Logo Jogja Istimewa Diresmikan
A
A
A
YOGYAKARTA - Logo baru Jogja Istimewa resmi digunakan hari ini. Launching digelar bertepatan dengan jumenengan atau naik tahta Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X. Pisowanan Agung ini diprediksi ramai.
Acara launching dijadwalkan mulai pukul 14.00 WIB dengan kirab budaya dari taman parkir Abu Bakar Ali sampai Pagelaran Keraton Yogyakarta. Setidaknya 3.500 peserta dari 66 kesenian akan berpartisipasi dalam acara tersebut. Menjelang acara bertema Jogja Gumregah ini, nuansanya sudah terlihat.
Sehari menjelang launching, sejumlah relawan menggelar cetak sablon gratis tulisan Jogja Istimewa di sejumlah titik di sekitar Keraton Yogyakarta, salah satunya di Kawasan Titik Nol Kilometer. Dari siang sampai sore kemarin, setidaknya sudah 1.000 kaos yang disablon oleh relawan.
Koordinator Sablon Gratis Surya Adi mengungkapkan, gelaran sablon gratis ini memang dikhususkan dalam rangka menyambut peluncuran logo baru Yogyakarta. Dia berharap, dari kaos yang sudah disablon tersebut bisa digunakan mengikuti acara launching. “Sekitar 1.000 kaos yang sudah disablon, semoga bisa ikut menyemarakkan pisowanan agung,” kata dia, kemarin.
Selain sablon gratis, relawan juga menempelkan stiker Jogja Istimewa di moda transportasi tradisional seperti becak dan andong. Pemasangan stiker kepada 25 becak dan 25 andong ini dilakukan di halaman Benteng Vredeberg. Rencana pergantian logo ini, berawal awal 2014.
Kemudian, pada 29 Oktober 2014, Hermawan Kertajaya mempresentasikan konsep penggantian logo tersebut. Konsep awal dari Hermawan kala itu, mengganti tagline menjadi Jogja New Harmony. Sayangnya, konsep dari pakar marketing ini ditolak warga Yogyakarta.
Atas dasar ini, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Beppada) selaku pemilik kegiatan pergantian logo bersikap. Bappeda mengumpulkan berbagai seniman dan budayawan untuk mendiskusikan logo dan tagline tersebut. Lalu dibentuk tim seleksi yang berisikan dari praktisi, desainer, dan ahli logo.
Tim tersebut kemudian diserahkan ke Gubernur DIY HB X untuk menetapkan. “Tim ini mengumpulkan karya dari desainer- desainer lokal. Mereka berhasil mengumpulkan 2.011 warga yang mengirimkan desain logo dan tagline,” kata dia.
Untuk launching, akhirnya disepakati membuat pesta rakyat bersamaan dengan peringatan penobatannya sebagai Raja yang ke-26 tahun. Acara ini sekaligus menjadi gerakan untuk Jogja Gumregah. Yaitu bangkit untuk mewujudkan keistimewaan semua lini di DIY. Ini dengan menggandeng berbagai partisipasi dari masyarakat dengan konsep pisowanan agung. ”Banyak mengandalkan partisipasi masyarakat,” ujar Tavip.
Tavip menjelaskan, dengan konsep pisowanan agung ini, masyarakat akan banyak terlibat. Baik itu secara personal maupun perusahaan-perusahaan baik swasta maupun milik daerah. Selain itu, memang ada alokasi untuk acara launching dari Dana Keistimewaan senilai Rp260 juta. “Untuk kebutuhan pokok acara. Itu bersumber dari Dana Keistimewaan,” ujarnya.
Wakil Ketua DPRD DIY Arif Noor Hartanto mengungkapkan, rebranding jangan hanya sebatas gemerlap perayaan logo dan taglinebaru. Rebrandingharus dibarengi dengan perubahan karakter masyarakat. “Tidak cukup hanya pasang logo di semua baliho. Tapi butuh kerja keras, untuk membuktikan Yogyakarta memang istimewa,” katanya.
Menurut dia, kata Jogja Istimewa tidak sekadar kata. Akan tetapi harus terinternalisasi di setiap sendi kehidupan. Untuk mewujudkan istimewa benar-benar merasuki setiap insan di DIY, tidak cukup mengandalkan aparatur pemerintah. Semua warga harus bergerak bersama membuat perubahan. “Tokoh-tokoh masyarakat harus berperan aktif,” tandasnya.
