Ekonomi Sumsel Bisa Tumbuh 7%
A
A
A
PALEMBANG - Mega proyek tol Trans Sumatera koridor Palembang-Indralaya segera dibangun April mendatang. Pembangunan infrastruktur jalan ini diyakini mendorong pertumbuhan ekonomi khususnya di wilayah Sumsel.
Asisten Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Palembang Irfan menerangkan, rencana pembangunan jalan tol tersebut jelas akan berdampak positif terhadap perekonomian di wilayah Sumatera terutama Sumsel. Apalagi untuk sektor riil, berpotensi akan bergerak signifikan karena arus barang tidak akan tersendat lagi.
“Bisa jadi ekonomi Sumsel dapat tumbuh di angka 7% jika semua proyek besar berskala nasional sudah selesai dibangun. Seperti jalan tol Palembang-Indralaya yang nantinya akan terhubung dengan tol lintas Sumatera. Dahulu pada waktu pembangunan fisik fasilitas olah raga saja, pertumbuhan ekonomi Sumsel cukup tinggi, karena memang ada pemicunya,” kata Irfan, kemarin.
Menurut dia, semua masyarakat patut bersyukur dengan adanya pembangunan proyek besar tersebut karena mampu menopang semua kegiatan ekonomi besar di Sumsel. Tentu hal ini berbanding terbalik dengan pembangunan ekonomi dikawasan Indonesia Timur. Dia menilai pem bangunan yang semakin pesat akan menjadi faktor penting dalam mendorong ekonomi.
Bahkan, pertumbuhan ekonomi dapat bertumbuh besar dengan bobot yang positif. “Selama ini Sumsel sudah memiliki bekal untuk meningkatkan penetrasi ekonomi. Ketersediaan sumber daya alam, sektor perkebunan, perikanan, investasi dan gelaran event, baik nasional maupun internasional selama ini sudah sangat mendukung,” tuturnya.
Dia mengilustrasikan, ketika komoditas utama Sumsel seperti karet, batu bara dan kelapa sawit mengalami perlambatan, nyatanya ekonomi Sumsel masih bisa bertumbuh di atas 5%. Apalagi ketika proyek jalan tol ini segera direalisasikan, tidak menutup kemungkinan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Sumsel di kisaran 7%.
“Alasannya singkat saja, ketika jalan tol nanti terbangun, maka sudah pasti di sepanjang jalan tersebut akan menciptakan kantong-kantong perekonomian baru, seperti investasi untuk pembangunan SPBU, kawasan perumahan, pusat bisnis dan perdagangan. Semua itu tentu akan menyerap tenaga kerja Ketika jumlah pengangguran berkurang tentu ekonomi bisa tumbuh pesat,” jelasnya.
Lebih lanjut Irfan mengatakan, saat ini permasalahan yang muncul adalah soal arus transportasi. Sebagai daerah sentral lintas Sumatera, tentu keberadaan jalur transportasi memadai menjadi harga mati. Tiap arus barang mulai dari Aceh menuju Lampung guna menyeberang ke Pulau Jawa, tentu harus melalui Palembang. Jika tidak ada akses yang memadai, maka arus distribusi barang akan menjadi mahal karena lambatnya pengiriman.
“Secara otomatis kondisi tersebut akan menimbulkan high cost economy,” terangnya. Pada kurun waktu 10 tahun lalu, kata dia, orang mengenal Palembang hanya sebatas Km 12 dan Ampera saja. Namun, sejak adanya pembangunan fasilitas gelanggang olahraga di Jakabaring Sport City, maka tercipta kantong ekonomi baru. Bahkan, hasilnyapun pertumbuhan ekonomi semakin meningkat.
“Inilah yang akan terjadi ketika jalan tol selesai dikerjakan. Pembangunan ini merupakan satu bentuk investasi jangka panjang yang sangat berarti bagi Sumsel ke depan. Hal ini merupakan pola investasi jangka panjang yang seharusnya didorong oleh pemerintah daerah. Jika pemerintah hanya berorientasi pada investasi jangka pendek, justru akan merugikan pemerintah sendiri,” ucapnya.
Sementara itu, Regional CEO Bank Mandiri Wilayah Sumatera II Palembang Kuki Kadarisman menambahkan, upaya pemerintah yang akan membangun jalur tol Trans Sumatera patut diapresiasi. Jika hal itu direalisasikan, dampaknya akan sangat luar biasa bagi pertumbuhan ekonomi Sumsel ke depan. “Kami optimistis pertumbuhan ekonomi Sumsel akan menanjak seiring dengan perbaikan infrastruktur. Jelas dengan begitu, tidak ada kata keterlambatan barang, transaksi keuanganpun menjadi semakin lancar,” ujarnya.
