Prambanan dan Tipu Muslihat Putri Raja
A
A
A
Ada tipu muslihat yang dilakukan seorang putri raja nan cantik di balik berdirinya Candi Prambanan. Seperti apa?
Siapa yang tidak kenal dengan Candi Prambanan. Sebuah situs tua yang menjadi salah satu tempat tujuan wisata menarik untuk dikunjungi. Peninggalan budaya dan salah satu aset bangsa yang tak ternilai harganya.
Dahulu kala, tersebutlah dua kerajaan Hindu yang cukup besar di Pulau Jawa. Kerajaan Pengging dengan rajanya, bernama Prabu Damar Moyo dan Kerajaan Boko (versi lain Kerajaan Prambanan) dengan rajanya, bernama Prabu Boko.
Pada suatu ketika, Prabu Boko bermaksud memperluas kekuasaannya dengan menundukkan Kerajaan Pengging. Setelah segala persiapan selesai, berangkatlah Prabu Boko bersama seluruh pasukannya ke Kerajaan Pengging.
Peperangan antardua kerajaan ini berlangsung sangat sengit dan mengorbankan banyak prajurit dari kedua belah pihak. Rakyat jelata juga banyak yang menderita dan tak sedikit yang menjadi korbannya.
Mengetahui keadaan yang semakin memburuk ini, lalu Prabu Damar Moyo mengutus anaknya yaitu Pangeran Bandung Bondowoso untuk melawan Prabu Boko dan merenggut nyawanya.
Versi lain menyebutkan, ketika Prabu Damar Doyo sedang berperang, Bandung Bondowoso menyusul ke medan perang untuk membantunya. Begitu juga, versi lain menyebutkan nama Bandung Bondowoso sebenarnya bernama Joko Bandung.
Namun, saat perjalananan ke medan perang, Joko Bandung dihadang oleh raksasa sakti bernama Bondowoso. Saat bertarung, Bondowoso kalah, dan ketika menjelang ajal tiba, rohnya menyatu ke tubuh Joko Bandung dan meminta namanya digabungkan ke nama Joko Bandung.
Maka namanya menjadi Joko Bandung Bondowoso dan bertambahlah kesaktiannya.
Saat di medan pertempuran, pertarungan antara Bandung Bondowoso dan Prabu Boko pun terjadi. Dalam pertarungan duel ini, akhirnya Bandung Bondowoso dapat mengalahkan Prabu Boko hingga tewas.
Mengetahui rajanya kalah dan terbunuh, sang Patih Dwarapala pun melarikan diri pulang menuju ke Keraton Boko. Melihat hal itu Bandung Bondowoso tidak tinggal diam, Bandung Bondowoso merasa harus menumpaskan pemberontakan ini sampai tuntas ke akar-akarnya.
Dia pun mengejar Patih Dwarapala menuju Keraton Boko.
Setibanya di Keraton Boko, sang Patih Dwarapala pun melaporkan apa yang terjadi kepada Puteri Roro Jonggrang. Mendapat kabar bahwa ayahnya telah dibunuh oleh Bandung Bondowoso, Roro Jonggrang marah bukan kepalang.
Mengetahui bahwa Bandung Bondowoso sedang dalam perjalanan menuju keratonnya, akhirnya Roro Jonggrang menyusun siasat untuk menghadapi Bandung Bondowoso.
Ketika Bandung Bondowoso tiba di Keraton Boko, alangkah terkejutnya dia melihat ternyata Prabu Boko mempunyai seorang puteri yang sangat cantik rupawan. Melihat kecantikan Roro Jonggrang yang sangat menggoda, membuat Bandung Bondowoso jatuh hati kepadanya, serta berniat mempersuntingnya.
Saat mengetahui niat dan gelagat Bandung Bondowoso ini, kemudian Roro Jonggrang pun melancarkan siasat yang telah disusun olehnya. Kepada Bandung Bondowoso, dia mengaku bersedia dijadikan isteri asal memenuhi dua persyaratan.
