Makam Raja Kalsel Ditemukan di Bondowoso
A
A
A
BONDOWOSO - Setelah 125 tahun, sebuah kuburan yang diduga kuat makam Raja Kalimantan Selatan Aji Pangeran Koesoemanegara ditemukan di Kelurahan Badean, Kecamatan Kota Bondowoso, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, Aji merupakan raja di daerah Tjantung yang kini menjadi Kecamatan Kelumpang Hulu, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Dia diasingkan ke Bondowoso melalui Pelabuhan Panarukan, sekitar 1890. Dia dianggap makar dengan ikut membantu Goesti Arsyad Sultan Moh Seman dalam perang melawan penjajahan Belanda.
Menurut penuturan Kepala Dinas Pariwisata Pemuda Olahraga dan Perhubungan Pemkab Bondowoso Sigit Purnomo, makam itu memang makam bernilai sejarah. Pasalnya, makam dengan pusara bernisan sederhana itu ternyata makam raja di Kalimantan Selatan. “Makam itu sangat bernilai sejarah tinggi. Ini baru diketahui milik seorang raja setelah melalui penelusuran panjang pihak keluarga di Kalimantan Selatan,” terang Sigit.
Dia menambahkan, pihak keluarga menuturkan bahwa selain sang raja, dalam pengasingan tersebut juga diikuti hampir seluruh anggota keluarganya. Di antaranya istri, beberapa putra, serta sejumlah pengikut. Aji Pangeran Koesoemanegara sendiri tutup usia di Bondowoso pada 17 Muharam 1348 H atau 25 Juni 1929.
Dia kemudian dimakamkan di pemakaman umum Kelurahan Badean. Sigit menambahkan, setelah ditemukan makam tersebut, Direktur Sejarah dan Nilai Budaya Kementerian Pendidikan dan Budaya Endjat Djanuderajat sempat datang berkunjung ke Bondowoso untuk memastikan keberadaan makam raja itu.
Kondisi makam sebenarnya sepintas tak ada yang istimewa untuk ukuran makam seorang raja. Selain berada di tengah permukiman warga, juga tidak ada batas khusus maupun tanda khusus pada makam tersebut. Yang ada hanya pusara berbahan beton biasa. Selain itu, pada batu nisannya hanya terdapat lafaz bertuliskan huruf Arab.
Sementara pada sisi kanan-kiri dan sekitar makam sang raja terdapat beberapa makam yang konon merupakan makam istri, anak, serta makam beberapa anggota keluarga lainnya. Pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pariwisata, dan keluarga masih akan terus menelusuri kronologi sejarah keberadaan makam tersebut, termasuk menggali sejarah keberadaan makammakam di sekitarnya.
P juliatmoko
Berdasarkan informasi yang dihimpun, Aji merupakan raja di daerah Tjantung yang kini menjadi Kecamatan Kelumpang Hulu, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Dia diasingkan ke Bondowoso melalui Pelabuhan Panarukan, sekitar 1890. Dia dianggap makar dengan ikut membantu Goesti Arsyad Sultan Moh Seman dalam perang melawan penjajahan Belanda.
Menurut penuturan Kepala Dinas Pariwisata Pemuda Olahraga dan Perhubungan Pemkab Bondowoso Sigit Purnomo, makam itu memang makam bernilai sejarah. Pasalnya, makam dengan pusara bernisan sederhana itu ternyata makam raja di Kalimantan Selatan. “Makam itu sangat bernilai sejarah tinggi. Ini baru diketahui milik seorang raja setelah melalui penelusuran panjang pihak keluarga di Kalimantan Selatan,” terang Sigit.
Dia menambahkan, pihak keluarga menuturkan bahwa selain sang raja, dalam pengasingan tersebut juga diikuti hampir seluruh anggota keluarganya. Di antaranya istri, beberapa putra, serta sejumlah pengikut. Aji Pangeran Koesoemanegara sendiri tutup usia di Bondowoso pada 17 Muharam 1348 H atau 25 Juni 1929.
Dia kemudian dimakamkan di pemakaman umum Kelurahan Badean. Sigit menambahkan, setelah ditemukan makam tersebut, Direktur Sejarah dan Nilai Budaya Kementerian Pendidikan dan Budaya Endjat Djanuderajat sempat datang berkunjung ke Bondowoso untuk memastikan keberadaan makam raja itu.
Kondisi makam sebenarnya sepintas tak ada yang istimewa untuk ukuran makam seorang raja. Selain berada di tengah permukiman warga, juga tidak ada batas khusus maupun tanda khusus pada makam tersebut. Yang ada hanya pusara berbahan beton biasa. Selain itu, pada batu nisannya hanya terdapat lafaz bertuliskan huruf Arab.
Sementara pada sisi kanan-kiri dan sekitar makam sang raja terdapat beberapa makam yang konon merupakan makam istri, anak, serta makam beberapa anggota keluarga lainnya. Pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pariwisata, dan keluarga masih akan terus menelusuri kronologi sejarah keberadaan makam tersebut, termasuk menggali sejarah keberadaan makammakam di sekitarnya.
P juliatmoko
(bbg)