Darfian jaya suprana
Asisten Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Palembang Irfan menerangkan, rencana pembangunan jalan tol tersebut jelas akan berdampak positif terhadap perekonomian di wilayah Sumatera terutama Sumsel. Apalagi untuk sektor riil, berpotensi akan bergerak signifikan karena arus barang tidak akan tersendat lagi.
“Bisa jadi ekonomi Sumsel dapat tumbuh di angka 7% jika semua proyek besar berskala nasional sudah selesai dibangun. Seperti jalan tol Palembang-Indralaya yang nantinya akan terhubung dengan tol lintas Sumatera. Dahulu pada waktu pembangunan fisik fasilitas olah raga saja, pertumbuhan ekonomi Sumsel cukup tinggi, karena memang ada pemicunya,” kata Irfan, kemarin.
Menurut dia, semua masyarakat patut bersyukur dengan adanya pembangunan proyek besar tersebut karena mampu menopang semua kegiatan ekonomi besar di Sumsel. Tentu hal ini berbanding terbalik dengan pembangunan ekonomi dikawasan Indonesia Timur. Dia menilai pem bangunan yang semakin pesat akan menjadi faktor penting dalam mendorong ekonomi.
Bahkan, pertumbuhan ekonomi dapat bertumbuh besar dengan bobot yang positif. “Selama ini Sumsel sudah memiliki bekal untuk meningkatkan penetrasi ekonomi. Ketersediaan sumber daya alam, sektor perkebunan, perikanan, investasi dan gelaran event, baik nasional maupun internasional selama ini sudah sangat mendukung,” tuturnya.
Dia mengilustrasikan, ketika komoditas utama Sumsel seperti karet, batu bara dan kelapa sawit mengalami perlambatan, nyatanya ekonomi Sumsel masih bisa bertumbuh di atas 5%. Apalagi ketika proyek jalan tol ini segera direalisasikan, tidak menutup kemungkinan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Sumsel di kisaran 7%.
“Alasannya singkat saja, ketika jalan tol nanti terbangun, maka sudah pasti di sepanjang jalan tersebut akan menciptakan kantong-kantong perekonomian baru, seperti investasi untuk pembangunan SPBU, kawasan perumahan, pusat bisnis dan perdagangan. Semua itu tentu akan menyerap tenaga kerja Ketika jumlah pengangguran berkurang tentu ekonomi bisa tumbuh pesat,” jelasnya.
Lebih lanjut Irfan mengatakan, saat ini permasalahan yang muncul adalah soal arus transportasi. Sebagai daerah sentral lintas Sumatera, tentu keberadaan jalur transportasi memadai menjadi harga mati. Tiap arus barang mulai dari Aceh menuju Lampung guna menyeberang ke Pulau Jawa, tentu harus melalui Palembang. Jika tidak ada akses yang memadai, maka arus distribusi barang akan menjadi mahal karena lambatnya pengiriman.
“Secara otomatis kondisi tersebut akan menimbulkan high cost economy,” terangnya. Pada kurun waktu 10 tahun lalu, kata dia, orang mengenal Palembang hanya sebatas Km 12 dan Ampera saja. Namun, sejak adanya pembangunan fasilitas gelanggang olahraga di Jakabaring Sport City, maka tercipta kantong ekonomi baru. Bahkan, hasilnyapun pertumbuhan ekonomi semakin meningkat.
“Inilah yang akan terjadi ketika jalan tol selesai dikerjakan. Pembangunan ini merupakan satu bentuk investasi jangka panjang yang sangat berarti bagi Sumsel ke depan. Hal ini merupakan pola investasi jangka panjang yang seharusnya didorong oleh pemerintah daerah. Jika pemerintah hanya berorientasi pada investasi jangka pendek, justru akan merugikan pemerintah sendiri,” ucapnya.
Sementara itu, Regional CEO Bank Mandiri Wilayah Sumatera II Palembang Kuki Kadarisman menambahkan, upaya pemerintah yang akan membangun jalur tol Trans Sumatera patut diapresiasi. Jika hal itu direalisasikan, dampaknya akan sangat luar biasa bagi pertumbuhan ekonomi Sumsel ke depan. “Kami optimistis pertumbuhan ekonomi Sumsel akan menanjak seiring dengan perbaikan infrastruktur. Jelas dengan begitu, tidak ada kata keterlambatan barang, transaksi keuanganpun menjadi semakin lancar,” ujarnya.
Darfian jaya suprana
(bhr)