Dua syarat tersebut adalah membuat sebuah sumur Jalatunda dan mendirikian 1.000 Candi dalam waktu satu malam
Bandung Bondowoso pun bersedia memenuhi kedua persyaratan tersebut. Di mulailah dia membangun sumur yang diminta oleh sang putri. Setelah sumur Jalatunda selesai di buat, Roro Jonggrang meminta Bandung Bondowoso untuk masuk ke dalam sumur tersebut.
Ketika Bandung Bondowoso sudah masuk ke dalam sumur Jalatunda, Roro Jonggrang memerintahkan patihnya untuk menimbun sumur dengan tanah dan menguburnya hidup-hidup.
Ternyata usaha Roro Jonggrang dan sang patih tidak berjalan lancar. Dengan kesaktiannya, Bandung Bodowoso berhasil menyelamatkan diri keluar dari dalam sumur yang telah ditimbun tersebut. Mengetahui bahwa dia dijebak, Bandung Bondowoso pun sangat marah dan mendatangi Roro Jonggrang.
Namun, karena kecantikannya dan bujuk rayu Roro Jonggrang, membuat kemarahan Bandung Bondowoso mereda. Bandung Bondowoso bersedia memenuhi persyaratan yang kedua, yakni membangun 1.000 candi dalam waktu 1 malam.
Permintaan untuk membangun 1.000 candi dalam waktu semalam bukanlah perkara yang mudah bagi Bandung Bondowoso, kendati ia terkenal sangat sakti. Dia pun mengerahkan segala kekuatannya dan meminta bantuan para Jin untuk membuat 1.000 candi untuknya.
Mengetahui Bandung Bondowoso dibantu dengan kekuatan jin, Roro Jonggrang memutar otaknya dan mengeluarkan siasat yang lainnya.
Untuk menggagalkan usaha Bandung Bondowoso membangun 1000 candi, dia pun meminta bantuan para gadis dari keratonnya untuk membakar jerami dan menumbuk lesung (alat tradisional jawa untuk menumbuk padi).
Jerami pun dibakar agar langit terlihat terang seperti pagi saat matahari mulai terbit. Kemudian lesung-lesung dipukul agar ayam berkokok pertanda pagi sudah tiba.
Saat mendengar suara lesung-lesung yang dipukuli, maka ayam-ayam jantan pun bangun dan mulai berkokok semua, karena mengira bahwa pagi telah tiba.
Pasukan jin yang sedang bekerja membangun candi melihat langit mulai terang dan ayam-ayam jantan berkokok, terpaksa menghentikan pekerjaannya membangun candi.
Melihat para jin tiba-tiba berhenti bekerja karena dikira hari telah pagi, Bandung Bondowoso pun terkejut dan curiga dengan apa yang terjadi. Lalu, Bondowoso memanggil Roro Jonggrang untuk menghitung seluruh candi yang telah jadi dibangun tersebut.
Setelah dihitung jumlahnya, ternyata candi yang telah selesai dibuat hanya berjumlah 999 buah.
Menyadari tipu muslihat dari Roro Jonggrang, Bandung Bondowoso pun murka dan akhirnya mengutuk Puteri Roro Jonggrang menjadi candi yang ke 1.000.
Sungguh ajaib, seketika itu juga tubuh Puteri Roro Jonggrang berubah menjadi patung batu. Bukan itu saja, Bandung Bondowoso juga mengutuk para gadis yang telah membantu muslihat Roro Jonggrang menjadi perawan tua dan seumur hidup mereka tidak pernah menikah.
Sejak saat itu, Candi Prambanan yang merupakan bagian dari ratusan candi itu mulai dikenal masyarakat. Selain itu, Candi Prambanan juga dikenal dengan Candi Sewu. Kata Sewu jika dalam bahasa Indonesia berarti seribu.
Mitos juga menyebutkan bahwa, barang siapa ada sepasang kekasih yang mengunjungi Candi Prambanan Yogyakarta maka diyakini pasangan kekasih itu tidak akan langgeng hubungannya, konon mereka akan berpisah.
