Pengembangan Udang Galah Terkendala Benih
A
A
A
SLEMAN - Pemkab Sleman kesusahan mencari bibit udang galah padi (ugadi). Selama ini benih udang masih harus mendatangkan dari daerah lain, yaitu dari Samas, Srandakan, Bantul.
Kepala Bidang Perikanan Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (DP2K) Sleman Supramono mengakui, untuk benih udang galah belum bisa menyediakan secara mandiri, melainkan masih mendatangkan dari daerah lain.
Namun bukan berarti membiarkan masalah tersebut, melainkan lebih disebabkan pada kendala teknis. Di antaranya untuk pembenihannya harus memakai campuran air laut. “Itulah yang masih menjadi kendala,” katanya, kemarin.
Menurut Supramono, pihaknya telah mengembangkan pembibitan udang galah, di beberapa tempat. Baik dengan sistem udang galah dan padi (ugadi) maupun non-ugadi. Namun untuk pengembangan ini masih sangat terbatas. Padahal potensi bisnisnya cukup menggiurkan.
Harga jual di tingkat petani bisa mencapai sekitar Rp70.000 per kilogram. “Untuk ugadi antara lain dikembangkan di tiga kecamatan, yaitu Pakem, Berbah, dan Minggir. Pakem ada lima kelompok serta masing-masing dua kelompok di Berbah dan Minggir. Untuk yang non-ugadi, dikembangkan tujuh kelompok yang tersebar di Kecamatan Minggir, Kalasan, Depok, dan Berbah,” katanya.
Menurut Supramono masing-masing kelompok pembudi daya rata-rata mampu memanen 1 hingga 1,5 ton udang galah siap konsumsi per bulan. Sementara pada sistem ugadi, dari satu hektare lahan pertanian bisa dihasilkan 1,2 ton udang galah. Namun, stok udang galah masih saja kurang karena tingkat konsumsi masyarakat juga tinggi.
Ketua kelompok pembudi daya ikan (Pokdakan) Mina Ngelo Sembada, Dusun Ngelo, Harjobinangun, Pakem Martinus Manulang mengatakan, petani siap untuk mengembangkan udang galah dengan sistem ugadi, terutama untuk pembibitan. Apalagi Pokdakan Mina Ngelo juga menjadi percontohan untuk pengembang udang galah jenis GI Macro II hasil pengembangan dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk Masyarakat (IPTEKMAS) Bidang Perikanan Budi Daya.
Untuk penebaran benih sendiri telah dilakukan Kamis (12/3) di lahan seluas 1.000 meter persegi Martinus mengatakan, selain untuk pembibitan udang galah, dengan sistem ugadi ini, juga diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi.
Priyo setyawan
Kepala Bidang Perikanan Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (DP2K) Sleman Supramono mengakui, untuk benih udang galah belum bisa menyediakan secara mandiri, melainkan masih mendatangkan dari daerah lain.
Namun bukan berarti membiarkan masalah tersebut, melainkan lebih disebabkan pada kendala teknis. Di antaranya untuk pembenihannya harus memakai campuran air laut. “Itulah yang masih menjadi kendala,” katanya, kemarin.
Menurut Supramono, pihaknya telah mengembangkan pembibitan udang galah, di beberapa tempat. Baik dengan sistem udang galah dan padi (ugadi) maupun non-ugadi. Namun untuk pengembangan ini masih sangat terbatas. Padahal potensi bisnisnya cukup menggiurkan.
Harga jual di tingkat petani bisa mencapai sekitar Rp70.000 per kilogram. “Untuk ugadi antara lain dikembangkan di tiga kecamatan, yaitu Pakem, Berbah, dan Minggir. Pakem ada lima kelompok serta masing-masing dua kelompok di Berbah dan Minggir. Untuk yang non-ugadi, dikembangkan tujuh kelompok yang tersebar di Kecamatan Minggir, Kalasan, Depok, dan Berbah,” katanya.
Menurut Supramono masing-masing kelompok pembudi daya rata-rata mampu memanen 1 hingga 1,5 ton udang galah siap konsumsi per bulan. Sementara pada sistem ugadi, dari satu hektare lahan pertanian bisa dihasilkan 1,2 ton udang galah. Namun, stok udang galah masih saja kurang karena tingkat konsumsi masyarakat juga tinggi.
Ketua kelompok pembudi daya ikan (Pokdakan) Mina Ngelo Sembada, Dusun Ngelo, Harjobinangun, Pakem Martinus Manulang mengatakan, petani siap untuk mengembangkan udang galah dengan sistem ugadi, terutama untuk pembibitan. Apalagi Pokdakan Mina Ngelo juga menjadi percontohan untuk pengembang udang galah jenis GI Macro II hasil pengembangan dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk Masyarakat (IPTEKMAS) Bidang Perikanan Budi Daya.
Untuk penebaran benih sendiri telah dilakukan Kamis (12/3) di lahan seluas 1.000 meter persegi Martinus mengatakan, selain untuk pembibitan udang galah, dengan sistem ugadi ini, juga diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi.
Priyo setyawan
(bhr)