Ridwan anshori
Acara launching dijadwalkan mulai pukul 14.00 WIB dengan kirab budaya dari taman parkir Abu Bakar Ali sampai Pagelaran Keraton Yogyakarta. Setidaknya 3.500 peserta dari 66 kesenian akan berpartisipasi dalam acara tersebut. Menjelang acara bertema Jogja Gumregah ini, nuansanya sudah terlihat.
Sehari menjelang launching, sejumlah relawan menggelar cetak sablon gratis tulisan Jogja Istimewa di sejumlah titik di sekitar Keraton Yogyakarta, salah satunya di Kawasan Titik Nol Kilometer. Dari siang sampai sore kemarin, setidaknya sudah 1.000 kaos yang disablon oleh relawan.
Koordinator Sablon Gratis Surya Adi mengungkapkan, gelaran sablon gratis ini memang dikhususkan dalam rangka menyambut peluncuran logo baru Yogyakarta. Dia berharap, dari kaos yang sudah disablon tersebut bisa digunakan mengikuti acara launching. “Sekitar 1.000 kaos yang sudah disablon, semoga bisa ikut menyemarakkan pisowanan agung,” kata dia, kemarin.
Selain sablon gratis, relawan juga menempelkan stiker Jogja Istimewa di moda transportasi tradisional seperti becak dan andong. Pemasangan stiker kepada 25 becak dan 25 andong ini dilakukan di halaman Benteng Vredeberg. Rencana pergantian logo ini, berawal awal 2014.
Kemudian, pada 29 Oktober 2014, Hermawan Kertajaya mempresentasikan konsep penggantian logo tersebut. Konsep awal dari Hermawan kala itu, mengganti tagline menjadi Jogja New Harmony. Sayangnya, konsep dari pakar marketing ini ditolak warga Yogyakarta.
Atas dasar ini, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Beppada) selaku pemilik kegiatan pergantian logo bersikap. Bappeda mengumpulkan berbagai seniman dan budayawan untuk mendiskusikan logo dan tagline tersebut. Lalu dibentuk tim seleksi yang berisikan dari praktisi, desainer, dan ahli logo.
Tim tersebut kemudian diserahkan ke Gubernur DIY HB X untuk menetapkan. “Tim ini mengumpulkan karya dari desainer- desainer lokal. Mereka berhasil mengumpulkan 2.011 warga yang mengirimkan desain logo dan tagline,” kata dia.
Untuk launching, akhirnya disepakati membuat pesta rakyat bersamaan dengan peringatan penobatannya sebagai Raja yang ke-26 tahun. Acara ini sekaligus menjadi gerakan untuk Jogja Gumregah. Yaitu bangkit untuk mewujudkan keistimewaan semua lini di DIY. Ini dengan menggandeng berbagai partisipasi dari masyarakat dengan konsep pisowanan agung. ”Banyak mengandalkan partisipasi masyarakat,” ujar Tavip.
Tavip menjelaskan, dengan konsep pisowanan agung ini, masyarakat akan banyak terlibat. Baik itu secara personal maupun perusahaan-perusahaan baik swasta maupun milik daerah. Selain itu, memang ada alokasi untuk acara launching dari Dana Keistimewaan senilai Rp260 juta. “Untuk kebutuhan pokok acara. Itu bersumber dari Dana Keistimewaan,” ujarnya.
Wakil Ketua DPRD DIY Arif Noor Hartanto mengungkapkan, rebranding jangan hanya sebatas gemerlap perayaan logo dan taglinebaru. Rebrandingharus dibarengi dengan perubahan karakter masyarakat. “Tidak cukup hanya pasang logo di semua baliho. Tapi butuh kerja keras, untuk membuktikan Yogyakarta memang istimewa,” katanya.
Menurut dia, kata Jogja Istimewa tidak sekadar kata. Akan tetapi harus terinternalisasi di setiap sendi kehidupan. Untuk mewujudkan istimewa benar-benar merasuki setiap insan di DIY, tidak cukup mengandalkan aparatur pemerintah. Semua warga harus bergerak bersama membuat perubahan. “Tokoh-tokoh masyarakat harus berperan aktif,” tandasnya.
Ridwan anshori
(ftr)