Sumber: www.peninggalan.com (diolah dari berbagai sumber)
Siapa yang tidak kenal dengan Candi Prambanan. Sebuah situs tua yang menjadi salah satu tempat tujuan wisata menarik untuk dikunjungi. Peninggalan budaya dan salah satu aset bangsa yang tak ternilai harganya.
Dahulu kala, tersebutlah dua kerajaan Hindu yang cukup besar di Pulau Jawa. Kerajaan Pengging dengan rajanya, bernama Prabu Damar Moyo dan Kerajaan Boko (versi lain Kerajaan Prambanan) dengan rajanya, bernama Prabu Boko.
Pada suatu ketika, Prabu Boko bermaksud memperluas kekuasaannya dengan menundukkan Kerajaan Pengging. Setelah segala persiapan selesai, berangkatlah Prabu Boko bersama seluruh pasukannya ke Kerajaan Pengging.
Peperangan antardua kerajaan ini berlangsung sangat sengit dan mengorbankan banyak prajurit dari kedua belah pihak. Rakyat jelata juga banyak yang menderita dan tak sedikit yang menjadi korbannya.
Mengetahui keadaan yang semakin memburuk ini, lalu Prabu Damar Moyo mengutus anaknya yaitu Pangeran Bandung Bondowoso untuk melawan Prabu Boko dan merenggut nyawanya.
Versi lain menyebutkan, ketika Prabu Damar Doyo sedang berperang, Bandung Bondowoso menyusul ke medan perang untuk membantunya. Begitu juga, versi lain menyebutkan nama Bandung Bondowoso sebenarnya bernama Joko Bandung.
Namun, saat perjalananan ke medan perang, Joko Bandung dihadang oleh raksasa sakti bernama Bondowoso. Saat bertarung, Bondowoso kalah, dan ketika menjelang ajal tiba, rohnya menyatu ke tubuh Joko Bandung dan meminta namanya digabungkan ke nama Joko Bandung.
Maka namanya menjadi Joko Bandung Bondowoso dan bertambahlah kesaktiannya.
Saat di medan pertempuran, pertarungan antara Bandung Bondowoso dan Prabu Boko pun terjadi. Dalam pertarungan duel ini, akhirnya Bandung Bondowoso dapat mengalahkan Prabu Boko hingga tewas.
Mengetahui rajanya kalah dan terbunuh, sang Patih Dwarapala pun melarikan diri pulang menuju ke Keraton Boko. Melihat hal itu Bandung Bondowoso tidak tinggal diam, Bandung Bondowoso merasa harus menumpaskan pemberontakan ini sampai tuntas ke akar-akarnya.
Dia pun mengejar Patih Dwarapala menuju Keraton Boko.
Setibanya di Keraton Boko, sang Patih Dwarapala pun melaporkan apa yang terjadi kepada Puteri Roro Jonggrang. Mendapat kabar bahwa ayahnya telah dibunuh oleh Bandung Bondowoso, Roro Jonggrang marah bukan kepalang.
Mengetahui bahwa Bandung Bondowoso sedang dalam perjalanan menuju keratonnya, akhirnya Roro Jonggrang menyusun siasat untuk menghadapi Bandung Bondowoso.
Ketika Bandung Bondowoso tiba di Keraton Boko, alangkah terkejutnya dia melihat ternyata Prabu Boko mempunyai seorang puteri yang sangat cantik rupawan. Melihat kecantikan Roro Jonggrang yang sangat menggoda, membuat Bandung Bondowoso jatuh hati kepadanya, serta berniat mempersuntingnya.
Saat mengetahui niat dan gelagat Bandung Bondowoso ini, kemudian Roro Jonggrang pun melancarkan siasat yang telah disusun olehnya. Kepada Bandung Bondowoso, dia mengaku bersedia dijadikan isteri asal memenuhi dua persyaratan.
