Lokalisasi Kedung Banteng Ponorogo Ditutup April 2015
A
A
A
Lokalisasi di Desa Kedung Banteng, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur yang bakal ditutup pada April 2015. Sementara lokalisasi di Desa Balung Cangkring belum ada kepastian penutupannya.
"Untuk Ponorogo Insya Allah paada bulan April 2015 akan ditutup. Untuk Mojokerto masih belum jelas kapan," kata Kabiro Administrasi Kesra Pemprov Jatim Ratnadi Ismaon, Jumat (6/3/2015).
Dia menjelaskan di Jawa Timur sendiri sebelumnya terdapat 47 Lokalisasi. Dari Jumlah tersebut saat ini masih tersisa dua lokalisasi.
Dari 47 lokalisaasi itu dihuni 7.127 PSK tahun 2012. Saat ini hanya tersisa dua lokalisasi yang belum ditutup total penghuninya ada 265 PSK dengan rincian 176 PSK di Ponorogo dan 89 di Kota Mojokerto.
Ratnadi menjelaskan, untuk penutupan lokalisasi di Ponorogo mendapat bantuan dari Kementerian Sosial (Kemensos) sebesar Rp5,050 juta per PSK sebagai jatah hidup, modal usaha serta bantuan transportasi.
Dengan jumlah itu, diharapkan para PSK berhenti dan memulai hidup baru yang lepas dari dunia pelacuran.
Sedangkan untuk Kota Mojokerto dari Pemprov Jatim dianggarkan Rp3 juta per PSK.
"Kalau yang sudah dibantu pusat, pemprov tidak menganggarkan. Mungkin bisa bantu untuk warga terdampaknya," kata perempuan yang akrab disapa Bu Bibing ini.
Untuk Mojokerto sendiri, pihaknya melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat dan Ulama serta kepala daerah setempat. "Prinsipnya, tahun ini sudah tuntas tutup semua," tegasnya.
Ketika ditanya, pasca penutupan lokalisasi apa yang akan dilakukan oleh pemerintah, Bu Bibing mengaku akan melakukan pengawasan.
Pengawasan ini, menjadi domain Pemkab atau Pemkot karena masuk ke dalam wilayahnya.
Tentunya bekerjasama dengan pihak kepolisian. "Itu seperti terjadi di lokalisasi Ngujang dan Ngunut di Tulungagung pada tahun 2012 sudah ditutup, laporan dari masyarakat sekarang buka lagi model hit and run. Kalau di Surabaya, terjadi di Sememi. Kami akan laporkan ke kepolisian," tandasnya.
"Untuk Ponorogo Insya Allah paada bulan April 2015 akan ditutup. Untuk Mojokerto masih belum jelas kapan," kata Kabiro Administrasi Kesra Pemprov Jatim Ratnadi Ismaon, Jumat (6/3/2015).
Dia menjelaskan di Jawa Timur sendiri sebelumnya terdapat 47 Lokalisasi. Dari Jumlah tersebut saat ini masih tersisa dua lokalisasi.
Dari 47 lokalisaasi itu dihuni 7.127 PSK tahun 2012. Saat ini hanya tersisa dua lokalisasi yang belum ditutup total penghuninya ada 265 PSK dengan rincian 176 PSK di Ponorogo dan 89 di Kota Mojokerto.
Ratnadi menjelaskan, untuk penutupan lokalisasi di Ponorogo mendapat bantuan dari Kementerian Sosial (Kemensos) sebesar Rp5,050 juta per PSK sebagai jatah hidup, modal usaha serta bantuan transportasi.
Dengan jumlah itu, diharapkan para PSK berhenti dan memulai hidup baru yang lepas dari dunia pelacuran.
Sedangkan untuk Kota Mojokerto dari Pemprov Jatim dianggarkan Rp3 juta per PSK.
"Kalau yang sudah dibantu pusat, pemprov tidak menganggarkan. Mungkin bisa bantu untuk warga terdampaknya," kata perempuan yang akrab disapa Bu Bibing ini.
Untuk Mojokerto sendiri, pihaknya melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat dan Ulama serta kepala daerah setempat. "Prinsipnya, tahun ini sudah tuntas tutup semua," tegasnya.
Ketika ditanya, pasca penutupan lokalisasi apa yang akan dilakukan oleh pemerintah, Bu Bibing mengaku akan melakukan pengawasan.
Pengawasan ini, menjadi domain Pemkab atau Pemkot karena masuk ke dalam wilayahnya.
Tentunya bekerjasama dengan pihak kepolisian. "Itu seperti terjadi di lokalisasi Ngujang dan Ngunut di Tulungagung pada tahun 2012 sudah ditutup, laporan dari masyarakat sekarang buka lagi model hit and run. Kalau di Surabaya, terjadi di Sememi. Kami akan laporkan ke kepolisian," tandasnya.
(sms)