biasanya disertai dengan angin kencang,” katanya, kemarin. Saat pancaroba biasanya pergantian suhu juga drastis. Siang panas dan menjelang sore hujan. “Sebelum hujan biasanya disertai angin kencang. Yang terjadi di Sleman kemarin juga demikian,” ujarnya.
Teguh mengungkapkan, kecepatan angin pada masa pancaroba tergolong kencang, yakni 40-45 kilometer per jam. “Kecepatannya tergolong kencang, bisa merobohkan pohon, tiang, bahkan rumah,” katanya mengingatkan. Dia meminta kepada warga untuk meningkatkan kewaspadaan. Langkah antisipasi yang bisa dilakukan antara lain tidak berteduh di bawah pohon rindang atau bangunan rawan ambruk. “Sebaiknya juga menghindari berpergian,” ujarnya.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan pers melalui Black- Berry Messengermenyebutkan, dalam kurun tiga hari angin kencang melanda 15 daerah. Terhitung 23-25 Maret 2015, angin puting beliung atau angin kencang melanda Kabupaten Purworejo, Magelang, Boyolali, Klaten, Kulonprogo, Sragen, Sukabumi, Sleman, Trenggalek, Demak, Purwokerto, Gunungkidul, LampungUtara, Pekanbaru, dan Bengkulu Tengah.
“Dampaknya tiga orang meninggal di Sleman serta lebih dari 215 rumah rusak dan ratusan pohon tumbang,” ungkapnya. Prediksi BMKG DIY tidak meleset. Kemarin, hujan disertai angin kencang kembali memorak- porandakan wilayah Sleman. Kali ini menimpa wilayah Kecamatan Sleman, Mlati, dan Ngaglik. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman hingga pukul 18.00 WIB, mencatat angin kencang terjadi di 23 titik. Dampaknya ada 19 rumah rusak karena tertimpa pohon yang tersebar di tiga kecamatan itu.
Pohon tumbang tidak hanya menimpa rumah, tapi juga melintang di jalan dan menimpa tiang listrik sehingga menyebabkan arus lalu lintas dan aktivitas warga terganggu lantaran arus listrik dipadamkan. Di Dusun Tlacap, Pandowoharjo, Sleman, di tempat ini ada empat titik pohon tumbang, tiga melintang di jalan, dan satu titik menimpa rumah. Selain itu, di daerah Karangtanjung, Pandowoharjo, juga terjadi tanah longsor. “Hujan terjadi pukul 13.30 WIB kemudian ada angin kencang dan membuat beberapa pohon tumbang,” ungkap warga Pendowoharjo, Samsu, 45.
Petugas TRC BPBD Sleman Harsono mengatakan, untuk wilayah Mlati yang terkena angin kencang di antaranya di Jongke Lor, Jongke Tengah, Jongke Kidul, Duwet, Cebongan, dan Ketingan. “Wilayah Sleman, Tlacap, Grojogan, Jetis, dan bekisan. Untuk wilayah Ngaglik di daerah Sariharjo Barat,” ujarnya. Kepala Pelaksana BPBD Sleman Julisetiyono Dwi Wasito menambahkan, selain memberikan bantuan logistik, untuk rumah yang terkena angin kencang akan mendapatkan bantuan dana. Rumah rusak berat sebesar Rp2 juta, rusak sedang Rp1 juta, dan rusak ringan Rp500.000.
Selain tiga korban jiwa dan dua luka, bencana angin kencang di Tempel pada Rabu lalu, juga mengakibatkan satu relawan cedera. Saat mengevakuasi yang bersangkutan jatuh dari pohon sehingga harus mendapat perawatan serta jahitan di kepalanya. Julisetiono Dwi Wasito mengatakan, korban relawan atas nama Budiyono alias Kelik, 38, dari komunitas Peduli Merapi. “Saat mengevakuasi di (Kecamatan) Turi, jatuh dari pohon. Karena cedera serius, harus mendapat jahitan di kepala,” katanya.
Selain Sleman, angin kencang juga menerjang Kabupaten Kulonprogo pada Rabu sore. Akibatnya, dua rumah ambruk dan tiga warga terluka. Sementara puluhan pohon tumbang. Di Kecamatan Lendah ada dua bangunan rumah berikut dapur yang rata dengan tanah akibat tertimpa pohon munggur. Sementara tiga warga mengalami luka serius dan masih menjalani perawatan intensif di RSUD Wates.
Dua rumah yang ambruk dan rata dengan tanah merupakan rumah Mardi Wiyono, 70, dan anaknya, Tukiyo, 58, warga Kradenan, Desa Srikayangan, Sentolo. Kemudian korban luka adalah Mukiyem (istri Mardi Wiyono) dan April Cahyani (cucu). Mereka luka patah tulang tangan dan bahu akibat tertimpa atap rumah yang ambruk. Satu korban lagi adalah Semi, warga Karangasem, Srikayangan.
Dia menderita patah tulang tangan ketika hendak pulang ke rumahnya. Di tengah jalan ada cabang pohon yang patah dan mengenai tangannya. Hingga kini ketika korban masih menjalani perawatan intensif di RSUD Wates. “Saat itu hujan sangat deras dan anginnya memutar membuat pohon tumbang dan cabang patah,” kata Mardi Wiyono.
Di Bantul Pohon Bertumbangan
Hujan disertai dengan angin kencang kembali melanda Kabupaten Bantul, terutama di bagian barat dan selatan. Beberapa pohon tumbang akibat hujan dan angin yang terjadi kemarin sekitar pukul 14.00-15.30 WIB. Dari pantauan KORAN SINDO YOGYA, pohon tumbang banyak terjadi di Jalan Samas, Palbapang, Bantul, dan di seputaran Dusun Taruban.
Di Dusun Cepor Palbapang sebuah pohon talok roboh dan tidak menimbulkan kerusakan. Di Dusun Tembi, Desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon, sebuah pohon melinjo di depan rumah Petrus Wijiantoro juga ambruk karena tak kuat menahan terpaan angin. “Tadi angin sama hujannya sangat kencang,” ujarnya, kemarin sore. Hingga berita ini ditulis, pihak BPBD Kabupaten Bantul masih mengumpulkan data kerusakan.
Pelaksana Harian Kepala BPBD Bantul Dwi Daryanto menginformasikan dalam tiga hari terakhir ini BMKG memprediksi cuaca ekstrem. Beberapa wilayah yang berada di cekungan, seperti Kabupaten Bantul, Sleman, dan Bantul, harus mewaspadai kemungkinan terjadi angin kencang. “Memang tiga hari ini cuacanya sangat ekstrem. Tahun 2015 memang banyak, kerusakan rumah masyarakat cukup lumayan signifikan. Rusak parah enam lainnya ringan,” ucap Dwi.
Ridwan anshori/ priyo setyawan/ kuntadi/ erfanto linangkung
(bhr)