Dua syarat tersebut adalah membuat sebuah sumur Jalatunda dan mendirikian 1.000 Candi dalam waktu satu malam
Bandung Bondowoso pun bersedia memenuhi kedua persyaratan tersebut. Di mulailah dia membangun sumur yang diminta oleh sang putri. Setelah sumur Jalatunda selesai di buat, Roro Jonggrang meminta Bandung Bondowoso untuk masuk ke dalam sumur tersebut.
Ketika Bandung Bondowoso sudah masuk ke dalam sumur Jalatunda, Roro Jonggrang memerintahkan patihnya untuk menimbun sumur dengan tanah dan menguburnya hidup-hidup.
Ternyata usaha Roro Jonggrang dan sang patih tidak berjalan lancar. Dengan kesaktiannya, Bandung Bodowoso berhasil menyelamatkan diri keluar dari dalam sumur yang telah ditimbun tersebut. Mengetahui bahwa dia dijebak, Bandung Bondowoso pun sangat marah dan mendatangi Roro Jonggrang.
Namun, karena kecantikannya dan bujuk rayu Roro Jonggrang, membuat kemarahan Bandung Bondowoso mereda. Bandung Bondowoso bersedia memenuhi persyaratan yang kedua, yakni membangun 1.000 candi dalam waktu 1 malam.
Permintaan untuk membangun 1.000 candi dalam waktu semalam bukanlah perkara yang mudah bagi Bandung Bondowoso, kendati ia terkenal sangat sakti. Dia pun mengerahkan segala kekuatannya dan meminta bantuan para Jin untuk membuat 1.000 candi untuknya.
Mengetahui Bandung Bondowoso dibantu dengan kekuatan jin, Roro Jonggrang memutar otaknya dan mengeluarkan siasat yang lainnya.
Untuk menggagalkan usaha Bandung Bondowoso membangun 1000 candi, dia pun meminta bantuan para gadis dari keratonnya untuk membakar jerami dan menumbuk lesung (alat tradisional jawa untuk menumbuk padi).
Jerami pun dibakar agar langit terlihat terang seperti pagi saat matahari mulai terbit. Kemudian lesung-lesung dipukul agar ayam berkokok pertanda pagi sudah tiba.
Saat mendengar suara lesung-lesung yang dipukuli, maka ayam-ayam jantan pun bangun dan mulai berkokok semua, karena mengira bahwa pagi telah tiba.
Pasukan jin yang sedang bekerja membangun candi melihat langit mulai terang dan ayam-ayam jantan berkokok, terpaksa menghentikan pekerjaannya membangun candi.
Melihat para jin tiba-tiba berhenti bekerja karena dikira hari telah pagi, Bandung Bondowoso pun terkejut dan curiga dengan apa yang terjadi. Lalu, Bondowoso memanggil Roro Jonggrang untuk menghitung seluruh candi yang telah jadi dibangun tersebut.
Setelah dihitung jumlahnya, ternyata candi yang telah selesai dibuat hanya berjumlah 999 buah.
Menyadari tipu muslihat dari Roro Jonggrang, Bandung Bondowoso pun murka dan akhirnya mengutuk Puteri Roro Jonggrang menjadi candi yang ke 1.000.
Sungguh ajaib, seketika itu juga tubuh Puteri Roro Jonggrang berubah menjadi patung batu. Bukan itu saja, Bandung Bondowoso juga mengutuk para gadis yang telah membantu muslihat Roro Jonggrang menjadi perawan tua dan seumur hidup mereka tidak pernah menikah.
Sejak saat itu, Candi Prambanan yang merupakan bagian dari ratusan candi itu mulai dikenal masyarakat. Selain itu, Candi Prambanan juga dikenal dengan Candi Sewu. Kata Sewu jika dalam bahasa Indonesia berarti seribu.
Mitos juga menyebutkan bahwa, barang siapa ada sepasang kekasih yang mengunjungi Candi Prambanan Yogyakarta maka diyakini pasangan kekasih itu tidak akan langgeng hubungannya, konon mereka akan berpisah.
Sumber: www.peninggalan.com (diolah dari berbagai sumber)
(lis)