Ratusan Peserta Adu Keahlian Bahasa Kanji
A
A
A
SURABAYA - Kanji Cup ke-13 yang digelar Konsulat Jenderal (Konjen) Jepang, mampu menarik minat ratusan siswa dan mahasiswa di Surabaya. Buktinya, kegiatan yang digelar di Aula Ki Muhammad Saleh Universitas Dr Soetomo (Unitomo) itu dijejali ratusan peserta.
Sebanyak 236 siswa, baik SMA maupun mahasiswa yang memiliki program studi Bahasa Jepang, turut ambil bagian pada ajang saing kemampuan bahasa Kanji itu. Peserta yang dibagi dalam dua kelas, yaitu dasar dan menengah. Mereka diharuskan menyampaikan teori bahasa Kanji.
Selain itu, mereka juga diwajibkan menunjukkan kecakapan menulis kata Kanji (kakikata), membaca Kanji (yomikata), menerangkan kata, frasa hingga kalimat Kanji (setsumei), tebak kata (jukogo) hingga yang paling sulit yakni menyampaikan peribahasa dalam kalimat Kanji (kotowaza). Siti Wulandari merupakan salah seorang peserta.
”Lega sudah melalui semua sesi. Yang paling sulit, mengungkapkan peribahasa Kanji,” kata mahasiswa semester 8 prodi Bahasa Jepang Unitomo ini. Penuturan yang sama disampaikan Nikmatur Rosyidah, yang satu tim dengan Siti. ”Cukup menegangkan. Juri minta peserta mengisi kolom yang disediakan. Kalau peribahasa Jepang dan Indonesia sih sama. Misalnya di Indonesia air dan minyak tidak bisa bersatu.
Di Jepang juga ada peribahasa seperti itu,” tutur Nikmatur. Meski demikian, semua itu tetap tidak mudah. Keduanya mengaku kesulitan menerjemahkan kata ke dalam peribahasanya. Sebab, tidak semua kata yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari, menjadi sebuah peribahasa. Ada beberapa kata yang tidak umum dalam peribahasa. Lebih membanggakan, dua sejoli Unitomo yang kini mengerjakan skripsi, akhirnya merebut juara pertama pada kelas menengah Kanji Cup 2015.
”Pada tahun 2002, Unitomo pernah meraih juara 1 (Kanji Cup ke I). Terus tidak pernah meraih trofi lagi. Setelah 12 tahun menunggu, akhirnya Unitomo bisa menjadi juara 1 lagi,” kata Nikmatur. Konjen Jepang, Noboru Nomura bangga dengan meningkatnya jumlah peserta Kanji Cup dari tahun ke tahun.
Menurutnya, tahun lalu hanya ada 150 peserta Kanji Cup. Sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya, jumlah peserta tidak mencapai 100. ”Cakupan peserta juga kian meluas. Dulu, peserta hanya berasal dari Surabaya dan Jawa Timur, sekarang dari Indonesia Barat hingga Timur,” kata Noboru dengan bangga. Bahkan, ada pula peserta yang berasal dari Bekasi, Jakarta, Bandung, Semarang, Denpasar, Makassar dan daerah lainnya.
Pria yang diperkirakan terakhir menjabat sebagai Konjen Jepang di Surabaya pada 23 Maret mendatang ini melihat perkembangan budaya Jepang di Indonesia cukup bagus. Beberapa jurusan bahasa di SMA dan program studi di perguruan tinggi memiliki bahasa Jepang. Sehingga, bisa jadi event Kanji Cup ini menjadi ajang pembuktian keberhasilan belajar dalam setahun terakhir.
Soeprayitno
Sebanyak 236 siswa, baik SMA maupun mahasiswa yang memiliki program studi Bahasa Jepang, turut ambil bagian pada ajang saing kemampuan bahasa Kanji itu. Peserta yang dibagi dalam dua kelas, yaitu dasar dan menengah. Mereka diharuskan menyampaikan teori bahasa Kanji.
Selain itu, mereka juga diwajibkan menunjukkan kecakapan menulis kata Kanji (kakikata), membaca Kanji (yomikata), menerangkan kata, frasa hingga kalimat Kanji (setsumei), tebak kata (jukogo) hingga yang paling sulit yakni menyampaikan peribahasa dalam kalimat Kanji (kotowaza). Siti Wulandari merupakan salah seorang peserta.
”Lega sudah melalui semua sesi. Yang paling sulit, mengungkapkan peribahasa Kanji,” kata mahasiswa semester 8 prodi Bahasa Jepang Unitomo ini. Penuturan yang sama disampaikan Nikmatur Rosyidah, yang satu tim dengan Siti. ”Cukup menegangkan. Juri minta peserta mengisi kolom yang disediakan. Kalau peribahasa Jepang dan Indonesia sih sama. Misalnya di Indonesia air dan minyak tidak bisa bersatu.
Di Jepang juga ada peribahasa seperti itu,” tutur Nikmatur. Meski demikian, semua itu tetap tidak mudah. Keduanya mengaku kesulitan menerjemahkan kata ke dalam peribahasanya. Sebab, tidak semua kata yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari, menjadi sebuah peribahasa. Ada beberapa kata yang tidak umum dalam peribahasa. Lebih membanggakan, dua sejoli Unitomo yang kini mengerjakan skripsi, akhirnya merebut juara pertama pada kelas menengah Kanji Cup 2015.
”Pada tahun 2002, Unitomo pernah meraih juara 1 (Kanji Cup ke I). Terus tidak pernah meraih trofi lagi. Setelah 12 tahun menunggu, akhirnya Unitomo bisa menjadi juara 1 lagi,” kata Nikmatur. Konjen Jepang, Noboru Nomura bangga dengan meningkatnya jumlah peserta Kanji Cup dari tahun ke tahun.
Menurutnya, tahun lalu hanya ada 150 peserta Kanji Cup. Sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya, jumlah peserta tidak mencapai 100. ”Cakupan peserta juga kian meluas. Dulu, peserta hanya berasal dari Surabaya dan Jawa Timur, sekarang dari Indonesia Barat hingga Timur,” kata Noboru dengan bangga. Bahkan, ada pula peserta yang berasal dari Bekasi, Jakarta, Bandung, Semarang, Denpasar, Makassar dan daerah lainnya.
Pria yang diperkirakan terakhir menjabat sebagai Konjen Jepang di Surabaya pada 23 Maret mendatang ini melihat perkembangan budaya Jepang di Indonesia cukup bagus. Beberapa jurusan bahasa di SMA dan program studi di perguruan tinggi memiliki bahasa Jepang. Sehingga, bisa jadi event Kanji Cup ini menjadi ajang pembuktian keberhasilan belajar dalam setahun terakhir.
Soeprayitno
(bhr)