Dimulai dari Sungai

Minggu, 22 Maret 2015 - 09:37 WIB
Dimulai dari Sungai
Dimulai dari Sungai
A A A
AIR merupakan unsur yang paling penting dalam kehidupan manusia. Namun yang jadi, persoalan saat ini adalah ketersediaan sumber air bersih di Sumut yang semakin terbatas. Saat ini tidak sampai 1% dan jumlahnya tidak pernah bertambah.

Kondisi ini tidak sebanding dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah. Oleh karena itu, dibutuhkan pelestarian lingkungandisungaiuntukmenjaga sumber air bersih. Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan, BLH Sumut Risma Wati menuturkan, sebagai upaya untuk mempertahankan kualitas sumber air, Gubernur Gatot Pujo Nugroho telah mengeluarkan surat edaran Nomor 660/ 14384 pada 19 Desember 2014 tentang “Gerakan Penyelamatan Sungai di Provsu”.

Surat edaran yang disampaikan kepada kepala daerah se-Sumut itu berisikan tujuh arahan untuk penyelamatan sungai. Di antaranya mensterilkan sempadan sungai sebagai jalur hijau sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 38/2011 tentang Sungai. Artinya, daerah bantaran sungai harus menjadi jalur penyangga melalui penanaman pohon untuk menambah ruang terbuka hijau di daerah sungai.

Hal ini diatur dalam pasal 8 sampai pasal 17. “Arahan Gubsu lainnya di antaranya menjadikan sungai sebagai daerah wisata air, melaksanakan clean up sungai di perkotaan, membentuk tim untuk menjaga kebersihan dan kelestarian sungai, termasuk menginventarisasi, mengidentifikasi, serta mengawasi dan mengevaluasi perizinan pemanfaatan ruang sungai,” paparnya.

Selain itu, pemerintah juga mengarahkan kepada setiap perusahaan yang mendirikan usaha di kawasan bantaran sungai agar turut berpartisipasi melalui pengalokasian dana CSR-nya untuk konservasi lingkungan. Masyarakat jangan hanya mengandalkan pemerintah, tapi bersama-sama melestarikan sungai.

“Gerakan penyelamatan sungai yang terakhir adalah menerapkan sanksi bagi yang melakukan pelanggaran ketentuan di bidang lingkungan bagi usaha atau kegiatan yang merusak, seperti membuang sampah atau limbah tanpa pengelolaan. Hal itu sesuai dengan UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan,” kata Risma Wati. Sebagai langkah pertama, Pemprov Sumut menjadikan Sungai Deli, Medan, sebagai pilot project Gerakan Pe-nyelamatan Sungai”.

Bersama stakeholder dan masyarakat, Pemprov membuat taman percontohan melalui penanaman tanaman keras, menanam rumput-rumputan, dan membuat jungle track . Hal itu bertujuan supaya masyarakat bisa menjadikannya tempat itu untuk menikmati lingkungan, bukan membuang sampah sembarangan. “Artinya, Gubsu mengeluarkan surat edaran tapi sekaligus membuat pilot project Sungai Deli.

Di beberapa daerah juga sudah ada yang melakukannya. Misalnya di Binjai, wali kotanya sudah membuat sempadan taman. Menambah RTH dan menjadikannya Sungai Bingei tempat wisata lingkungan sehingga masyarakatnya bisa lebih dekat dengan lingkungan,” ungkapnya. Selain itu, untuk penyediaan air bersih perlu didukung teknologi pengelolaan air yang baik.

Seperti yang dilakukan Pemerintah Kota (Pemko) Medan Januari yang lalu. Pemko Medan bekerja sama dengan Wahana Mitra Indonesia (WMI) membangun fasilitas pengelolaan air minum sehat yang dibangun di Jalan Pasar III Lingkungan IV, Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan.

Pengelolaan air minum ini pun sudah diresmikan langsung oleh Wali Kota Medan, Dzulmi Eldin dan sudah dapat dinikmati oleh masyarakat di kawasan tersebut yang selama ini sulit memperoleh air dari PDAM Tirtanadi. Dengan fasilitas pengelolaan air minum ini, air minum yang dihasilkan dapat langsung dikonsumsi oleh masyarakat tanpa harus dimasak terlebih dahulu.

Di Sumut teknologi pengelolaan sumber air juga banyak dibantu oleh stakeholder seperti Konsulat Jenderal (Konjen) Jepang. Bantuan tersebut diberikan pemerintahan Jepang dengan skema pemerintahan ke pemerintah (government to government ). Konjen Jepang di Medan Yuji Hamada, mengatakan, Sumut sebenarnya memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang sangat berlimpah, bahkan paling kaya di dunia.

Sementara Jepang memiliki teknologi paling maju di seluruh dunia. “Oleh karena itulah diharapkan adanya hubungan kerja sama kedua negara tidak hanya sebatas industri saja, tapi juga pertanian, kehutanan, perikanan juga pengairan,” tandasnya. Pihaknya sudah pernah mengirimkan ahli dari Jepang ke Sumut untuk melakukan penelitian teknologi tradisional Jepang yang disebut Kazusabori, yakni teknologi alami desalinasi air laut yang paling efektif dan paling murah.

Teknologi ini merupakan penggalian sumur yang dalam tanpa menggunakan mesin bor, motor ataupun listrik, melainkan hanya menggunakan pipa besi dan bambu, meruncingkan bambu, dan memasukkannya pada lubang bambu lainnya sebagai pengganti tali. Mulai zaman Edo hingga zaman Meiji di Jepang, hal ini sudah dilakukan untuk menggali sumber air panas dan sumber minyak bumi, bahkan tercatat penggalian terdalam mampu mencapai kedalaman 1.600 meter.

“Melalui kegiatan pertukaran kota bersaudara yang selama ini sudah terjalin (sister city) antara Medan dan Ichikawa di Jepang, saat ini teknologi ini dapat diterapkan dan direncanakan untuk mendirikan pusat penyebaran teknisi yang ahli dalam Kazusabori di Sumut,” kata Yuji. Penelitian yang pernah dilakukan pihaknya di Sumut yakni di kawasan Serdangbedagai, dan hasilnya diperoleh potensi air dengan debit yang banyak serta jernih.

“Jadi ahli dari Jepang yang sudah pernah meneliti itu menemukan bahwa 12 meter air dekat pantai akan jernih dan 25 meter air dekat pantai baru akan berasa asin. Artinya, teknologi ini dapat menghasilkan air bersih di kawasan dekat pantai di Sumut untuk menjamin ketersediaan air bersih bagi masyarakat. Untuk itulah ke depannya kami akan membantu Sumut untuk menurunkan tenaga ahli Kazusabori,” pungkasnya.

Eko agustyo fb/ lia anggia nasution/ siti Amelia
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6625 seconds (0.1#10.140)