Masyarakat Doakan Keraton Yogya Lebih Baik

Sabtu, 21 Maret 2015 - 11:24 WIB
Masyarakat Doakan Keraton...
Masyarakat Doakan Keraton Yogya Lebih Baik
A A A
YOGYAKARTA - Masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya mendoakan Keraton Yogyakarta akan lebih baik ke depannya. Pada peringatan Hadeging Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang ke-268 ini masyarakat dengan khusyuk mengikuti mujahadah akbar Dzikrul Ghofilin di Kagungan Dalem Masjid Agung Gedhe Keraton Yogyakarta, kemarin malam.

Pengageng Karwabudaya Keraton Yogyakarta GBPH Yudhoningrat mewakili Raja Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X mengungkapkan, mujahadah akbar ini merupakan doa bersama untuk Nagari Ngayogyakarta agar lebih baik lagi. “Kasultanan diharapkan menjadi piwulang agung yang mengajarkanketeladanan langkah leluhur dengan kembali ke tuntunan Alquran dan Hadis, serta mencontoh perilaku Nabi Muhammad SAW sehingga selalu berada di jalan Allah SWT,” katanya.

Menurut Ngarsa Dalem, sapaan lain Sri Sultan HB X, peringatan berdirinya Nagari Ngayogyakarta ke-268 ini harus dijadikan sebagai momentum dan evaluasi diri bagi seluruh warganya. Dengan kondisi DIY yang memperoleh suatu Keistimewaan setelah disahkannya Undang-Undang Keistimewaan (UUK), Yogyakarta harus membuktikan diri sebagai daerah yang memang istimewa dalam berbagai hal.

“Istimewa terutama SDM (sumber daya manusia),” kata Sultan HB X. Gubernur DIY ini mengungkapkan, masyarakat perlu meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan yang berkualitas untuk bersiap menghadapi tuntutan jaman yang semakin maju.

“Hal itu dilakukan agar masyarakat tidak terlindas olehkemajuanzaman,” katanya. Sri Sultan HB X menegaskan, sesuai dengan slogan Jogja Istimewa, Keistimewaan seharusnya tidak hanya diucapkan melainkan harus ditumbuhkan di dalam hati, badan, dan semangat warga Yogyakarta. keistimewaan harus dapat diterapkan di kehidupan seharihari,” ucap Sang Raja.

Mujadahah diakhiri dengan doa dari Habib Husein Assegaf. Turut hadir dalam mujahadah segenap ulama DIY, Forkompinda DIY dan kerabat dalem, istri GBPH Joyokusumo, BRAY Nuraida Joyokusumo. Acara mujahadahdipimpin oleh KH Misbahul Munir dari Pondok Pesantren Al Mujahadah Lempuyangan. Acara diawali dengan pembacaan ayat-ayat suci Alquran.

Dilanjutkan dengan lantunan salawat serta tembang bahasa Jawa bernapas Islami diiringi hadroh oleh Grup Hadroh Bukhoren milik Keraton Yogyakarta. Sementara itu, Pengageng Tepas Dwarapura Keraton Yogyakarta Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Jatiningrat mengatakan, berdirinya Keraton Yogyakarta terjadi pada 29 Jumadil Awal 1680.

Dalam kalender Masehi, berarti 13 Maret 1755, Kamis Pon. Tahun ini, kalender Masehi peringatan hari lahirnya Keraton Yogyakarta terjadi 20 Maret. “Keraton Yogyakarta memperingati kelahirannya dengan menggelar mujahadah di Kagungan Dalem Masjid Gede Keraton Yogyakarta,” katanya.

Bertepatan dengan peringatan Keraton Yogyakarta, pada 20 Maret kemarin, seluruh PNS di DIY mengenakan busana adat yakni surjan bagi pria dan kebaya bagi laki-laki. Namun, PNS yang perempuan yang berjilbab diperbolehkan tetap memakai jilbab. “Perempuan muslimah yang pakai jilbab, tidak harus pakai konde,” katanya.

Ridwan anshori
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1194 seconds (0.1#10.140)