Bapak Bahagia Walaupun Kini Tiada
A
A
A
BANDUNG - Keluarga besar Tatang Koswara, 69, bangga dengan prestasi yang dicapai almarhum selama bertugas di TNI Angkatan Darat (AD). Apalagi Tatang menjadi salah satu sniper (penembak jitu) legendaris dunia.
Kemarin, sniper andal dan kebanggaan Indonesia, Peltu (Purn) Tatang Koswara dimakamkan di TPU Sayuran, Kampung Sayuran, Desa Cangkuang Kulon, Kecamatan, Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung. Semula almarhum akan di makamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Cikutra, tapi batal dilaksanakan lantaran TMP penuh.
Ratusan pelayat pun ikut mengiringi jenazah Tatang ke tempat peristirahatan terakhir. Pemakaman dilaksanakan dengan upacara militer. Suasana haru dan isak tangis pecah ketika jenazah pria kelahiran Medan 12 Desember 1946 ini dimasukkan ke liang lahat. Tembakan salpo dari senapan mesin memecah suasana haru itu.
Anak ketiga almarhum, Tubagus Abdi Yudha, mengatakan, awalnya jenazah almarhum memang akan di makamkan di TMP Cikutra. Namun lokasi pemakaman sudah penuh sehingga pihak keluarga memilih untuk mengebumikan jenazah Tatang di dekat kediamannya kawasan Dayeuh kolot. “Telah 14 tahun almarhum menderita penyakit jantung,” kata Yudha seusai prosesi pemakaman.
Sebagai anak, Yudha melihat sosok almarhum Tatang selama hidupnya memiliki tipikal disiplin dan berkemauan keras. “Beliau menjadi panutan kami sebagai putra-putrinya. Kami sangat kehilangan bapak,” ujar dia. Tubagus dan keluarga mengaku sempat terkejut dan tidak menyangka saat mengetahui bahwa almarhum merupakan salah seorang sniper terbaik di dunia serta dijuluki “Siluman Tiga”.
Selama 25 tahun, tutur Yudha, sang ayah menyimpan pengalaman hidupnya itu. Meski begitu, Yudha mengaku bangga dengan pencapaian sang ayah yang menjadi legenda Indonesia sebagai salah satu sniper terbaik dunia. “Dulu bapak cuma cerita sempat bertugas menjadi TNI. Kalau sebagai penembak jitu, tidak. Tapi sekitar 2008, saya pernah ditunjukan sebuah majalah bila bapak ternyata seorang sniper andal,” tutur Yudha.
Sebelum berpulang, almarhum sempat berwasiat agar para putra-putrinya dapat menjaga dan memelihara prinsip hidup termasuk memiliki jiwa patriotisme. Ayahnya juga pernah berpesan kalau meninggal enggan dimakamkan di makam pahlawan tapi lebih memilih di pemakaman umum. “Saya melihat bapak sudah mencapai puncak karier. Beliau juga sempat meminta agar saya mengikuti jejaknya tapi ya saya memilih profesi lain di bidang hukum (pengacara),” ungkap dia.
Istri almarhum, Tati Hayati, 61, mengucapkan terima kasih atas semua perhatian berbagai pihak termasuk media terhadap suaminya. Dia yang telah puluhan tahun mendampingi almarhum juga memohon maaf jika suaminya memiliki kesalahan selama hidupnya. Tati mengaku bangga dengan perjuangan sang suami.
“Alhamdulilah bapak sekarang sudah bebas. Keluarga, anak-anak, sama kesatuan simpati dengan prestasi bapak. Bapak sudah bahagia walau sekarang tidak ada,” kata Tati. Diketahui, Tatang Koswara menerima penghargaan Bintang Seroja karena beberapa kali melaksanakan misi militer di Timor Timur yang kini dikenal dengan Timor Leste pada 1977- 1978. Prestasi Tatang dicatat dalam buku Sniper Training, Techniques, and Weapons karya Peter Brokersmith yang terbit pada tahun 2000.
Dila nashear
Kemarin, sniper andal dan kebanggaan Indonesia, Peltu (Purn) Tatang Koswara dimakamkan di TPU Sayuran, Kampung Sayuran, Desa Cangkuang Kulon, Kecamatan, Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung. Semula almarhum akan di makamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Cikutra, tapi batal dilaksanakan lantaran TMP penuh.
Ratusan pelayat pun ikut mengiringi jenazah Tatang ke tempat peristirahatan terakhir. Pemakaman dilaksanakan dengan upacara militer. Suasana haru dan isak tangis pecah ketika jenazah pria kelahiran Medan 12 Desember 1946 ini dimasukkan ke liang lahat. Tembakan salpo dari senapan mesin memecah suasana haru itu.
Anak ketiga almarhum, Tubagus Abdi Yudha, mengatakan, awalnya jenazah almarhum memang akan di makamkan di TMP Cikutra. Namun lokasi pemakaman sudah penuh sehingga pihak keluarga memilih untuk mengebumikan jenazah Tatang di dekat kediamannya kawasan Dayeuh kolot. “Telah 14 tahun almarhum menderita penyakit jantung,” kata Yudha seusai prosesi pemakaman.
Sebagai anak, Yudha melihat sosok almarhum Tatang selama hidupnya memiliki tipikal disiplin dan berkemauan keras. “Beliau menjadi panutan kami sebagai putra-putrinya. Kami sangat kehilangan bapak,” ujar dia. Tubagus dan keluarga mengaku sempat terkejut dan tidak menyangka saat mengetahui bahwa almarhum merupakan salah seorang sniper terbaik di dunia serta dijuluki “Siluman Tiga”.
Selama 25 tahun, tutur Yudha, sang ayah menyimpan pengalaman hidupnya itu. Meski begitu, Yudha mengaku bangga dengan pencapaian sang ayah yang menjadi legenda Indonesia sebagai salah satu sniper terbaik dunia. “Dulu bapak cuma cerita sempat bertugas menjadi TNI. Kalau sebagai penembak jitu, tidak. Tapi sekitar 2008, saya pernah ditunjukan sebuah majalah bila bapak ternyata seorang sniper andal,” tutur Yudha.
Sebelum berpulang, almarhum sempat berwasiat agar para putra-putrinya dapat menjaga dan memelihara prinsip hidup termasuk memiliki jiwa patriotisme. Ayahnya juga pernah berpesan kalau meninggal enggan dimakamkan di makam pahlawan tapi lebih memilih di pemakaman umum. “Saya melihat bapak sudah mencapai puncak karier. Beliau juga sempat meminta agar saya mengikuti jejaknya tapi ya saya memilih profesi lain di bidang hukum (pengacara),” ungkap dia.
Istri almarhum, Tati Hayati, 61, mengucapkan terima kasih atas semua perhatian berbagai pihak termasuk media terhadap suaminya. Dia yang telah puluhan tahun mendampingi almarhum juga memohon maaf jika suaminya memiliki kesalahan selama hidupnya. Tati mengaku bangga dengan perjuangan sang suami.
“Alhamdulilah bapak sekarang sudah bebas. Keluarga, anak-anak, sama kesatuan simpati dengan prestasi bapak. Bapak sudah bahagia walau sekarang tidak ada,” kata Tati. Diketahui, Tatang Koswara menerima penghargaan Bintang Seroja karena beberapa kali melaksanakan misi militer di Timor Timur yang kini dikenal dengan Timor Leste pada 1977- 1978. Prestasi Tatang dicatat dalam buku Sniper Training, Techniques, and Weapons karya Peter Brokersmith yang terbit pada tahun 2000.
Dila nashear
(bhr)