Kiai Jagal Penunggu Harta Karun di Candi Abang
A
A
A
SLEMAN - Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyambut baik cerita mistik di balik keindahan Candi Abang. Konon, candi yang merupakan tempat penyimpanan harta karun berupa emas sebesar anak kerbau itu dijaga sosok goib bernama Kiai Jagal.
Sosok goib itu juga menjaga sekeliling candi yang terbuat dari batu bata merah. Bahkan, jika seseorang mengambil batu bata, sang pencuri bisa menjadi gila jika sampai rumah. Mitos itu dipercaya masyarakat hingga saat ini.
"Saya kira cerita-cerita itu bagian dari pelestarian cagar budaya. Kalau misal mengambil batu jadi gila atau sakit-sakitan, itu bagus. Supaya orang tidak menggambil barang-barang cagar budaya," kata Kasi Perlindungan BPCB DIY Wahyu Astuty, saat dikonfirmasi wartawan, Rabu (18/3/2015).
Candi Abang, sebutnya, merupakan salah satu situs yang dilindungi negara. Sehingga, mengambil barang peninggalan sejarah bisa mendapat sanksi hukuman. Namun, diakuinya, terkadang orang nekat menabrak aturan dari pemerintah.
"Kalau sudah pantangan justru orang berfikir ulang untuk melakukan. Syukur-syukur pantangan itu terbukti, misal ada yang mengambil batu bata menjadi gila," jelasnya.
Cerita mistik itu, kata dia, tak lepas dari kehebatan nenek moyang dan warga setempat dalam upaya pelestarian cagar budaya dengan menyampaikan pantangan-pantangan tertentu. Dia tak berani menyampaikan kebenaran dari pantangan tersebut.
"Bener tidaknya ya kembali ke masing-masing orang. Kalau saya berharap pantangan itu ada," ulasnya.
Seperti halnya pantangan orang berpacaran di Candi Prambanan yang bisa kandas di tengah jalan sebelum pelaminan. Cerita kandas hubungan asmara itu selalu dikaitkan dengan kisah Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang.
"Itu juga cerita supaya kalau pacaran jangan njepit-njepit, sembunyi-sembunyi, nanti ada setan merasuk bisa berbahaya," sebutnya.
Wahyu menyebut, orang berpacaran terkadang lupa tempat, seperti di sekitar Candi Abang. Untuk itu, pihaknya mengantisipasi dengan menyambangi orang yang tengah berpacaran di lokasi-lokasi tersembunyi.
"Kita kan punya jupel (juru pelihara), mereka ini yang biasa menyambangi. Misal melintas di depannya, bersih-bersih, atau melakukan aktivitas sehingga orang yang mojok berpacaran merasa tidak nyaman," jelasnya.
BPCP, kata dia, tak berkewajiban melarang orang yang berpacaran saat berada di lokasi peninggalan sejarah. Namun, beragam cara halus dilakukan supaya orang yang berpacaran tersebut tidak kebablasan.
"Ya, kalau hanya duduk-duduk ngobrol saja enggak apa-apa, kalau di luar itu ya biasanya jupel yang mondar-mandir di sekitar orang yang pacaran. Walaupun tidak mengingatkan, tapi biasanya orang yang pacaran akan risi jika melakukan hal-hal yang 'negatif'," jelasnya.
Terpisah, Kabag Pembangunan Desa Jogotirto Maryadi menyebut, keindahan Candi Abang justru terlihat jika pagi saat matahari terbit dan sore saat matahari terbenam. "Kalau tidak mendung, sore hari bagus melihat sunset," bebernya.
Lokasi Candi Abang sendiri terlihat alami dengan tegak berdiri pepohonan hutan jati disekitarnya. Hijau rumput luas menjulang tinggi, seperti bukit Teletubbies dalam cerita film anak-anak.
"Kalau musim hujan terlihat hijau hutan sekitar, tapi nanti saat kemarau, terlihat gersang karena pohon-pohon jati meranggas daunnya jatuh," paparnya.
Sosok goib itu juga menjaga sekeliling candi yang terbuat dari batu bata merah. Bahkan, jika seseorang mengambil batu bata, sang pencuri bisa menjadi gila jika sampai rumah. Mitos itu dipercaya masyarakat hingga saat ini.
"Saya kira cerita-cerita itu bagian dari pelestarian cagar budaya. Kalau misal mengambil batu jadi gila atau sakit-sakitan, itu bagus. Supaya orang tidak menggambil barang-barang cagar budaya," kata Kasi Perlindungan BPCB DIY Wahyu Astuty, saat dikonfirmasi wartawan, Rabu (18/3/2015).
Candi Abang, sebutnya, merupakan salah satu situs yang dilindungi negara. Sehingga, mengambil barang peninggalan sejarah bisa mendapat sanksi hukuman. Namun, diakuinya, terkadang orang nekat menabrak aturan dari pemerintah.
"Kalau sudah pantangan justru orang berfikir ulang untuk melakukan. Syukur-syukur pantangan itu terbukti, misal ada yang mengambil batu bata menjadi gila," jelasnya.
Cerita mistik itu, kata dia, tak lepas dari kehebatan nenek moyang dan warga setempat dalam upaya pelestarian cagar budaya dengan menyampaikan pantangan-pantangan tertentu. Dia tak berani menyampaikan kebenaran dari pantangan tersebut.
"Bener tidaknya ya kembali ke masing-masing orang. Kalau saya berharap pantangan itu ada," ulasnya.
Seperti halnya pantangan orang berpacaran di Candi Prambanan yang bisa kandas di tengah jalan sebelum pelaminan. Cerita kandas hubungan asmara itu selalu dikaitkan dengan kisah Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang.
"Itu juga cerita supaya kalau pacaran jangan njepit-njepit, sembunyi-sembunyi, nanti ada setan merasuk bisa berbahaya," sebutnya.
Wahyu menyebut, orang berpacaran terkadang lupa tempat, seperti di sekitar Candi Abang. Untuk itu, pihaknya mengantisipasi dengan menyambangi orang yang tengah berpacaran di lokasi-lokasi tersembunyi.
"Kita kan punya jupel (juru pelihara), mereka ini yang biasa menyambangi. Misal melintas di depannya, bersih-bersih, atau melakukan aktivitas sehingga orang yang mojok berpacaran merasa tidak nyaman," jelasnya.
BPCP, kata dia, tak berkewajiban melarang orang yang berpacaran saat berada di lokasi peninggalan sejarah. Namun, beragam cara halus dilakukan supaya orang yang berpacaran tersebut tidak kebablasan.
"Ya, kalau hanya duduk-duduk ngobrol saja enggak apa-apa, kalau di luar itu ya biasanya jupel yang mondar-mandir di sekitar orang yang pacaran. Walaupun tidak mengingatkan, tapi biasanya orang yang pacaran akan risi jika melakukan hal-hal yang 'negatif'," jelasnya.
Terpisah, Kabag Pembangunan Desa Jogotirto Maryadi menyebut, keindahan Candi Abang justru terlihat jika pagi saat matahari terbit dan sore saat matahari terbenam. "Kalau tidak mendung, sore hari bagus melihat sunset," bebernya.
Lokasi Candi Abang sendiri terlihat alami dengan tegak berdiri pepohonan hutan jati disekitarnya. Hijau rumput luas menjulang tinggi, seperti bukit Teletubbies dalam cerita film anak-anak.
"Kalau musim hujan terlihat hijau hutan sekitar, tapi nanti saat kemarau, terlihat gersang karena pohon-pohon jati meranggas daunnya jatuh," paparnya.
(san)